Showing posts with label Wawasan. Show all posts
Showing posts with label Wawasan. Show all posts
Rp 1,7 Kuadriliun, Nilai Wajar Untuk Modernisasi Alutsista TNI Yang Sudah Menua

Rp 1,7 Kuadriliun, Nilai Wajar Untuk Modernisasi Alutsista TNI Yang Sudah Menua


Infokomando - Sepintas membaca Rancangan Perpres Pengadaan Alutsista yang memerlukan anggaran sebesar US $125 milyar atau bila dirupiahkan sebesar Rp. 1,7 kuadriliun, bola mata kita langsung membesar dan melotot lalu geleng-geleng kepala dengan berbagai komentar dan mimik. wow, luar biasa, amazing, gede amat dan sebagainya. Jumlah duit yang diperlukan sebanyak itu untuk program pengadaan alutsista sampai tahun 2045 sebenarnya biasa-biasa saja. Artinya selama lima "repelita"  setiap repelitanya disediakan dana 25 milyar dollar. Sekedar info ketika program strategis MEF (Minimum Essential Force) jilid satu dimulai tahun 2010 di era Presiden SBY dikucurkan dana US $ 15 milyar selama lima tahun dari pinjaman luar negeri (PLN).

Dalam pandangan kita rancangan Perpres itu adalah untuk memantapkan sebuah harapan besar yang untuk horizon hari ini boleh jadi dianggap sebagai ambisi berbumbu pedas tendensius. Namun dalam sudut lihat yang tak terlihat, out of the box, beyond visual range sebenarnya rancangan besar ini merupakan lompatan besar, luar biasa dan cerdas yang harus kita apresiasi. Belanja pertahanan bukan termasuk biaya habis pakai melainkan investasi bernilai puluhan tahun untuk menjaga eksistensi negara. Jadi melihat besarnya anggaran pertahanan bukan untuk menandingkannya sebagai Cost Against Revenue di APBN, tetapi untuk investasi membangun pagar dan benteng teritori negeri yang bermanfaat selama puluhan tahun ke depan.

Tank medium Harimau made in Pindad

Persoalan yang mengemuka dan menghangat di publik adalah anggaran belanja alutsista sebesar 125 milyar setara dengan 1.750 trilyun rupiah itu akan dibelanjakan seluruhnya sampai tahun 2024 dengan skema PLN. Pada sisi yang lain banyak kita yang tidak menyadari bahwa posisi kekuatan alutsista kita sampai saat ini belum sampai pada kriteria minimal apalagi mencukupi. Yang mau dikejar Kemenhan adalah ketertinggalan dan ketercukupan perolehan alutsista. Makanya diperlukan model belanja extra ordinary untuk segera mencukupi kebutuhan alutsista dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.  Lihat saat ini dinamika kawasan utamanya Laut China Selatan (LCS) sangat dinamis dan penuh ketegangan. Kabar terkini barusan16 jet tempur canggih China berparade di udara Sabah yang membuat Malaysia panas dingin lalu mengirim jet tempur Hawk untuk scramble. Jelas Hawk bukan tandingan jet tempur China.

Mari melihat dengan kacamata bening sudah sejauh mana kekuatan taring militer Indonesia saat ini. Meski sudah ada program MEF jilid satu sampai jilid tiga apakah kemudian kita lantas sudah merasa kuat dan hebat. Jawabnya jauh panggang dari api karena target minimum essential force belum tercapai sampai dino iki (Sampai hari ini: red). Teritori Indonesia sangat luas, strategis dan penuh kandungan sumber daya alam atas air dan bawah air. Peta geografi negeri kepulauan ini membentang luas mempertemukan samudra Pasifik dan samudra Hindia. Namun alat pelindung teritorinya masih sangat kurang. Kekuatan militer kita untuk melindungi asset teritori yang luas dan kaya ini belum sepadan.

Oleh sebab itu rencana spektakuler Kementerian Pertahanan untuk menggelar program pengadaan alutsista secara terpadu, cepat dan sistematis melalui payung hukum Perpres mestinya kita sikapi dengan cara pandang beyond visual range, out of the box dan horizon terjauh. Program ini adalah untuk percepatan perolehan kualitas dan kuantitas alutsista. Kita berpacu dengan waktu untuk segera mendatangkan berbagai jenis alutsista strategis. Saat ini kita membutuhkan tambahan 5 skadron jet tempur, 8 kapal selam baru, 16 fregat baru. Dan itu harus bisa dipenuhi dalam lima tahun ke depan.

Deretan Alutsista TNI

Kita belum sampai di target minimal meski sudah sampai di jilid tiga MEF. Dan ada kesan penguatan itu berjalan lambat, bertele-tele, dan setiap kedatangan alutsista pesanan itu "dijamin" terlambat.  Kekuatan militer kita dengan sejumlah alutsista yang dimiliki saat ini belum sampai memenuhi ukuran minimal yang dibutuhkan. Negeri yang luas teritorinya seluas benua Eropa hanya dijaga 2 skadron F16 dan 1 skadron Sukhoi, Ironi sekali.  Mestinya kekuatan angkatan udara standar untuk negeri ini ada di 10-12 skadron jet tempur penggentar tidak termasuk T50, Hawk dan Super Tucano. Itulah yang ingin dipenuhi dan dipercepat oleh Kemenhan.

Rencana besar Kemenhan ini selayaknya kita apresiasi. Sudah 12 tahun MEF berjalan dan selama waktu itu dinamika kawasan membuka cakrawala pandang kita bahwa semua negara yang berkonflik dengan China membangun kekuatan militernya.

Sudah 12 tahun kita modernisasi kekuatan militer kita menuju kekuatan minimal, nyatanya persentase target belum memuaskan. Maka daftar belanja alutsista dengan membeli sekaligus dalam jumlah besar adalah untuk menjawab percepatan dan ketertinggalan itu. Kita harus cepat menghadirkan sejumlah alutsista strategis, gahar dan berteknologi canggih. Kita harus mengejar ketertinggalan kita.

Maka kita sambut Jepang untuk membangun bersama 8 kapal perang fregat Mogami Class dengan percepatan prosesnya. Sementara 2 Iver Class yang sudah teken kontrak bisa ditambah menjadi 6 unit. Kekuatan TNI AU dipercepat dengan tambahan 36 jet tempur Rafale dan 8 jet tempur F15. Harus segera direalisasikan. Kita tidak bisa lagi pakai cara-cara standar dalam pemenuhan kebutuhan alutsista, beli bertahap dan tetap kurang. Harus ada langkah yang bisa memenuhi asa out of the box, percepat proses pengadaan dan beli dalam jumlah besar dengan transfer teknologi. Sementara dua program strategis lainnya yaitu pengembangan jet tempur KFX / IFX dan kapal selam Changbogo dengan Korsel dilanjut lagi. Juga industri pertahanan dalam negeri tetap menjadi prioritas pengadaan. Kalau semua ini berjalan lancar maka diniscayakan matahari tahun 2025 akan bisa menyaksikan awal episode kehebatan revolusi modernisasi alutsista Indonesia.

****
Jagarin Pane
Semarang, 5 Juni 2021
Penulis adalah pemerhati pertahanan dan alutsista TNI

Editor : Devina | Foto : Ist 
Kopassus Pernah Selamatkan Pasukan Pengintai Spanyol Dari Kejaran Hizbullah

Kopassus Pernah Selamatkan Pasukan Pengintai Spanyol Dari Kejaran Hizbullah


Infokomando - Konflik antara Israel dan Palestina terus meningkat dalam beberapa hari belakangan ini, puluhan warga Palestina tewas di Gaza dalam aksi serangan udara zionis Israel paling intensif selama bertahun-tahun.

Tindakan Israel yang provokatif kemudian dibalas oleh serangan roket dari para pejuang Hamas di Jalur Gaza. Akibatnya, sejumlah warga Israel meninggal.

Selain dengan pejuang Palestina, Zionis Israel juga pernah berkonflik dengan milisi Hizbullah di Libanon. Sayap politik dan paramiliter Syiah ini memiliki pengaruh yang sangat kuat di Libanon. Hizbullah juga memiliki beberapa kursi di parlemen.

Ada kisah menarik dari Pasukan Tentara Negara Indonesia (TNI) yang pernah melakukan misi di Libanon. Saat itu, prajurit Kopassus yang ditugaskan sebagai pasukan PBB berhasil menyelematkan pasukan elite Spanyol dari kepungan milisi Hizbullah.

Kisah ini diceritakan dan ditulis kembali dalam buku yang berjudul “Kopassus untuk Indonesia”. Sebuah karya menarik yang disusun oleh E.A Natagera dan Iwan Santosa.

Kejadiannya bermula ketika Tim Recce (pengintai) dari pasukan Spanyol melakukan patroli disekitar daerah Libanon. Mereka membawa 60 orang pasukan dengan 10 unit panser yang berjalan beriringan. Di tengah perjalanan, mereka kemudian melihat sebuah kabel di saluran air. Kabel tersebut diduga merupakan bagian dari aliran komunikasi milisi Hizbullah. Barang itupun kemudian difoto sebagai barang bukti untuk dilaporkan kepada komandan mereka.

Pasukan Unifil dari Indonesia

Sayangnya, aktifitas tersebut diketahui langsung oleh anggota milisi Hizbullah. Konvoi mereka pun dikejar kemudian dikepung oleh pasukan milisi Hizbullah dengan senjata lengkap. Saat itu milisi Hizbullah menggunakan motor trail dan membawa senjata AK-47 serta roket anti-tank/ RPG.

“Anda punya senjata, kami juga punya senjata. Kami tidak pernah takut untuk menghadapi Anda,”ujar salah satu milisi Hizbullah.

Berada dalam posisi terdesak, militer Spanyol kemudian segera menghubungi pos TNI yang juga ada di Libanon. Pada saat itu pasukan Spanyol dan TNI tergabung dalam United Nation Interim Force in Lebanon (UNIFIL). Yakni sebuah pasukan perdamaian yang dibentuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Pasukan TNI yang datang segera menengahi kedua kelompok tersebut dan memintanya untuk berdialog bersama. Pihak milisi Hizbullah pun setuju untuk berdialog dan menghentikan pengejaran terhadap pasukan Spanyol.

Hasil akhir dari dialog tersebut adalah pasukan milisi Hizbullah setuju untuk berdamai dan menghindari konflik. Mereka hanya meminta memory card yang digunakan pasukan Spanyol mengambil gambar diberikan kepadanya. Syarat ini pun disetujui oleh pihak militer Spanyol dan menyerahkannya begitu saja.

Setelah keadaan lumayan membaik, pasukan TNI coba meluruskan masalahnya kepada anggota milisi Hizbullah. Pasukan TNI memang terkenal dekat dengan warga sekitarnya. Gemar membantu dan dinilai ramah oleh masyarakat Libanon yang pernah bersinggungan dengan TNI.

Hal ini pun divalidasi oleh pendapat salah seorang anggota milisi Hizbullah. Ia mengatakan jika bukan pasukan Indonesia yang memintanya, akhir masalahnya pasti akan berbeda. Mereka memutuskan untuk berdialog dan menghindari konflik, karena sangat menghormati pasukan Indonesia.

Pasukan Hizbullah

"Kami orang Libanon sebenarnya tidak menghargai dan menghormati pasukan UNIFIL. Karena, mereka tidak berpihak secara adil pada masyarakat Lebanon. Tetapi, kami melakukan ini karena sangat menghormati Anda orang Indonesia," kata salah seorang anggota Hizbullah.

Setelah peristwa itu, Chief of Cimic Sector Major Ferera mengucapkan terima kasih kepada Staff Cimic Indonesia atas bantuan yang diberikan, termasuk perlindungan serta pengamanan terhadap Tim Recce Spanyol.

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : Sindonews.com
Mengenal ISMERLO, Organisasi Tanggap Penyelamatan Kapal Selam Yang Didirikan NATO

Mengenal ISMERLO, Organisasi Tanggap Penyelamatan Kapal Selam Yang Didirikan NATO


Infokomando - ISMERLO didirikan NATO dan Kelompok Kerja Penyelamatan Kapal Selam (SMERWG) pada 2003, setelah tragedi tenggelamnya kapal selam Rusia, Kursk, yang tenggelam di Laut Barents dan menewaskan 118 awak di dalamnya.

Ketika KRI Nanggala-402 TNI Angkatan Laut langsung meminta bantuan International Submarine Escape and Rescue Liaison Office (ISMERLO), organisasi koordinasi internasional untuk operasi penyelamatan kapal selam.

"Ini kita kirim distress ke ISMERLO, langsung direspons Singapura dan Australia (mau mengirim bantuan) katanya," ujar Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispenal), Julius Widjono, pada Rabu (21/4) lalu.

Julius mengatakan bahwa permintaan bantuan ke negara tetangga melalui ISMERLO didasari atas kebutuhan mendesak untuk menyelamatkan kru yang terjebak di dalam kapal.

ISMERLO memang merupakan lembaga yang memfasilitasi tanggapan internasional untuk kapal selam yang membutuhkan bantuan (DISSUB).

Fokus organisasi militer ini adalah untuk menyelamatkan nyawa di laut. KRI Nanggala-402 sendiri membawa 53 awak saat hilang kontak pada Rabu lalu.

Sejak saat itu, ISMERLO aktif memberikan dukungan koordinasi profesional dari komunitas kapal selam internasional kepada TNI AL.

"Tenaga ahli dari tim ISMERLO siap untuk diterjunkan guna menawarkan bantuan kepada TNI AL dengan koordinasi internasional penyelamatan dan pencarian aset untuk memastikan penyelesaian secepat mungkin," demikian pernyataan ISMERLO dalam situs resminya.

ISMERLO didirikan NATO dan Kelompok Kerja Penyelamatan Kapal Selam (SMERWG) pada 2003, setelah tragedi kapal selam Rusia, Kursk, yang tenggelam di Laut Barents dan menewaskan 118 awak di dalamnya.

ISMERLO didirikan untuk menyediakan layanan penghubung internasional demi mencegah dan merespons dengan cepat jika ada insiden kapal selam.

Mereka akan mengaktifkan sistem koordinasi penyelamatan internasional dengan cepat jika terjadi kecelakaan kapal selam.

Bermarkas di Northwood, Inggris, organisasi ini beranggotakan tim ahli pembebasan dan penyelamatan kapal selam dari berbagai negara.

Berdasarkan situs ISMERLO, setidaknya 15 negara dan satu tim NATO siap untuk mengerahkan bantuan ketika ada panggilan darurat.

Kelima belas negara itu terdiri dari Australia, China, India, Jepang, Korea Selatan, Singapura, Swedia, Inggris, Brasil, Prancis, Italia, Rusia, Spanyol, Turki, dan Amerika Serikat.

Dari jalur komunikasi ISMERLO inilah India dan Singapura mendapatkan informasi mengenai KRI Nanggala-402 dan memutuskan untuk mengirimkan kapal penyelamat.

"Di bawah aturan ISMERLO, kapal selam penyelamat harus dikerahkan ketika kapal selam lainnya dilaporkan hilang atau tenggelam dan harus ada peralatan khusus pencarian bawah air untuk mencari kapal selam itu dan menyelamatkan personel yang terperangkap," tulis Kementerian Pertahanan India.

Selain India, Singapura dan Malaysia juga sudah mengerahkan kapal untuk membantu operasi penyelamatan KRI Nanggala-402.

Sementara itu, Australia, Korea Selatan, dan Amerika Serikat juga telah menyatakan siap mengerahkan personel untuk membantu pencarian KRI Nanggala-402.

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : CNNIndonesia.com
Kisah 200 Pasukan Sriwijaya, Bertempur Sampai Mati Melawan Sekutu di Surabaya

Kisah 200 Pasukan Sriwijaya, Bertempur Sampai Mati Melawan Sekutu di Surabaya

Ilustrasi pasukan sriwijaya di kedung cowek
Jika mendengar nama Sriwijaya, ingatan kita seakan menerawang ke sebuah nama daerah yang bernama Sumatera. Karena disanalah sebuah kerajaan besar bernama Sriwijaya dengan armada perangnya yang dikenal gagah berani pernah berdiri. 

Namun siapa sangka pada perang 10 Nopember 1945 saat Surabaya bersiap menghadapi sekutu, ratusan pemuda dari luar Jawa yang kemudian menamakan kesatuannya sebagai Batalyon Sriwijaya tiba - tiba muncul dan ikut bergabung melawan sekutu bersama pasukan TKR.

Penasaran? simak kisah mereka

Kekalahan Jepang tanpa syarat kepada sekutu di perang pasifik tahun 1945 adalah momentum yang tidak disia-siakan oleh rakyat Indonesia untuk segera memproklamirkan kemerdekaannya dari belenggu penjajahan. Namun, kemerdekaan yang baru saja di proklamasikan kembali terancam dengan rencana kedatangan sekutu ke Indonesia yang ternyata didomplengi oleh Inggris yang ingin kembali berkuasa di Indonesia.

Untuk menghadapi kemungkinan terburuk, rakyat Indonesia di berbagai daerah segera membentuk organisasi militer dan merekurt pemuda lainnya untuk diajari cara bertempur. Awalnya mereka membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR), tapi tidak lama kemudian BKR berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Di Surabaya, situasi terlihat sangat kacau karena pemuda dan TKR sedang membuat kantong-kantong pertahanan untuk menyambut kedatangan sekutu.

kemudian membentuk organisasi bersenjata untuk mempertahankan kemerdekaan dari Inggris yang mendomplengi sekutu.

Di Surabaya para pemuda yang tergabung dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR) segera membuat kantong-kantong pertahanan dan melucuti senjata Jepang, termasuk gudang amunisi Jepang di Kedung Cowek jatuh dan dikuasai TKR.

Seperti dikisahkan dalam buku "Benteng benteng Soerabaia" karya Nanang Purnomo, pasukan TKR kebingungan setelah menguasai Kedung Cowek mereka tidak bisa mengoperasikan meriam-meriam pantai dan artileri pertahanan udara yang bertengger diatas benteng.

Hingga suatu ketika tibalah serombongan pasukan "petualang" bekas Gyugun Jepang mendarat di Surabaya. Mereka tidak tahu arah dan tidak ada yang bisa berbahasa Jawa, karena keseluruhannya berasal dari luar pulau Jawa seperti  Tapanuli, Aceh, Deli serta beberapa dari Sumatera barat dan selatan. Mereka mengaku terdampar di Madura saat keluar dari Morotai menggunakan perahu, kemudian mereka menyeberang ke Surabaya untuk singgah.

Selanjutnya tanpa sengaja mereka bertemu dengan pimpinan TKR Kolonel dr. Wiliater Hutagalung yang juga berasal dari luar Jawa yaitu Tapanuli dan menjelaskan situasi Indonesia yang sudah merdeka. Wiliater juga mengatakan jika saat ini TKR bersama pemuda Surabaya lainnya sedang bersiap menunggu kedatangan Inggris yang ditengarai berniat merebut kemerdekaan Indonesia dengan mendomplengi sekutu.

Mendengar penjelasan Wiliater, rombongan tersebut akhirnya memutuskan untuk tinggal di Surabaya dan bergabung dengan TKR melawan Inggris. Untuk memudahkan komunikasi dan koordinasi, oleh TKR mereka diijinkan menyusun organisasinya sendiri dengan kepangkatan yang juga mereka tentukan sendiri. Setelah terbentuk, mereka menamakan dirinya sebagai Batalyon Sriwijaya.

Bergabungnya Batalyon Sriwijaya sebanyak kurang lebih 500 orang, TKR seperti mendapatkan kekuatan tambahan. Dan dengan pengalamannya sebagai pasukan Gyugun yang pernah berhadapan langsung dengan sekutu di Morotai tentu bukan hal sulit bagi pasukan Sriwijaya. Karena pasukan Gyugun di Morotai sudah terbiasa melayani meriam kaliber besar dan arteleri pertahanan udara milik Jepang. Ada sekitat 200 orang pasukan Sriwijaya ditempatkan TKR di benteng Kedung Cowek untuk mempertahankan wilayah pantai Surabaya.

Tentara sekutu masuk dengan kendaraan tempur modernnya tank sherman
Sekutu dikejutkan serangan pasukan Sriwijaya
Tanggal 25 Oktober 1945, Brigade 49 dari Divisi 23, yang berkekuatan sekitar 5.000 tentara mendarat di pantai Surabaya di bawah pimpinan Brigadir Aulbertin Walter Sothern Mallaby tiba di Surabaya. Pasukan Mallaby langsung mendirikan delapan pos pertahanan di Surabaya.

Terjadi dua fase pertempuran yang di Surabaya, fase pertama tanggal 28 - 29 Oktober 1945 dimana hasil akhirnya sekutu terdesak oleh serbuan TKR dan rakyat Indonesia di seluruh sudut kota Surabaya. Dan fase kedua, yaitu pertempuran besar antara pemuda dengan pasukan sekutu pada tanggal 10 November sampai dengan Desember 1945.

Difase kedua inilah saat kapal - kapal perang Inggris yang terdiri dari HMS Glenroy, HMS Princess Beatrix, HMS Waveney, HMS Loch Glendhi, HMS Cavallier, HMS Lochgorm, HMS Sussex, HMS Carron, dan HMS Ekma dikejutkan dengan adanya perlawanan sengit menggunakan meriam dan artileri udara dari arah timur pelabuhan tempat mereka melego jangkar yang berasal dari pantai sekitar Kedung Cowek berada.

Tembakan-tembakan meriam tersebut sangat terarah dan memiliki kualitas tembakan bagus, sehingga Inggris menduga jika tembakan tersebut dilakukan oleh tentara Jepang yang belum menyerah dan menyebutnya sebagai para penjahat perang (War Criminals).

Meriam seperti inilah yang rata-rata mengisi batrei pertahanan pantai Surabaya saat itu
Begitu gencarnya serangan tersebut hingga Inggris memutuskan untuk melakukan serangan dan membombardirnya. Pasukan Siliwangi yang sudah pengalaman menghadapi serangan dari meriam-meriam kapal Amerika dan Australia saat di Morotai tentu sudah terbiasa dan tidak gentar. Mereka putuskan untuk menghadapi pasukan Inggris sampai titik darah penghabisan. Karena sudah terbiasa menggunakan artileri pertahanan udara, pasukan Sriwijaya berhasil merontokkan dua pesawat tempur Inggris dan jatuh.

Inggris tersadar mereka sedang tidak menghadapi milisi tapi organisasi paramiliter bekas bentukan Jepang yang terbiasa melayani meriam kaliber besar. Inggris kemudian mengirim pasukan infanteri dalam jumlah besar untuk menjatuhkan benteng Kedung Cowek.

Korban kedua belah pihak berjatuhan sampai akhirnya sebanyak 200 orang pasukan Sriwijaya tewas ditangan Inggris. Sisa-sisa Batalyon Sriwijaya yang mundur lantas meleburkan diri ke Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Batalyon Djarot (Djarot Subijantoro) untuk bergerilya di luar kota.

Perlawanan Batalyon Sriwijaya baru berakhir pada 27 November 1945 setelah benteng itu diduduki Inggris. Catatan Public Record Office No. 172/6965 X/5 1512 dalam ISUM tertanggal 27 November melaporkan, tentara Inggris mendapati 400 ton peluru meriam yang belum sempat ditembakkan. 

***
Foto : Istimewa
Penulis : SRM
Sumber :
1. http://www.inilahduniakita.net/2016/08/indonesia-di-bawah-pendudukan-jepang.html
2. http://archive.rimanews.com/budaya/peradaban-sejarah/read/20151128/247859/Benteng-Kedungcowek-Jadi-Saksi-Bisu-10-November
3. http://wawasansejarah.com/pertempuran-surabaya/
4. Nanang Purwono. 2011. Benteng Benteng Soerabaia. Surabaya.
5. https://surabayahistoricalcommunity.wordpress.com/category/arsitektur/page/3/

Aksi Pierre Tendean memimpin pasukan katak menyusup ke Malaysia

Aksi Pierre Tendean memimpin pasukan katak menyusup ke Malaysia

Pierre Tendean
Kapten (Anumerta) Pierre Andreas Tendean yang merupakan satu dari 7 perwira TNI AD yang menjadi korban  keganasan Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam peristiwa Gerakan 30 September (G30S) 1965, merupakan sosok prajurit yang tangguh, cerdas, loyal dan memiliki naluri intelijen tajam sehingga dipilih untuk menjadi ajudan khusus Jenderal A.H Nasution dan keluarganya.

Tidak banyak yang tahu selama  masa konfrontasi RI - Malaysia, perwira muda ini pernah dikirim ke Malaysia melakukan aksi infiltrasi untuk mengumpulkan berbagai informasi terkait kekuatan militer Inggris dan Malaysia dengan menyamar sebagai turis.

Kisah penyusupan Pierre ke wilayah Malaysia ini tertulis di buku "Kopaska, Spesialis Pertempuran Laut Khusus" yang dibuat untuk memperingati 50 tahun Kopaska.

Dalam buku tersebut, kisah diawali dari datangnya sepucuk surat perintah yang diterima oleh Letnan Dua Czi Andreas Perre Tendean  di Medan, Sumatera Utara yang berisi perintah mengikuti pendidikan intelijen di Bogor tahun 1963. Saat itu Pierre masih menjabat komandan peleton di Batalyon Zeni Kodam II/Sriwijaya.

Pada masa itu, situasi negara sedang dalam keadaan genting paska digelorakannya perlawanan Presiden Soekarno yang  menentang berdirinya negara Federasi Malaysia karena dianggap sebagai negara boneka bentukan Inggris. Dia tidak ingin Malaysia dijadikan sebagai basis pangkalan militer oleh Inggris yang saat itu sedang berkecamuk perang dingin antara Uni Soviet melawan Amerika dan sekutunya.

Untuk menghalangi terbentuknya negara Malaysia, Soekarno menggerakan kekuatan militer yang dikamuflase sebagai sukarelawan dan disusupkan ke perbatasan Malaysia terutama melalui Sabah dan Sarawak. Disinilah Pierre dengan tim elit pasukan katak TNI AL yang dikomandaninya ikut menyusup dan terlibat dalam misi sabotase dengan menyasar jaringan pipa air minum Malaysia. Saat itu TNI mempercayakan padanya memimpin pergerakan pasukan intelijen di basis Y yang meliputi Malaka dan Johor.
Presiden Soekarno saat inspeksi pasukan
Sebagai prajurit berkemampuan intelijen tempur, Pierre cukup piawai karena berhasil menyusup ke Malaysia sebanyak dua kali dengan menyamar sebagai turis. Sosoknya yang berpawakan mirip bule tentu bukan hal sulit baginya untuk melakukan penyamaran. Namun naas, di aksi penyusupannya yang ketiga kali, speedboat yang dikemudikannya kepergok kapal penghancur Inggris (Destroyer) lalu mengejarnya. Beruntung dia dengan sigap dapat membelokkan arah speedboat lalu menceburkan diri ke laut menuju kapal nelayan. Selama berada di bawah kapal nelayan, dengan hati-hati Pierre memegangi perahu tersebut dengan kondisi badan terbenam di air seluruhnya. Hal ini agar si nelayan tidak sadar jika perahunya terdapat seseorang yang sedang menyelamatkan diri dari kejaran kapal perang Inggris.

Speedboatnya sempat digeledah oleh Inggris, namun karena hanya dijumpai seorang pengemudi sendirian dan tidak mencurigakan, maka pihak Inggris melepas speedboat tersebut dan menghentikan pengejaran.

Sejarah mencatat keberhasilan tim siluman yang dikomandoi oleh Pierre ini selama menjalankan misi rahasia di Malaysia, hingga aksinya terdengar sampai wilayah Kuala Lumpur.

Tidak hanya itu, aksi Pierre ini juga terdengar sampai telinga para jenderal TNI AD sehingga berusaha memperebutkan Pierre sebagai salah satu ajudan pribadinya, namun yang berhasil mendapatkan Pierre dalam seleksi tersebut adalah Jenderal AH. Nasution.

***
Foto : Istimewa
Penulis : SRM
Sumber : Infokomando
Membongkar Pemasok Senjata OPM, Kopassus Sergap Intelijen Asing di PNG

Membongkar Pemasok Senjata OPM, Kopassus Sergap Intelijen Asing di PNG

Prajurit TNI sedang patroli ralasuntai
Tidak sia-sia TNI memiliki pasukan khusus sekaliber Special Air Service (SAS) Inggris yang sudah teruji kemampuannya di segala medan. Bahkan SAS sendiri pernah berhadapan langsung dengan Kopassus di pedalaman hutan Kalimantan Barat tahun 1965 saat terjadi Konfrontasi RI – Malaysia pada masa Dwikora.

Ternyata tidak hanya SAS Inggris yang pernah berhadapan langsung dengan Kopassus, di PNG intelijen Australia pernah kena sergapan tim Kopassus yang dikirim oleh Jakarta untuk membuktikan jika persoalan Papua ada campur tangan asing yang secara diam-diam memasok senjata untuk Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Operasi khusus penyergapan ini bermula ketika salah satu pos TNI yang berlokasi di Muaratami, Kabupaten Jayapura mendapat serangan dadakan dari OPM yang berjumlah 14 orang.  Sedangkan saat itu terdapat 16 prajurit TNI yang sedang bersiaga dari Yonif 712 Kodam Merdeka. Pasukan TNI ini sudah ditempatkan di pos tersebut sejak Mei 1984 untuk mengamankan Muaratami. Namun pada 2 Oktober 1984 sekitar pukul 16.30 WITA, pasukan TNI yang berjaga di pos itu mendapat serangan dadakan dari OPM dan peristiwa serangan inipun disiarkan langsung oleh Radio Australia.

Selama kontak tembak, pasukan TNI berhasil menjepit OPM dan mengenai salah satunya hingga tewas, sedangkan sisanya melarikan diri ke hutan meninggalkan temannya yang tertembak. Saat diperiksa mayatnya, terdapat senjata AKS-74 buatan Soviet dan bom tangan dimana semuanya masih tergolong baru. Hal ini menimbulkan pertanyaan di sejumlah petinggi TNI tentang asal usul senjata-senjata itu sehingga harus dilakukan penyelidikan mendalam.

Setelah TNI melakukan penyelidikan, Pangdam Cendrawasih Brigjen Raja Kami Sembiring Meliala mendapatkan laporan intelijen jika terdapat helikopter asing yang berlalu lalang dengan pintu terbuka di daerah PNG dekat kamp pelintas batas Blackwater sekitar Vanimo. Saat melintas helikopter tersebut diketahui menjatuhkan sesuatu dari balik pintu seperti kardus makanan, selain itu juga didapati peti panjang yang diduga berisi senjata. Yang tidak lazim adalah penumpang didalamnya semuanya berkulit putih dan bukan orang asli Papua atau PNG. Hal inilah yang menjadikan kecurigaan TNI semakin kuat jika ada campur tangan asing di Papua dan harus dibuktikan. 

Pada masa itu, Australia memang diketahui kerap "usil" dengan Indonesia dan diam-diam memberikan dukungan terhadap kelompok separatis OPM. Mereka menjadikan OPM sebagai alat untuk menyerang TNI dan mengacaukan situasi di Papua agar terkesan tidak kondusif. Tidak hanya itu, secara politis kebijakan mereka juga ada kecenderungan untuk "membela" kelompok tersebut. PNG yang wilayahnya dijadikan Australia sebagai lokasi penurunan logistik untuk kelompok separatis Papua dimintai penjelasan oleh pemerintah RI, namun jawabannya tidak tahu menahu terkait aktifitas militer Australia di wilayahnya apalagi jika dikaitkan dengan pengiriman senjata kepada OPM.

Melihat kekeuh-nya PNG yang tidak mau memberikan penjelasan konkrit tentang aktifitas militer negara lain di wilayahnya, Pangdam Cendrawasih kemudian melaporkan permasalahan ini ke Mabes TNI yang saat itu masih bernama ABRI. Panglima ABRI Jenderal LB Moerdani kemudian memerintahkan salah satu pasukan komando yaitu Detasemen 81 Kopassus dan menunjuk Mayor Inf Prabowo Subianto untuk membentuk tim kecil dan dikirim ke perbatasan PNG guna mencari tahu negara mana yang diam-diam memberikan bantuan militer ke OPM.

Dari Jayapura tim kecil komando tersebut kemudian diterbangkan menggunakan helikopter menuju suatu tempat dan mereka melanjutkan misi menggunakan perahu karet ke suatu titik lokasi di wilayah PNG sekitar 50 Km dari tapal batas perbatasan RI - PNG. Hal ini untuk menghindari terdeteksinya unit kecil komando dari pantauan otoritas PNG yang dianggap kurang kooperaktif dengan Indonesia.

Operasi ini dinilai cukup berbahaya mengingat jalur yang dilintasi oleh pasukan komando memiliki banyak rintangan alam dan ketika mereka mencoba melewati jalur laut salah satu personel mereka mengalami luka cukup parah karena mempertahankan perahu dari ganasnya terjangan ombak. Apalagi mereka bergerak pada dini hari dengan jarak pandangan terbatas. Sesampainya di daratan, mereka kemudian segera mencari titik-titik lokasi yang dicurigai sebagai lokasi penimbunan senjata. Akan tetapi dihari pertama penantian mereka, hasilnya masih nihil sehingga mereka harus bersabar menunggu mangsa mereka muncul dengan terus melakukan pengendapan.

Setelah menunggu selama dua hari dua malam, akhirnya mangsa yang ditunggu muncul dengan cara sembunyi-sembunyi. Dua orang kulit putih muncul dari balik rimbunnya hutan PNG. Mereka tanpa sadar melintasi posisi pasukan Kopassus yang sedang mengintainya. Tanpa membuang waktu, kedua bule ini pun disergap. Setelah diperiksa dan diinterogasi, keduanya mengakui sebagai agen rahasia Australia.

Mereka juga menunjukkan lokasi tempat dimana helikopter milik Australia yang memasok senjata dan amunisi untuk OPM. Kedua agen Australia itu kemudian dibawa secara rahasia ke wilayah Papua, Indonesia. Kemudian, keduanya ditahan di Jakarta. Pemerintah Indonesia memberitahukan kepada Pemerintah Australia soal keterlibatan agen Negeri Kanguru itu dalam memasok senjata untuk OPM di wilayah PNG. Beberapa bulan kemudian, keduanya diekstradisi ke Australia.

Penyergapan yang dilakukan oleh pasukan khusus Indonesia ini sangat mengejutkan pihak Australia karena tidak menyangka jika operasi intelijen yang mereka gelar akan terbongkar dengan ditangkapnya dua agen mereka di PNG. Sedangkan bagi Indonesia, operasi intelijen diluar teritorial Indonesia ini merupakan suatu keberhasilan TNI dalam melakukan kontra intelijen melawan pihak-pihak yang dianggap membahayakan kedaulatan NKRI.

***
Foto : Istimewa
Penulis : SRM
Sumber : Infokomando
Kedung Cowek,Satu-satunya Benteng Pertahanan Pantai Belanda yang Tersisa di Surabaya

Kedung Cowek,Satu-satunya Benteng Pertahanan Pantai Belanda yang Tersisa di Surabaya

Benteng utama Kedung Cowek, pada bagian atasnya adalah bekas dimana meriam-meriam pantai diletakkan, sedangkan gedung sisi kanan terdapat lubang kamar tempat amunisi meriam disuplai
Tidak banyak yang tahu jika di pesisir pantai utara Surabaya berdiri sebuah benteng kuno dengan tujuh bangunan beton cor kokoh bekas peninggalan zaman kolonial Belanda yang dikenal dengan sebutan benteng Kedung Cowek. Lokasinya tidak jauh dari jembatan Suramadu, sekitar 300 m dari gerbang pintu masuk dan cukup dekat dengan terminal Kedung Cowek (Bersebelahan).

Untuk memasuki kawasan benteng harus ijin ke pos penjagaan yang dijaga anggota TNI AD dari Paldam V/Brawijaya, mengingat kawasan tersebut dulunya adalah area terbatas yang difungsikan sebagai gudang penyimpanan amunisi TNI AD. Tapi semenjak ada pembangunan jembatan Suramadu, seluruh amunisi dipindahkan ke tempat lain.
Meski sudah bukan tempat penyimpanan amunisi, tapi masih terbatas untuk umum
Saat pertama kali memasuki areal benteng, sepintas kita tidak akan tahu jika dibalik semak belukar terdapat sebuah bangunan kuno yang kokoh dimana dulunya dijadikan sebagai benteng pertahanan pantai atau pesisir oleh Belanda.

Bentuknya kotak membujur kesamping mengikuti alur garis pantai dan tertutup lebatnya semak belukar serta pepohonan. Jika ingin mendekati areal tersebut harus hati-hati karena menurut warga dan penjaga pos, disekitar benteng masih ditemukan binatang berbisa seperti ular dan binatang melata lainnya. Jadi wajib menggunakan celana panjang dan sepatu.

Posisi benteng menghadap ke arah pantai dan terdapat dua anak tangga dibagian sisi dalamnya mengarah keatas dimana ada sebuah landasan dari beton cor yang sangat kuat. Di bawah landasan terdapat lubang menjorok kedalam. Menurut informasi landasan tersebut adalah tempat meriam anti kapal ditempatkan, sedangkan lubang yang ada dibawahnya adalah tempat meletakkan amunisi meriam yang juga bisa dijadikan sebagai tempat perlindungan sementara jika benteng mendapat serangan balas.
Fort Pasir Panjang di Singapura memiliki konstruksi bangunan yang sama dengan Kedung Cowek Surabaya
Ady Setiawan pendiri komunitas sejarah Rooder Borg Soerabaia menceritakan jika benteng-benteng ini dibangun oleh Belanda pada abad 19 akhir yang difungsikan sebagai salah satu alat pertahanan pantai Belanda untuk melindungi jalur perdagangan mereka seperti pelabuhan dan pantai Surabaya.

"Belanda memiliki banyak pemasukan (Hasil bumi) dari Surabaya sehingga penempatan benteng-benteng ini bertujuan untuk menjaga pelabuhan milik Belanda yang jadi jalur keluar masuk kapal" terangnya.
Salah satu bunker pertahanan Belanda di Kedung Cowek mirip Pillboxes yang rata-rata digunakan untuk menempatkan senapan mesin
Benteng-benteng tersebut jika disusuri ternyata tidak berdiri sendiri, ada yang menyambung kesamping dan ada yang terpisah, tapi keseluruhannya saling mendukung. Misalkan pada bangunan ketiga memiliki konstruksi berbeda yakni melingkar dengan landasan rel di permukaannya. Diyakini bangunan ini dulunya ditempatkan sebuah artileri pertahanan udara dan fungsi bantalan rel sebagai lajur artileri saat digeser posisinya. Kemudian pada bangunan sebelah kanannya  terdapat benteng dengan lubang perlindungan memanjang layaknya Pillboxs mirip benteng pertahanan yang terdapat di Normandy saat sekutu menyerang Jerman pada Perang Dunia II. Jika benar, maka kemungkinan besar di bangunan tersebut pernah ditempatkan penjagaan dengan senapan mesin untuk menyerang pasukan pendarat musuh.
Masih asli, seorang pegiat sejarah sedang menunjuk lubang-lubang bekas tembakan yang mengenai dinding
Yang unik dari benteng Kedung Cowek yaitu adanya lubang-lubang bekas tembakan tentara sekutu masih tampak jelas saat menembaki pasukan Sriwijaya yang bertahan pada benteng tersebut. Bahkan saat infokomando.com mencoba melongok salah satu ruangan dalam benteng ditemukan lubang bekas tembakan lebih dari 10 buah searah dengan pintu masuk. Diduga dalam ruangan ini pernah terjadi pertempuran jarak dekat antara pasukan Sriwijaya dengan tentara sekutu. Dalam pertempuran di Kedung Cowek ini, perlu waktu 17 hari bagi tentara sekutu untuk bisa menduduki dan menguasai benteng yang dijaga mati-matian oleh pasukan Sriwijaya.

Tak terawat, vandalisme dimana-mana
Jika di Singapura benteng-benteng peninggalan kolonial Belanda nan megah tersebut masuk sebagai salah satu bangunan bersejarah yang dilindungi, hal ini berbanding terbalik dengan yang terjadi di Surabaya. Sebagai kota pahlawan, Surabaya tidak memiliki banyak destinasi wisata yang bernilai sejarah. Bahkan tidak sedikit gedung-gedung yang memiliki nilai sejarah tinggi terbengkalai seperti tak terurus. Contohnya benteng Kedung Cowek, sangat disayangkan hampir sebagian besar tembok bangunan bersejarah itu dipenuhi dengan coretan vandalisme dimana-mana. Tidak hanya dibagian luar saja, dibagian dalam juga tidak luput dari ulah jahil sejumlah anak-anak muda yang tidak paham nilai-nilai sejarah. Jika diperhatikan dari bau catnya, tindakan vandalisme tersebut masih tergolong baru.
Kondisi bangunan yang tertutup semak belukan membuatnya tak terlihat dari arah pantai
Tidak cuma itu, bangunan yang dulunya kokoh dan megah itu kini tampak tak terawat dan nyaris seluruh bagian luarnya tertutup semak belukar dan pepohonan liar. Sehingga jika diperhatikan dari pantai sama sekali tak terlihat jika dibalik lebatnya tanaman berdiri sebuah benteng bekas peninggalan Belanda.

Tidak hanya coretan vandalisme, entah bagaimana ceritanya hampir seluruh pintu-pintu benteng yang terbuat dari baja asli, kini hilang tak diketahui rimbanya. Bahkan beberapa bagian benteng nyaris tertimbun tanah.

Sinergitas Pemkot dan TNI diperlukan untuk membangun Kedung Cowek 
Mengingat benteng yang dibangun Belanda pada akhir abad 19 ini menyimpan banyak nilai sejarah terutama untuk mengingat peristiwa pertempuran 10 November 1945, Ady yang didukung oleh seluruh komunitas pecinta sejarah seperti Roode Borg Soerabaia, Surabaya Heritage Society, Sarekat Pusaka Surabaya, dan Love Suroboyo berharap Pemkot Surabaya bisa bersinergi dengan menggandeng TNI khususnya Kodam V/Brawijaya untuk merevitalisasi Kedung Cowek menjadi salah satu destinasi wisata sejarah di Surabaya yang menarik.
Ady Setiawan saat menunjukkan cetak biru benteng-benteng peninggalan Belanda di Surabaya
"Kami berharap ini bisa mengedukasi warga Surabaya jika disini (Kedung Cowek) pernah terjadi pertempuran hebat antara pasukan Sriwijaya dengan Inggris. Kita bisa mencontoh Singapura yang menjadikan benteng peninggalan Belanda sebagai pusat edukasi sejarah lengkap dengan dioramanya." jelasnya kepada infokomando.com.
Komunitas pegiat sejarah Surabaya melakukan penelusuran sejarah benteng Kedung Cowek
Sependapat dengan pendiri Roode Borg Soerabaia, Danramil Kenjeran Mayor Inf N. H. Irianto melihat ini sebagai sebuah masukan positif demi mengedukasi warga Surabaya dan tentang larangan warga keluar masuk kawasan tersebut, Irianto menjelaskan jika pihaknya tidak melarang akan tetapi harus izin ke Paldam atau Koramil Kenjeran.

"Kami tidak melarang, tapi harus izin ke Paldam atau Koramil Kenjeran." katanya.

Benteng Kedung Cowek :

Benteng Kedung Cowek adalah satu-satunya benteng peninggalan kolonial Belanda yang dijadikan sebagai salah satu basis pertahanan pantai Belanda untuk melindungi jalur perdagangan miliknya yaitu pelabuhan dan pantai Surabaya. Pada pertempuran 10 November 1945, benteng ini menjadi lokasi pertempuran dahsyat antara pasukan Sriwijaya dengan tentara Sekutu. Dari sekian banyak benteng yang pernah dibuat Belanda di Surabaya, Gresik dan Madura, hanya Kedung Cowek yang tersisa dan tampak utuh. 

***
Foto : Istimewa
Penulis : SRM
Sumber : Infokomando