Prajurit tersebut adalah Sertu Moch Waki
yang merupakan anggota dari Koramil 25/Gadingrejo Kodim 0819
Pasuruan. Banjir besar yang melanda Pasuruan di pekan ketiga bulan
Februari lalu, nampaknya menjadi sebuah momen besar bagi Waki. Betapa
tidak, meski bukan kali pertama bagi pria kelahiran Sampang, Madura
ini menjadi tim evakuasi banjir, namun aksinya kali ini mampu
menjadi sorotan publik.
Pagi itu, Waki yang sedang
bersiap menuju Koramil 25/Gadingrejo mendapat telepon dari rekannya dan diminta
langsung menuju ke lokasi banjir. Sesampainya di lokasi, ia menuju warung kopi
terdekat untuk minum sebentar sembari memantau situasi banjir akibat luapan
Sungai Welang yang memutus ruas jalan pantura. Kondisi arus yang
sangat deras membuatnya terus berjaga-jaga.
Belum habis minuman yang ia pesan, Waki
dikejutkan dengan teriakan beberapa warga yang minta tolong karena ada
seseorang tengah terseret arus banjir. Iapun bergegas berlari menuju
kerumunan warga dan langsung terjun ke dalam air yang sangat deras untuk
menyelamatkan korban yang bernama Sugeng (55) warga Desa Tambakrejo, Kraton,
Pasuruan.
“Pak Polisi kan ikut bantu (menyeberangkan
orang), nah HT-nya jatuh ke air. Dia (Sugeng) mau menyelamatkan HT
itu,” ungkap Waki pada awak media saat berada di Korem 083 Malang untuk
menerima penghargaan.
“Udah nggak mikir keselamatan diri,
pokoknya nyemplung aja. Akhirnya dapat Pak Sugeng dengan selamat,”
tambahnya dengan logat madura yang kental.
Diakui Waki arus luapan Sungai
Welang yang begitu deras dan kuat, Waki sempat membuatnya sedikit kewalahan.
Apalagi Sugeng saat itu kondisi sudah kelelahan sehingga kepalanya hanya
terlihat timbul tenggelam di permukaan.
“Kepalanya sudah timbul tenggelam, sempat
saya panggil-panggil sambil berenang agar tidak kehilangan posisinya,” cerita
Waki.
“Dia lemas, saya suruh pegangan bagian
belakang saya buat pegangan kemudian sambil berenang saya seret ke pinggir
dibantu warga” jelas pria lulusan Tamtama tahun 1997 tersebut kepada media
Brawijaya saat mengkonfirmasinya melalui ponselnya.
Sugeng, “Saya Berhutang Nyawa”
Pada kesempatan lain, Sugeng
Sampurno yang ditemui awak media membenarkan bahwa tindakan Waki yang terjun
menyelamatkan dirinya, benar-benar sebuah aksi yang berani. Ia
menceritakan, dirinya yang terseret arus berupaya minta tolong
sembari mencoba menggapai apa saja untuk menyelamatkan
dirinya. Namun arus yang begitu deras membuatnya kelelahan dan mulai
kehilangan kesadaran.
“Saat itu saya berteriak ‘tolong-tolong’
sambil meraih apa saja untuk dijadikan pegangan. Banyak orang tapi
hanya melihat saja. Akhirnya saya pasrah, sudah setengah
tak sadar,”ungkap Sugeng seperti yang dilansir oleh detik.com Selasa (27/02),
lalu.
“Ya orang itu Pak Waki. Hanya
dia yang berani terjun ke air menolong saya,” imbuhnya
Dalam kondisi korban yang sudah sangat
kelelahan tersebut, Waki terjun ditengah derasnya arus luapan sungai
dan berenang melawan arus bersama Sugeng.
Sering Lakukan Evakuasi
Bukan kali pertama, aksi Moch Waki evakuasi
korban bencana banjir rupanya sudah sering ia lakukan sebelumnya. Ditahun 2016,
ia juga melakukan penyelamat pada seorang warga yang sedang menderita sakit
diabetes ditengah kepungan banjir. Karena tak bisa dievakuasi dalam
kondisi kaki tergenang air, Waki pun berinisiatif untuk
menggendongnya sampai ke perahu karet yang telah disiapkan.
“Jadi saya gendong dari kamar rumahnya
menuju perahu karet yang menunggu di depan rumahnya. Sebab,
kondisinya tak memungkinkan. Apalagi kalau sampai terkena
air. Harus segera dilarikan ke RSUD,” terang Waki dikutip
oleh laman Jawa Pos.com.
Masih ditahun yang sama, Moch
Waki juga mengevakuasi korban banjir yang tengah kritis. Ia berenang
menyelamatkan korban dalam genangan air yang nyaris menutupi sekujur
tubuhnya. Berbekal perahu karet milik BPBD, Waki menyambangi rumah
korban di desa Karangasem.
“Untuk mengevakuasi warga itu, saya harus
berenang. Proses evakuasi begitu sulit. Korban berada
diatas kasur yang ditopang dipan (tempat tidur), keluarnya lewat jendela,”
jelas pria yang pada Selasa (27/02) lalu, mendapat apresiasi dari Pangdam
V/Brawijaya, Mayjen TNI Arif Rahman, M.A.
Banjir pujian dan penghargaan
Meski kerap menjadi tim evakuasi dan
bertaruh nyawa menyelamatkan korban bencana banjir, baru kali ini
aksi heroik Sertu Waki diangkat media. Paska foto aksi
penyelamatannya diunggah ke akun twitter Humas BNPB, ayah 1 anak
inipun mendadak banjir pujian dan warganet berharap jika tindakan Waki yang
mempertaruhkan nyawa menyelamatkan korban ini layak diberi penghargaan.
Dan benar, Waki akhirnya dipanggil oleh
Walikota Pasuruan Setiyono, untuk menerima penghargaan atas keberaniannya
menyelamatkan korban banjir. Tak hanya itu saja, Waki
juga mendapat penghargan dari Kodim 0819 Pasuruan, Korem 083 Malang, Pangdam
V/Brawijaya dan Kasad.
Perjalanan Sebagai Prajurit TNI
Lahir di Desa Pasean, Kecamatan Sampang,
Madura, Waki sejak kecil memang bercita-cita menjadi anggota
TNI. Tumbuh dari keluarga petani tembakau, Waki pun
akhirnya mampu menggapai cita-citanya dan lolos tes seleksi Calon Tamtama di
tahun 1997.
“Saya mendaftar di Korem 084/Bhaskara Jaya
Surabaya tahun 1996-1997. Dan Alhamdulillah lolos,” tambahnya.
Berhasil menuntaskan pendidikan
Tamtama-nya, Suami Istiqomah ini langsung ditugaskan di Yonif 507/Sikatan (kini
menjadi yonif Raider 500/Sikatan), Surabaya. Selang beberapa
tahun, Waki dipindahkan ke Yonif 512/Marabunta, Malang. Delapan
tahun berdinas di Yonif 512 Malang, tepatnya tahun 2011, Waki dipindah tugaskan
ke Kodim 0819 Pasuruan, hingga saat ini. Seolah mengikuti jejak sang
kakak, adik Waki, Fathur Rohman pun seorang anggota TNI dengan
pangkat Prajurit Kepala (Praka), dan tengah bertugas di Papua. Kini
pengabdian Sertu Moch Waki sebagai prajurit TNI didedikasikan pada
warga Pasuruan. Tugas pokoknya tak lagi berperang di daerah konflik
atau batas negeri, menjaga keamanan dan membantu warga Pasuruan dalam
segala kondisi menjadi arena pengabdiannya hingga purna.
“Rumah saya di Ngemplakrejo. Jadi, kalau
memang ada bencana, Insya Allah kapanpun saya akan datang ke lokasi,” pungkas
Sertu Moch Waki.
***
Penulis : Ifah Soelaiman