Waktu KRI Nanggala 402 Tersisa Semakin Tipis, Eks Kabais : Tak Ada Jalan Lain Kecuali Cara Ini


Infokomando - Proses pencarian kapal selam KRI Nanggala terus dilakukan di tengah waktu yang makin menipis. Pasalnya, cadangan oksigen di dalam KRI Nanggala-402 hanya tersisa 20 jam lagi (terhitung berita ini dibuat).

Cadangan oksigen di KRI Nanggala sendiri sedianya akan habis pada Sabtu dinihari 24 April 2021, sekira jam 03.00 WIB lagi.

Terkait hal ini eks Kepala Badan Intelijen Strategis (Bais) TNI Soleman Ponto bilang, sehebat-hebatnya teknologi yang ada di kapal selam, namun semua ditentukan cadangan oksigen yang dimiliki. Di mana oksigen itu sangat diperlukan untuk manusia yang mengendalikan kapal selam tersebut.

Cadangan oksigen sendiri saat ini memang terus menipis, lantaran kapal selam itu tak bisa naik ke permukaan laut untuk sekadar mengisi ulang cadangan oksigen. Maka itu, kata dia, proses penyelamatan memang harus dilakukan segera.

“Langkah pertama, tentu tim pencari harus tahu lokasi pastinya dahulu. Setelah diketahui, baru pikirkan bagaimana keluarkan manusianya. Sejauh ini kita sendiri belum bisa melakukan evakuasi dengan kapal yang tak bisa timbul,” katanya live di Kompas TV, dikutip Jumat 23 April 2021.

KRI Nanggala sisa 20 jam lagi, harus apa?
Maka itu, lantaran Indonesia tak punya kemampuan untuk mengatasi hal itu, maka menggandeng pertolongan negara lain seperti Singapura dan Australia. Untuk kapal penyelamat kapal selam milik Singapura, Soleman Ponto sendiri mengaku sudah pernah masuk saat mereka merilis nya pada 2009 lalu.

Ilustrasi kapal selam rescue

Saat ditanya, apa yang bisa diperbuat saat ini, kata Soleman, hanya bisa dilakukan oleh kapal selam rescue untuk selamatkan manusianya yang ada di dasar laut.

“Harus kapal rescue yang datang, enggak ada jalan lain harus begitu. Ini butuh peralatan banyak memang, seperti underwater rescue agar manusianya bisa dikeluarkan,” kata dia lagi.

Jika manusianya memungkinkan diselamatkan, bagaimana dengan kapal selam? Terkait hal ini Soleman Ponto meragukannya. Sebab menurut dia, pada kapal selam ada batas toleransi bagaimana kapal itu bisa menyelam.

Pada KRI Nanggala yang oksigennya kini tinggal 20 jam lagi itu, maksimal menyelamnya adalah 500 meter di bawah permukaan laut. Sedangkan posisinya saat ini, diduga berada di 700 meter di bawah laut.

“Kalau lebih dari itu, ya susah. Tetapi semua tergantung daya tahan kapal selam itu.”

Sulit Ditangkap Sonar
Soleman pada kesempatan itu lantas menyinggung soal sosok KRI Nanggala ini. Menurut dia, Indonesia membeli kapal ini secara baru bukan kapal bekas. Adapun kapal ini merupakan keluaran 1979.

Ilustrasi sistem kerja sonar

Di dunia kemiliteran, kapal selam model KRI Nanggala ini ternyata banyak dipakai di negara-negara dunia. Sebabnya, kapal ini dikenal unggul saat menyerang dalam kesunyian, terkenal akan daya tahannya di laut, susah ditangkap sonar, mampu menyerang dari tempat rahasia, dan karena ukurannya yang tak terlalu besar maka gerakannya lincah bisa ke-mana-mana.

“Maka itu sampai dibilang monster laut. Karena kapal ini bisa tiba-tiba datang, dan sangat pintar menyembuntyikan diri. Dan kapal ini adalah salah satu andalan kita selama ini,” tuturnya.

Untuk pemeliharaan, sejujurnya Soleman tak mengetahui secara pasti. Tetapi dari catatannya, KRI Nanggala 402 terakhir melakukan overhaul pada 2012 lalu di Korea. Sementara 9 tahun belakangan, mungkin kata dia bisa diaudit bagaimana pemeliharaannya, apakah ada yang salah dan sebagainya.

“Kapal ini memang susah ditangkap sonar, karena memang diciptakan untuk bersembunyi dari sonar, makanya agak sulit mencarinya,” katanya.

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : Hops.id