![]() |
Prajurit TNI bersiap menuju Nduga Papua menggunakan helikopter |
Peristiwa tersebut bermula dari adanya salah seorang karyawan PT. Istaka Karya yang diduga melihat dan mengabadikan kegiatan OPM dengan kameranya saat sedang mengadakan upacara kemerdekaan Papua yang diperingati tiap tanggal 1 Desember.
Tindakan tersebut diketahui OPM kemudian menangkap seluruh karyawan PT. Istaka Karya yang berjumlah sekitar 28 orang dan mengeksekusinya dengan cara ditembak mati. Setelah seluruh korban diperkirakan tak bernyawa, kelompok separatis OPM meninggalkan mayat korban begitu saja di tengah hutan.
Namun tanpa diketahui pihak OPM, 12 dari 28 orang yang dieksekusi ternyata masih hidup dan berusaha melarikan diri menuju pos TNI Yonif 755/Yalet yang jaraknya cukup jauh dari lokasi penembakan. Akan tetapi selama pelarian, 5 orang terpisah dari rombongan dan diduga kembali tertangkap oleh OPM. Sedangkan 7 orang sisanya berhasil mencapai pos TNI di Distrik Mbua yang dijaga personil TNI berkekuatan 21 orang dibawah pimpinan Letda Inf M. Rizal.
Kelompok OPM yang mengetahui 7 karyawan PT. Istaka Karya berhasil mencapai pos TNI di Mbua kemudian melakukan pengepungan dan menyerang pos TNI menggunakan senjata campuran mulai panah, parang dan senjata api. Tidak hanya itu, OPM juga menjadikan warga sipil yang jadi simpatisannya di Mbua sebagai tameng.
Menurut cerita salah satu prajurit TNI yang turut menjaga pos Mbua menuturkan, "Waktu itu tanggal 1 Desember 2018 dan jam menunjukkan pukul 18.30 WIT. Tiba-tiba OPM dan simpatisannya menyerang pos kami. Mereka menyerang dengan menembaki dan memanah ke arah pos."
Lanjutnya lagi, prajurit tersebut kemudian kembali menceritakan posisinya yang dilematis selama kontak senjata dengan OPM mengingat hari sudah gelap dan sulit melihat sasaran, ditambah OPM menjadikan warga pribumi sebagai tameng menyerang pos.
Untuk menghindari korban yang lebih besar dipihak warga, Letda Inf M. Rizal selaku Danpos memerintahkan anak buahnya meninggalkan pos yang menjadi tanggung jawabnya sambil membaas tembakan OPM yang melakukan pengejaran terhadap pasukan TNI ditengah gelapnya malam.
Selama dalam pengunduran, Serda Handoko tertembak dibagian wajah sehingga gugur karena kehabisan darah. Tembakan OPM berikutnya mengenai tangan Pratu Sugeng Suyono saat mencoba melindungi warga dari hujan tembakan OPM. Untuk meringankan beban selama pelolosan, Satgas 755/Yalet terpaksa meninggalkan jenasah Serda Handoko disuatu tempat dan akan diambil kembali jika situasi sudah aman.
Setelah berhasil lepas dari kejaran OPM dan simpatisannya, Letda Inf M. Rizal kemudian membawa prajurit dan warga yang selamat menuju Wamena dengan menembus hutan yang lebat selama 2 - 3 hari perjalanan.
Tanggal 4 Desember 2018 pukul 11.11 WIT, ditengah perjalanan Satgas 755/Yalet beserta warga yang selamat bertemu dengan Satgas Penegakan Hukum Nemangkawi yang dipimpin oleh AKP Zacharia Asgar. Sempat terjadi kontak dengan OPM yang mengejar pasukan TNI, tapi tidak lama OPM dan simpatisannya melarikan diri meninggalkan lokasi menuju hutan saat dilakukan pengejaran balik.
Setelah situasi dianggap aman, Satgas Yonif 755/Yalet dan Satgas Gakkum Nemangkawi kembali melakukan penyisiran untuk mengambil jenasah Serda Handoko dan mengevakuasinya ke rumah sakit Wamena.
***
Penulis : K9 | Foto : Ist
Penulis : K9 | Foto : Ist