Paralayang (bahasa Inggris : paragliding) adalah
olahraga terbang bebas menggunakan sayap kain (parasut) yang lepas landas
dengan kaki untuk tujuan rekreasi atau kompetisi.
Induk organisasinya adalah PLGI (Persatuan Layang Gantung Indonesia), sedangkan
PLGI sendiri dibawah naungan FASI (Federasi Aero Sport Indonesia).
Seperti yang diketahui, olahraga paralayang
merupakan salah satu cabang olahraga bergengsi di Indonesia dimana cara lepas
landasnya menggunakan kekuatan angin yang “menabrak” bukit kemudian memberikan
daya angkat atau yang disebut dynamic lift dan angin thermal atau yang disebut thermal
lift untuk mendorong parasut naik keatas. Dengan memanfaatkan kedua sumber itu
maka parasut dapat terbang sangat tinggi dan mencapai jarak yang jauh. Yang
menarik adalah bahwa semua yang dilakukan itu tanpa menggunakan mesin, hanya
semata-mata memanfaatkan angin. Itu sebabnya olahraga paralayang ini kerap
dilakukan diatas tebing dengan ketinggian tertentu.
Di jawa timur tempat yang cocok dan paling
sering dijadikan sebagai lokasi penerbangan paralayang adalah Batu dan
merupakan destinasi wisata pilihan bagi para pecinta olahraga jenis ini.
Nah terkait dunia paralayang, nama Lettu
Inf Moch Aly nampaknya sudah tak asing karena nama tersebut telah berhasil
memikat telinga para atlet paralayang hingga paramotor tingkat Internasional.
Lettu Inf Moch Aly atau yang biasa disapa Aly adalah prajurit TNI yang berdinas
di Minvetcaddam V/Brawijaya, merupakan satu-satunya penerbang paralayang
terbaik yang dimiliki Indonesia khususnya TNI dan memiliki prestasi yang cukup
membanggakan baik tingkat nasional maupun internasional.
Saat ditemui dan diwawancarai secara
esklusif di kantor Penerangan Kodam V/Brawijaya, pria kelahiran Malang, 20
Pebruari 1978 itu mengungkapkan jika pada tahun 2010 lalu, dirinya telah
berhasil menduduki peringkat pertama dalam kejuaraan Paralayang yang
berlangsung di Australia. Saat itu kategori
yang diikuti adalah kategori lintas alam dan berhasil menyabet peringkat
pertama. Tidak hanya itu, dia juga mengikuti event kejuaraan paralayang yang
berlangsung di beberapa negara seperti Malaysia, Serbia, Austria, Thailand,
Jerman dan negara lainnya, total sudah 12 negara yang dia jelajahi hanya untuk
mengharumkan nama Indonesia dikancah dunia. Bahkan rencananya, pada tahun
mendatang, Aly akan mengikuti event serupa yang akan digelar di India dan Arab
Saudi. Untuk di India, rencananya akan berlangsung pada tahun 2019 mendatang.
Sedangkan, di Arab Saudi, akan digelar tahun 2020.
Berawal dari modal sendiri sampai dapat
bantuan dari pemerintah
Menjadi atlit paralayang profesional memang
sudah menjadi niat bapak dua anak ini, oleh karena itu sejak 2004 lalu Aly kerap
menyisihkan uang pribadinya untuk membiayai kegiatannya yang bisa dikatakan
bukan olahraga yang murah namun memiliki resiko yang sangat tinggi. Diceritakan
kepada penulis, setiap kali dirinya terbang landas dan berada di udara Ia selalu
memastikan kondisi fisiknya fit, karena pada ketinggian tertentu kadar oksigen
yang akan dihirup semakin menipis dan dapat berpengaruh buruk pada tubuhnya.
Namun berbekal dari pengalamannya terbang, tentu hal tersebut tidak terlalu
sulit diatasi.
Salah satu lokasi yang sering dijadikannya
tempat latihan adalah Puncak Gunung Banyak di Batu Malang. Selain lokasinya
yang cukup tinggi yaitu sekitar 1.326 mdpl, medannya juga sesuai dan terbuka.
Tempat ini pada mulanya merupakan tempat yang dijadikan sebagai landasan take-off
oleh atlet paralayang, tapi tahun 2000 kemudian diresmikan sebagai lokasi pusat
latihan dan event paralayang se-Malang Raya.
Berdasarkan ketekunan dan prestasinya
tersebut, Aly kemudian mendapatkan bantuan dana dari pemerintah khususnya KONI
untuk mengikuti event-event tingkat internasional bersama rekan – rekan atlet
paralayang lainnya.
Saat disinggung mengenai dukungan keluarga,
Lettu Aly menceritakan jika kegiatannya selama ini mendapat support penuh,
bahkan jika ada waktu Dia mengajak keluarganya terbang tandem.
“Semua keluarga mulai istri dan anak saya
juga sering saya ajak terbang, jadi tahu rasanya sehingga memberikan
kepercayaan penuh pada saya untuk terus menggeluti dunia paralayang” kata Aly
pada penulis.
Sebagaimana diketahui paralayang merupakan
salah satu cabang olahraga bergengsi dan merupakan olahraga unggulan Indonesia
yang akan dipertandingkan pada event Asian Games 2018 nanti.
Aly juga menguasai olahraga paramotor
Sebagai prajurit yang hobi mengangkasa, ternyata
Aly tidak hanya jago mengendalikan paralayang melainkan juga jago terbang menggunakan
mesin yang disebut paramotor. Perbedaannya hanya terletak pada tambahan
penggunaan mesin tempel berupa baling-baling yang ditempatkan pada bagian
belakang punggung sebagai daya dorong tambahan. Mengenai tingkat resikonya juga
jauh lebih tinggi sehingga perlu perawatan yang ekstra agar lebih safe ketika
digunakan di udara.
Karena kemahirannya tersebut tidak heran
Aly kemudian didapuk sebagai instruktur terbang paralayang atau paramotor untuk
melatih beberapa prajurit TNI AD dan TNI AU. Apalagi beberapa lisensi terbang
mulai tingkat pemula sampai mahir sudah dia kantongi sehingga keahliannya mengendalikan
parasut di udara tidak diragukan lagi.
Diperlukan mental kuat untuk bisa terbang
Melayang diatas ketinggian hingga 2000 kaki
seorang diri dengan bermodalkan parasut tentu bukan hal yang mudah. Selain skill
juga diperlukan keberanian dan mental yang baik, karena jika sudah berada di
udara seorang diri maka setiap kesulitan yang dialami selama terbang harus
diatasi secara mandiri.
Hal ini juga yang dilakukan oleh pria
lulusan Secaba TNI AD 1997 ini ketika sudah mengudara dengan perlengkapan yang
dibawahnya selalu menangani permasalahannya sendiri dengan tidak panik dan
fokus untuk menuntaskan masalah agar bisa landing dengan lancar.
“Jadi sebelum terbang, kita persiapkan
semua peralatan dan dipastikan tidak ada kendala, terutama parasut yang
digunakan harus dalam keadaan baik” jelas Aly.
Aly kemudian menceritakan pengalamannya
saat pemecahan rekor terbang paralayang terjauh dengan ketinggian 2.000 meter.
Dimana dalam pemecahan rekor tersebut dia harus terbang sejauh 65,87 Km yaitu
dari Wonogiri ke Ngawi pada 2009. Saat itu dia start di Gunung Gandol, Wonogiri
kemudian terbang ke Ngawi dan dia sangat bangga bisa memecahkan rekor tersebut.
***
Penulis : Arsen