Aksi Pierre Tendean memimpin pasukan katak menyusup ke Malaysia

Tags

Pierre Tendean
Kapten (Anumerta) Pierre Andreas Tendean yang merupakan satu dari 7 perwira TNI AD yang menjadi korban  keganasan Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam peristiwa Gerakan 30 September (G30S) 1965, merupakan sosok prajurit yang tangguh, cerdas, loyal dan memiliki naluri intelijen tajam sehingga dipilih untuk menjadi ajudan khusus Jenderal A.H Nasution dan keluarganya.

Tidak banyak yang tahu selama  masa konfrontasi RI - Malaysia, perwira muda ini pernah dikirim ke Malaysia melakukan aksi infiltrasi untuk mengumpulkan berbagai informasi terkait kekuatan militer Inggris dan Malaysia dengan menyamar sebagai turis.

Kisah penyusupan Pierre ke wilayah Malaysia ini tertulis di buku "Kopaska, Spesialis Pertempuran Laut Khusus" yang dibuat untuk memperingati 50 tahun Kopaska.

Dalam buku tersebut, kisah diawali dari datangnya sepucuk surat perintah yang diterima oleh Letnan Dua Czi Andreas Perre Tendean  di Medan, Sumatera Utara yang berisi perintah mengikuti pendidikan intelijen di Bogor tahun 1963. Saat itu Pierre masih menjabat komandan peleton di Batalyon Zeni Kodam II/Sriwijaya.

Pada masa itu, situasi negara sedang dalam keadaan genting paska digelorakannya perlawanan Presiden Soekarno yang  menentang berdirinya negara Federasi Malaysia karena dianggap sebagai negara boneka bentukan Inggris. Dia tidak ingin Malaysia dijadikan sebagai basis pangkalan militer oleh Inggris yang saat itu sedang berkecamuk perang dingin antara Uni Soviet melawan Amerika dan sekutunya.

Untuk menghalangi terbentuknya negara Malaysia, Soekarno menggerakan kekuatan militer yang dikamuflase sebagai sukarelawan dan disusupkan ke perbatasan Malaysia terutama melalui Sabah dan Sarawak. Disinilah Pierre dengan tim elit pasukan katak TNI AL yang dikomandaninya ikut menyusup dan terlibat dalam misi sabotase dengan menyasar jaringan pipa air minum Malaysia. Saat itu TNI mempercayakan padanya memimpin pergerakan pasukan intelijen di basis Y yang meliputi Malaka dan Johor.
Presiden Soekarno saat inspeksi pasukan
Sebagai prajurit berkemampuan intelijen tempur, Pierre cukup piawai karena berhasil menyusup ke Malaysia sebanyak dua kali dengan menyamar sebagai turis. Sosoknya yang berpawakan mirip bule tentu bukan hal sulit baginya untuk melakukan penyamaran. Namun naas, di aksi penyusupannya yang ketiga kali, speedboat yang dikemudikannya kepergok kapal penghancur Inggris (Destroyer) lalu mengejarnya. Beruntung dia dengan sigap dapat membelokkan arah speedboat lalu menceburkan diri ke laut menuju kapal nelayan. Selama berada di bawah kapal nelayan, dengan hati-hati Pierre memegangi perahu tersebut dengan kondisi badan terbenam di air seluruhnya. Hal ini agar si nelayan tidak sadar jika perahunya terdapat seseorang yang sedang menyelamatkan diri dari kejaran kapal perang Inggris.

Speedboatnya sempat digeledah oleh Inggris, namun karena hanya dijumpai seorang pengemudi sendirian dan tidak mencurigakan, maka pihak Inggris melepas speedboat tersebut dan menghentikan pengejaran.

Sejarah mencatat keberhasilan tim siluman yang dikomandoi oleh Pierre ini selama menjalankan misi rahasia di Malaysia, hingga aksinya terdengar sampai wilayah Kuala Lumpur.

Tidak hanya itu, aksi Pierre ini juga terdengar sampai telinga para jenderal TNI AD sehingga berusaha memperebutkan Pierre sebagai salah satu ajudan pribadinya, namun yang berhasil mendapatkan Pierre dalam seleksi tersebut adalah Jenderal AH. Nasution.

***
Foto : Istimewa
Penulis : SRM
Sumber : Infokomando