Perselisihan TNI Dengan Pasukan Multinasional PBB di Timtim

Paska referendum pada 30 Agustus 1999 silam, secara cepat TNI melakukan aksi pengunduran bertahap dari bekas provinsi ke-27 tersebut menuju perbatasan Indonesia. Bahkan saking terburu-burunya, ribuan perlengkapan tempur sempat ada yang tertinggal dan diamankan oleh pasukan TNI lainnya yang bertugas melakukan pembersihan.

Hal tersebut diperparah dengan kedatangan pasukan International Forces of East Timor (Interfet) PBB yang dipimpin Australia pada 20 September 1999. Saat pesawat C-130 Hercules yang membawa pasukan Interfet mendarat di bandara Komoro Dilli, mereka dengan cepat melakukan stelling (formasi bertahan) dan siap tempur. Tentu saja ini membuat pasukan TNI yang berada di areal bandara terkejut dan mengambil formasi tempur untuk menghadapi Interfet.

Tidak hanya di Dilli, pada 10 Oktober 1999 di perbatasan Timtim - NTT tepatnya Desa Mota Ain, terjadi saling serang antara TNI - Polri dengan pasukan Interfet dengan jumlah yang tidak berimbang. Pasukan Interfet yang didukung panser dan ratusan personel memasuki perbatasan NTT yang kemudian baku tembak dengan 10 anggota TNI - Polri penjaga pos dimana dari bentrokan tersebut 1 orang anggota Brimob gugur dan 3 lainnya luka-luka.

Dibeberapa wilayah lainnya juga terjadi ketegangan dimana rombongan Interfet berusaha memasuki markas TNI yang saat itu dijaga Marinir dan hendak meninggalkan lokasi. Tidak terima dengan sikap pasukan multinasional tersebut, seorang perwira Marinir melakukan pengusiran sehingga rombongan Interfet pergi meninggalkan lokasi.

Dibawah ini merupakan video detik-detik saat TNI meninggalkan Timor Timur (Timtim) yang sekarang menjadi Timor Leste paska ditetapkannya sebagai negara merdeka pada 19 Oktober 1999 dan tidak lagi menjadi bagian provinsi ke 27 Indonesia.


***
Foto : Istimewa
Penulis : Arsen
Sumber : Infokomando