TNI AU Setuju Akuisisi Pesawat Tempur Rafale dan F-15EX, Seperti Apa Keunggulannya?


Infokomando - Setelah dibuat lama menunggu dengan jawaban TNI AU tentang rencana pengadaan pesawat tempur Su-35 asal Rusia yang tidak jelas nasibnya. Kini kita kembali dikejutkan dengan rencana TNI AU yang akan mengakuisisi pesawat tempur buatan Perancis Dassault Rafale dan F-15EX Advance Eagle buatan Boeing AS.

Proses pengadaan dua pesawat canggih multi peran tersebut diketahui dari keterangan resmi Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Fadjar Prasetyo yang disampaikannya dalam Rapat Pimpinan TNI AU di Jakarta, Jum'at (19/2/2021). Tidak hanya pesawat tempur, Marsekal Fadjar Prasetyo juga mengatakan jika TNI AU akan membeli sejumlah Alutsista lainnya seperti pesawat transport tanker, pesawat angkut Hercules C-130J, pesawat Airborne Early Warning and Control (AEW&C), Radar GCI3 dan pesawat tanpa awak berkemampuan MALE.

Rencana pembelian alat utama sistem persenjataan (Alutsista) oleh TNI AU dalam jumlah besar ini sudah masuk dalam rencana strategis 2020 - 2024 dan diharapkan tahun 2024 sudah mulai tiba secara bertahap. 

Sebelumnya ramai diberitakan tentang rencana Indonesia mengakuisisi pesawat tempur kelas berat dari Rusia jenis Su-35. Namun karena Menteri Pertahanan Prabowo Subianto ingin adanya penghematan biaya dan efisiensi waktu terkait rencana pengadaan armada udara TNI AU yang semakin mendesak, maka rencana pengadaan Su-35 terpaksa harus dihentikan. Belum lagi adanya ancaman Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA) dari AS membuat Menhan harus berpikir ulang untuk membeli Alutsista dari Rusia. Sebagai gantinya, Indonesia melirik pesawat tempur buatan Dassault Aviation Perancis Rafale dan F-15 EX Advance Eagle buatan Boeing AS.

Pesawat tempur multirole Dassault Rafale menjadi incaran Menteri Pertahanan Prabowo Subianto karena dianggap sebagai pesawat tempur combat proven alias sudah teruji kemampuannya di medan. Pada 2004 lalu, pesawat tempur bersayap delta ini pernah diterbangkan di langit Afghanistan dalam rangka mendukung misi pasukan AS saat menjalankan operasi Enduring Freedom. Tidak cuma terlibat di Afghanistan, Rafale juga ikut memperkuat pasukan sekutu di Libya, Mali, Irak dan Suriah.

Dalam sebuah laman resmi yang diterbitkan Dassault-Aviation.com, disebutkan Rafale dilibatkan pada sejumlah operasi di Timur Tengah karena dianggap memiliki kemampuan menghindari sistem pertahanan udara S-200 buatan Rusia yang banyak dimiliki oleh negara-negara Timur Tengah.


Dengan radar Thales RBE2 berjenis Passive Electronically Scanned Array (PESA) yang didukung RBE2 AA, berupa Active Electronically Scanned Array (AESA), Rafale mampu mengendus sasaran dari jarak 200 km sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan pilot untuk siaga tempur.

Dari sisi persenjataannya sendiri, Rafale dapat menggotong rudal nuklir berjenis ASMP-A dan diperkuat  senapan mesin berat GIAT 30/719B dengan 125 bulatan. Untuk roket, Rafale dapat membawa Mica, Meteor, Hammer, hingga Scalp. Sedangkan untuk menghantam sasaran di laut, Rafale dapat membawa  AM39 EXOCET.

Rafale menggotong ASMP-A dibagian tengah

Soal maneuverability diudara, Rafale dilengkapi kanard aktif yang dapat membuatnya melakukan manuver hingga 11G dalam keadaan darurat. Dengan sistem bantuan pertahanan yang terintegrasi bernama SPECTRA, membuat Rafale sulit menjadi sasaran rudal musuh baik yang diluncurkan dari darat maupun udara. Hal ini telah dibuktikan oleh Rafale saat dikirim ke Libya untuk menghancurkan sistem pertahanan udara musuh (SEAD) secara independen.

Dengan kemampuannya yang luar biasa dan spesifik tersebut, tidak cukup mengherankan jika Dassault Rafale masuk dalam incaran Menhan Prabowo Subianto untuk memperkuat arsenal udara TNI AU. 

Lantas bagaimana dengan kemampuan F-15EX Advance Eagle buatan AS yang juga telah membuat Prabowo terkesima dan dengan penuh percaya diri berani melepas program pengadaan Su-35 asal Rusia?

F-15 EX Advance Eagle merupakan pesawat tempur hasil pengembangan dari seri F-15 Eagle yang ditingkatkan kemampuannya. Pesawat ini dilengkapi sistem peperangan elektronik Eagle Passive/Active Warning and Survivability System untuk meningkatkan efektifitas misi dan kemampuan bertahan bagi pilot yang mengawaki.


Dikutip dari laman resmi Boeing, F-15 EX merupakan pesawat tempur kelas berat atau heavy fighter yang dibuat untuk mendukung strategi pertahanan udara nasional Amerika Serikat khususnya Angkatan Udara yang saat ini membutuhkan ratusan pesawat tempur baru guna mempertahankan superioritas udaranya.

Menurut Boeing, F-15 EX sudah mengalami banyak peningkatan dari versi sebelumnya yaitu kemampuan manuver, daya tahan akselesari, daya komputasi dan kemampuan dalam menggotong persenjataan guna meningkatkan interoperabilitasnya selama di udara. Selain itu dari segi anggaran, F-15 EX dinilai lebih efektif serta mudah dalam perawatan dan operasional. F-15 EX juga bisa membawa persenjataan yang dapat digunakan untuk pertempuran udara ke udara, udara ke darat dan udara ke laut. F-15 EX juga dapat melakukan serangan secara simultan dalam satu misi.

Sebagai pesawat tempur yang dimutakhirkan dari versi sebelumnya, tentu akan lebih mempersingkat waktu bagi Boeing untuk memproduksinya dalam jumlah besar. Akan tetapi tidak seperti F-15 yang pernah digunakan USAF, F-15 EX ini benar-benar menggunakan teknologi yang jauh lebih maju dan baru dari pendahulunya yang diciptakan pada tahun 1974. 

F-15 EX saat menjalani uji coba terbang

Dengan segala keunggulan yang dimiliki, tidak mengherankan Sang Elang besi yang dikembangkan Boeing saat ini diklaim sebagai yang terbaik dikelasnya. Memiliki badan pesawat yang lebih kuat, prosesor yang lebih unggul, dan sistem kontrol penerbangan yang canggih dari seluruh jenis F-15 yang pernah ada di dunia. Dengan ditanamkannya teknologi baru oleh Boeing, diharapkan kedepan F-15 EX dapat memiliki kemampuan bertahan di seluruh spektrum lingkungan yang luas. Terutama untuk menghadapi ancaman saat ini dan yang muncul selama beberapa dekade ke depan.

Sebagai gambaran, jika Su-30 dan Su-35 diciptakan Rusia untuk membunuh F-15 Eagle, sebaliknya F-15 EX Advance Eagle seri terbaru dirancang AS untuk bisa menghadapi keduanya. Bagaimana?

Editor : Devina | Foto : Ist