Upaya Memutilasi Indonesia Dari Papua

Tags

Massa memblokade jalan sebagai bentuk protes
Opini - Tiga kejadian besar mengenai Papua terjadi dalam waktu yang berdekatan. Peristiwa Asrama Papua di Surabaya,  Kerusuhan Manokwari,  Hingga Insiden Yang Menggugurkan satu anggota TNI dan dua warga sipil di Deiyai. Anehnya semua berlangsung cepat. Seperti dikoordinir dengan sistematis. Di Deiyai kemarin 1/2 Jam setelah kejadian, Kantor Berita Reuters yang berpusat di London membuat berita yang menyatakan enam warga sipil tewas di tangan aparat. Padahal Hoax yang sebenarnya terjadi satu anggota TNI gugur dipanah dari jarak dekat tepat di kepala dengan bukti beberapa tancapan bambu panah.  Siapapun yang melihat foto anggota TNI yang gugur tersebut pasti geram,  abdi negara dianiaya, gugur dalam tugas oleh sesama saudara sebangsanya di papua.

Tidak ada yang bersuara, mana Komnas HAM yang biasa jadi kompor saat ada sipil meninggal?  Mana LSM yg biasa semangat berkoar - koar ketika ada pihak sipil yang jadi korban?

"Tidak ada yang kebetulan dalam politik. Kalau ada yang kebetulan, berarti itu telah direncanakan!"
- demikian ungkapan Franklin D Roosvelt, Presiden Amerika ke-36.

Setelah mengetahui bahwa berita yang dimuatnya adalah hoax, Reuters seketika itu langsung merubah judul beritanya (29/8) dengan judul lain tapi tetap saja bersifat tendensius dimana sudut pandangnya menyalahkan Aparat.

"Shooting at protest in Indonesia's Papua, police say three dead" itulah judul yang terakhir dimuat Reuters, akan tetapi hoaxnya sudah terlanjur tersebar. Apakah mereka Minta maaf? Tidak!
Sejumlah media asing memberitakan kabar Hoax tentang Papua yang menulis enam korban jatuh dipihak demonstran
Sekarang apa tujuan kantor berita asing tersebut membuat berita dengan nada yang provokatif kalau bukan untuk tujuan propaganda?

Media yang jauh di London, lebih cepat memberitakan daripada media di tanah air seperti Tempo atau Kompas. Sungguh aneh bukan?

Pasti ada "Insentif" menggiurkan yang mereka dapatkan dari pihak berkepentingan dengan rusuhnya Papua. Tujuannya  Apa? Disintegrasi Indonesia. Indonesia mau dimutilasi dimulai dari Papua!

Benar saja, hasil gorengan di Deiyai ini, mem-blow up isu tentang Referendum. Bahkan, berdasarkan info Kapendam Cendrawasih, aksi di kantor bupati Deiyai ini menuntut Bupati untuk menyetujui adanya referendum, namun Bupati Deiyai tidak bersedia,  maka massa lain mulai berdatangan kemudian menyerang aparat yang tak bersenjata menggunakan panah. Mereka para aparat yang ditugaskan untuk mengamankan jalannya aksi diperintahkan untuk persuasif, tapi hasilnya sangat disayangkan yakni terjadinya pembantaian terhadap aparat yang bertugas mengamankan aksi.

Aneh ya kedengaranya?  Tapi itu faktanya, aparat yang ingin aksi berjalan damai dan tidak ingin bersikap represif terhadap rakyatnya tapi akhirnya menjadi korban kebiadaban sejumlah oknum yang tidak ingin Papua kondusif. Maka gugurlah Serda Rikson Prajurit Kodam II Sriwijaya yang jauh-jauh ia pergi dari Sumatera menuju Papua untuk menjalankan tugas negara akhirnya tergelepar tak berdaya didalam kendaraan dengan kepala penuh anak panah yang terbuat dari bambu. Sekujur tubuhnya juga dipenuhi luka bekas pukulan benda tumpul.

Masih ingatkah kita tentang Referendum Timor Timur yang akhirnya lepas dari Indonesia?  Bagaimana kabar Timor Leste hari ini? Silahkan di Cek Sendiri bagaimana kondisinya saat ini, kepentingan asing sangat terasa pasca Timor Timur memisahkan diri dari Indonesia.

Belajar dari pengalaman Timor Timur,  pemerintah sudah seharusnya tidak tunduk pada kepentingan asing yang dapat mengakibatkan disintegrasi bangsa. Pada kasus Timor Timur, Mayoritas rakyat menginginkan tetap bersama NKRI. Namun fakta dipenghitungan suara pada jajak pendapat hasilnya adalah Timor Timur Pisah.

Adapun kecurangan yang terjadi saat itu di Timor Timur salah satunya adalah warga Pro NKRI tidak bisa menyuarakan pendapatnya karena berbagai faktor yang sudah dikondisikan oleh asing. Sehingga ini harus menjadi pelajaran besar bagi bangsa ini untuk tetap menjaga kedaulatannya dengan tidak menuruti atau tunduk pada isu-isu referendum.

"Sejengkal Tanahpun Takkan Kita Serahkan Pada Lawan, Tapi Akan Kita Pertahankan Habis - Habisan!"

Quotes Jenderal Sudirman diatas, harusnya menyadarkan seluruh Bangsa Indonesia,  untuk memberikan dukungan kepada Papua. Menyemangati mereka untuk cinta pada Tanah Airnya Indonesia.

Betapa kuatnya persaudaraan kita, hingga orang Sumatra yang lebih mirip orang malaysia,  namun merasa lebih dekat persaudarnya kepada Papua. Meski beda karakter fisik dan budaya,  namun dipersatukan dalam satu kata INDONESIA.

Kita tidak ingin seperti Soviet yang terpecah menjadi 15 negara atau mengulang sejarah negara-negara boneka bentukan Belanda dalam Republik Indonesia Serikat (RIS). Indonesia memiliki hak penuh mempertahankan Negaranya.  Tidak ada satupun orang, organisasi atau negara lain yang boleh mendikte apa yang harus Indonesia lakukan untuk menjaga keutuhan negaranya.

Amerika pasti takkan mau kalau Hawai atau San Fransisco menyatakan referendum pemisahan diri bukan?  Atau Inggris takkan mau bila Scotlandia pisah dari Great Britain? Begitupun negara Cina sedemikian represifnya mempertahankan Provinsi Xinjiang agar tidak lepas dari kekuasaan mereka.
Mereka adalah para pahlawan nasional asal tanah Papua yang berjuang untuk Indonesia
Papua diselamatkan NKRI dengan harga nyawa yang tidak murah. Operasi Trikora,  Pertempuran Laut Aru Yang Menenggelamkan KRI macan kumbang  hingga gugurnya komondor Yos Sudarso yang menggelorakan pertempuran habis-habisan, harusnya menjadi hikmah yang meneguhkan sikap kita.

Ingatlah jasa para veteran Operasi Amfibi terbesar di Indonesia dalam operasi Jaya Wijaya yang melibatkan 1.000 wahana tempur dan 16.000 Pasukan TNI yang siap membela Papua kedalam pelukan NKRI.  Sedemikian kuatnya naluri perjuangan Indonesia sebagai bangsa Merdeka membuat Belanda saat itu akhirnya melepas Papua menjadi Indonesia Seutuhnya.

Jangan sampai tangis air mata veteran operasi seroja Timor Timur terulang kembali membasahi tanah Indonesia akibat lepasnya Papua. Jangan sampai anak cucu kita membaca buku sejarah di sekolah tentang kisah pernah adanya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terpecah menjadi negara-negara kecil di masa depan nanti.

Kita tentunya tak mau,  warga Jakarta Pergi Ke Jawa Timur dengan stempel Passport di perbatasan atau Orang sunda yang harus mengurus Visa saat masuk ke Kalimantan. Maka bersatulah, berikan dukungan persatuan Indonesia dengan pandangan positif untuk Indonesia dalam menjaga Papua di media sosial.

Ini adalah pesan kita yang ingin tetap dapat bergerak bebas dari ujung sabang  sampai merauke sebagai seorang Indonesia yang merdeka dan berdaulat di tanah airnya sendiri.

Papua Adalah Kunci.

***
Editor : Galih
Foto : Ist