Dengan tibanya pengiriman gelombang perdana AH-64E Apache
Guardian di Lanud Ahmad Yani, Semarang pada Senin (18/12/2017) lalu, praktis
menjadikan Indonesia sebagai pengguna kedua helikopter tempur Apache di kawasan
Asia Tenggara. Pengguna pertama Apache tak lain adalah Singapura, Negara Pulau
tersebut terhitung telah mengoperasikan 20 unit AH-64D Apache Longbow sejak
tahun 2006, yang dikirim dalam dua gelombang pada tahun 1999 dan 2001.
***
Foto : Istimewa
Penulis : Haryo
Sumber : Indomiliter
Dari aspek kelengkapan senjata, kesiapan operasional dan
pengalaman awaknya, jelas Apache Singapura lebih unggul. Namun dalam
spesifikasi, jika merujuk pada factsheet yang dilampirkan pihak Boeing, maka
Apache milik Indonesia punya kemampuan lebih dibanding Apache kepunyaan
Singapura.
AH-64D Apache Longbow milik Singapura dioperasikan oleh
Angkatan Udara, persisnya di 120 Squadron “Kestrel” yang berbasis di Sembawang
Air Base. AH-64D Apache Longbow (Block II) perdana dirilis Boeing pada Februari
2003, pengguna pertamanya sudah jelas adalah AD Amerika Serikat.
Saat diluncurkan lebih dari satu dekade lalu, AH-64D
Apache Longbow sudah dilengkapi glass cockpit and advanced sensors. Sebagai
identitas pasti dari seri ini adalah keberadaan radar pengendali tembakan
AN/APG-78 Longbow, yang khas disematkan di atas rotor utama. Tidak itu saja,
AH-64D juga dilengkapi Radar Frequency Interferometer (RFI).
Bicara dapur pacu, AH-64D Apache Longbow mengadopsi
sepasang mesin T700-GE-701C. Kekuatan mesin yang dihasilkan adalah 1.890 shp
(1.410 kW). Pada seri ini, Apache sudah dapat meluncurkan senjata baru, yaitu
rudal udara ke udara AIM-92 Stinger.
AH-64E Apache Guardian TNI AD
Sementara Indonesia yang masih pemula sebagai pengguna Apache, mempunyai seri helikopter yang lebih baru dibanding kepunyaan Singapura. Meski unit Apache yang diakuisisi hanya delapan unit, Apache Puspenerbad adalah AH-64E Apache Guardian. Sebagai informasi, sejatinya AH-64E adalah seri AH-64D Apache Longbow Block III, yang kemudian oleh Boeing diberi kode sebagai AH-64E Apache Guardian dan dirilis perdana pada tahun 2012.
Sementara Indonesia yang masih pemula sebagai pengguna Apache, mempunyai seri helikopter yang lebih baru dibanding kepunyaan Singapura. Meski unit Apache yang diakuisisi hanya delapan unit, Apache Puspenerbad adalah AH-64E Apache Guardian. Sebagai informasi, sejatinya AH-64E adalah seri AH-64D Apache Longbow Block III, yang kemudian oleh Boeing diberi kode sebagai AH-64E Apache Guardian dan dirilis perdana pada tahun 2012.
Tentang pemberian nickname “Guardian” ternyata ada
kisahnya tersendiri, nama Guardian diusulkan oleh Gina Gill, logistics
management specialist di Army Aviation and Missile Command Logistics Center,
Redstone Arsena. Gina memenangkan kompetisi pemberian nama “baru” Apache
setelah mendepankan peran Apache sebagai pelindung bagi nyawa pasukan darat di
dalam pertempuran, oleh sebab itu disebut sebagai Guardian.
Apa yang baru dari AH-64E Apache Guardian? Yang paling
kentara adalah adopsi mesin baru, yakni digunakan sepasan mesing T700-GE-701D
dari General Electric, yang punya kekuatan lebih besar dari mesin AH-64D, yakni
1.994 shp (1.487 kW). Transmisi mesin pun diubah menjadi coupedengan
tenaga ekstra. Alhasil kecepatan maksimum AH-64E bisa mencapai 300 km per jam,
sementara AH-64D kecepatan maskimumnya 293 km per jam. Meningkatnya kecepatan
pada AH-64E diketahui juga berkat penggunaan material komposit baru pada pada
baling-baling.
Di AH-64E, Boeing menyematkan sistem datalink MUM-TX
lansiran L-3 Communications. Keunggulan dari datalink ini memungkinkan awak
helikopter untuk dapat mengendalikan drone (UAV) lewat frekuensi C, D, L, dan
Ku-band. Yang baru lainnnya, Boeing melakukan perbaikan pada elemen landing
gear. Selain memproduksi AH-64E full gress alias baru, khusus melayani AD
AS, Boeing tengah melakukan program upgrade dari AH-64D ke AH-64E, program ini
telah berjalan sejak akhir 2012 untuk 634 unit AH-64D.
Lepas dari spesifikasi di atas, penggunaan sensor
M-TADS/PNVS (Modernized Target Acquisition Designation Sight/ Pilot Night
Vision Sensor ) dan radar AN/APG-78 pada AH-64D dan AH-64E bisa dibilang
serupa. Begitu juga untuk kelengkapan senjata, baik Indonesia dan Singapura
sama-sama mengandalkan kanon M230, rudal Hellfire AGM-114R3 dan
roket Hydra 70. (Haryo Adjie)
***
Foto : Istimewa
Penulis : Haryo
Sumber : Indomiliter