Kedung Cowek,Satu-satunya Benteng Pertahanan Pantai Belanda yang Tersisa di Surabaya

Tags

Benteng utama Kedung Cowek, pada bagian atasnya adalah bekas dimana meriam-meriam pantai diletakkan, sedangkan gedung sisi kanan terdapat lubang kamar tempat amunisi meriam disuplai
Tidak banyak yang tahu jika di pesisir pantai utara Surabaya berdiri sebuah benteng kuno dengan tujuh bangunan beton cor kokoh bekas peninggalan zaman kolonial Belanda yang dikenal dengan sebutan benteng Kedung Cowek. Lokasinya tidak jauh dari jembatan Suramadu, sekitar 300 m dari gerbang pintu masuk dan cukup dekat dengan terminal Kedung Cowek (Bersebelahan).

Untuk memasuki kawasan benteng harus ijin ke pos penjagaan yang dijaga anggota TNI AD dari Paldam V/Brawijaya, mengingat kawasan tersebut dulunya adalah area terbatas yang difungsikan sebagai gudang penyimpanan amunisi TNI AD. Tapi semenjak ada pembangunan jembatan Suramadu, seluruh amunisi dipindahkan ke tempat lain.
Meski sudah bukan tempat penyimpanan amunisi, tapi masih terbatas untuk umum
Saat pertama kali memasuki areal benteng, sepintas kita tidak akan tahu jika dibalik semak belukar terdapat sebuah bangunan kuno yang kokoh dimana dulunya dijadikan sebagai benteng pertahanan pantai atau pesisir oleh Belanda.

Bentuknya kotak membujur kesamping mengikuti alur garis pantai dan tertutup lebatnya semak belukar serta pepohonan. Jika ingin mendekati areal tersebut harus hati-hati karena menurut warga dan penjaga pos, disekitar benteng masih ditemukan binatang berbisa seperti ular dan binatang melata lainnya. Jadi wajib menggunakan celana panjang dan sepatu.

Posisi benteng menghadap ke arah pantai dan terdapat dua anak tangga dibagian sisi dalamnya mengarah keatas dimana ada sebuah landasan dari beton cor yang sangat kuat. Di bawah landasan terdapat lubang menjorok kedalam. Menurut informasi landasan tersebut adalah tempat meriam anti kapal ditempatkan, sedangkan lubang yang ada dibawahnya adalah tempat meletakkan amunisi meriam yang juga bisa dijadikan sebagai tempat perlindungan sementara jika benteng mendapat serangan balas.
Fort Pasir Panjang di Singapura memiliki konstruksi bangunan yang sama dengan Kedung Cowek Surabaya
Ady Setiawan pendiri komunitas sejarah Rooder Borg Soerabaia menceritakan jika benteng-benteng ini dibangun oleh Belanda pada abad 19 akhir yang difungsikan sebagai salah satu alat pertahanan pantai Belanda untuk melindungi jalur perdagangan mereka seperti pelabuhan dan pantai Surabaya.

"Belanda memiliki banyak pemasukan (Hasil bumi) dari Surabaya sehingga penempatan benteng-benteng ini bertujuan untuk menjaga pelabuhan milik Belanda yang jadi jalur keluar masuk kapal" terangnya.
Salah satu bunker pertahanan Belanda di Kedung Cowek mirip Pillboxes yang rata-rata digunakan untuk menempatkan senapan mesin
Benteng-benteng tersebut jika disusuri ternyata tidak berdiri sendiri, ada yang menyambung kesamping dan ada yang terpisah, tapi keseluruhannya saling mendukung. Misalkan pada bangunan ketiga memiliki konstruksi berbeda yakni melingkar dengan landasan rel di permukaannya. Diyakini bangunan ini dulunya ditempatkan sebuah artileri pertahanan udara dan fungsi bantalan rel sebagai lajur artileri saat digeser posisinya. Kemudian pada bangunan sebelah kanannya  terdapat benteng dengan lubang perlindungan memanjang layaknya Pillboxs mirip benteng pertahanan yang terdapat di Normandy saat sekutu menyerang Jerman pada Perang Dunia II. Jika benar, maka kemungkinan besar di bangunan tersebut pernah ditempatkan penjagaan dengan senapan mesin untuk menyerang pasukan pendarat musuh.
Masih asli, seorang pegiat sejarah sedang menunjuk lubang-lubang bekas tembakan yang mengenai dinding
Yang unik dari benteng Kedung Cowek yaitu adanya lubang-lubang bekas tembakan tentara sekutu masih tampak jelas saat menembaki pasukan Sriwijaya yang bertahan pada benteng tersebut. Bahkan saat infokomando.com mencoba melongok salah satu ruangan dalam benteng ditemukan lubang bekas tembakan lebih dari 10 buah searah dengan pintu masuk. Diduga dalam ruangan ini pernah terjadi pertempuran jarak dekat antara pasukan Sriwijaya dengan tentara sekutu. Dalam pertempuran di Kedung Cowek ini, perlu waktu 17 hari bagi tentara sekutu untuk bisa menduduki dan menguasai benteng yang dijaga mati-matian oleh pasukan Sriwijaya.

Tak terawat, vandalisme dimana-mana
Jika di Singapura benteng-benteng peninggalan kolonial Belanda nan megah tersebut masuk sebagai salah satu bangunan bersejarah yang dilindungi, hal ini berbanding terbalik dengan yang terjadi di Surabaya. Sebagai kota pahlawan, Surabaya tidak memiliki banyak destinasi wisata yang bernilai sejarah. Bahkan tidak sedikit gedung-gedung yang memiliki nilai sejarah tinggi terbengkalai seperti tak terurus. Contohnya benteng Kedung Cowek, sangat disayangkan hampir sebagian besar tembok bangunan bersejarah itu dipenuhi dengan coretan vandalisme dimana-mana. Tidak hanya dibagian luar saja, dibagian dalam juga tidak luput dari ulah jahil sejumlah anak-anak muda yang tidak paham nilai-nilai sejarah. Jika diperhatikan dari bau catnya, tindakan vandalisme tersebut masih tergolong baru.
Kondisi bangunan yang tertutup semak belukan membuatnya tak terlihat dari arah pantai
Tidak cuma itu, bangunan yang dulunya kokoh dan megah itu kini tampak tak terawat dan nyaris seluruh bagian luarnya tertutup semak belukar dan pepohonan liar. Sehingga jika diperhatikan dari pantai sama sekali tak terlihat jika dibalik lebatnya tanaman berdiri sebuah benteng bekas peninggalan Belanda.

Tidak hanya coretan vandalisme, entah bagaimana ceritanya hampir seluruh pintu-pintu benteng yang terbuat dari baja asli, kini hilang tak diketahui rimbanya. Bahkan beberapa bagian benteng nyaris tertimbun tanah.

Sinergitas Pemkot dan TNI diperlukan untuk membangun Kedung Cowek 
Mengingat benteng yang dibangun Belanda pada akhir abad 19 ini menyimpan banyak nilai sejarah terutama untuk mengingat peristiwa pertempuran 10 November 1945, Ady yang didukung oleh seluruh komunitas pecinta sejarah seperti Roode Borg Soerabaia, Surabaya Heritage Society, Sarekat Pusaka Surabaya, dan Love Suroboyo berharap Pemkot Surabaya bisa bersinergi dengan menggandeng TNI khususnya Kodam V/Brawijaya untuk merevitalisasi Kedung Cowek menjadi salah satu destinasi wisata sejarah di Surabaya yang menarik.
Ady Setiawan saat menunjukkan cetak biru benteng-benteng peninggalan Belanda di Surabaya
"Kami berharap ini bisa mengedukasi warga Surabaya jika disini (Kedung Cowek) pernah terjadi pertempuran hebat antara pasukan Sriwijaya dengan Inggris. Kita bisa mencontoh Singapura yang menjadikan benteng peninggalan Belanda sebagai pusat edukasi sejarah lengkap dengan dioramanya." jelasnya kepada infokomando.com.
Komunitas pegiat sejarah Surabaya melakukan penelusuran sejarah benteng Kedung Cowek
Sependapat dengan pendiri Roode Borg Soerabaia, Danramil Kenjeran Mayor Inf N. H. Irianto melihat ini sebagai sebuah masukan positif demi mengedukasi warga Surabaya dan tentang larangan warga keluar masuk kawasan tersebut, Irianto menjelaskan jika pihaknya tidak melarang akan tetapi harus izin ke Paldam atau Koramil Kenjeran.

"Kami tidak melarang, tapi harus izin ke Paldam atau Koramil Kenjeran." katanya.

Benteng Kedung Cowek :

Benteng Kedung Cowek adalah satu-satunya benteng peninggalan kolonial Belanda yang dijadikan sebagai salah satu basis pertahanan pantai Belanda untuk melindungi jalur perdagangan miliknya yaitu pelabuhan dan pantai Surabaya. Pada pertempuran 10 November 1945, benteng ini menjadi lokasi pertempuran dahsyat antara pasukan Sriwijaya dengan tentara Sekutu. Dari sekian banyak benteng yang pernah dibuat Belanda di Surabaya, Gresik dan Madura, hanya Kedung Cowek yang tersisa dan tampak utuh. 

***
Foto : Istimewa
Penulis : SRM
Sumber : Infokomando