Kopassus Pernah Selamatkan Pasukan Pengintai Spanyol Dari Kejaran Hizbullah


Infokomando - Konflik antara Israel dan Palestina terus meningkat dalam beberapa hari belakangan ini, puluhan warga Palestina tewas di Gaza dalam aksi serangan udara zionis Israel paling intensif selama bertahun-tahun.

Tindakan Israel yang provokatif kemudian dibalas oleh serangan roket dari para pejuang Hamas di Jalur Gaza. Akibatnya, sejumlah warga Israel meninggal.

Selain dengan pejuang Palestina, Zionis Israel juga pernah berkonflik dengan milisi Hizbullah di Libanon. Sayap politik dan paramiliter Syiah ini memiliki pengaruh yang sangat kuat di Libanon. Hizbullah juga memiliki beberapa kursi di parlemen.

Ada kisah menarik dari Pasukan Tentara Negara Indonesia (TNI) yang pernah melakukan misi di Libanon. Saat itu, prajurit Kopassus yang ditugaskan sebagai pasukan PBB berhasil menyelematkan pasukan elite Spanyol dari kepungan milisi Hizbullah.

Kisah ini diceritakan dan ditulis kembali dalam buku yang berjudul “Kopassus untuk Indonesia”. Sebuah karya menarik yang disusun oleh E.A Natagera dan Iwan Santosa.

Kejadiannya bermula ketika Tim Recce (pengintai) dari pasukan Spanyol melakukan patroli disekitar daerah Libanon. Mereka membawa 60 orang pasukan dengan 10 unit panser yang berjalan beriringan. Di tengah perjalanan, mereka kemudian melihat sebuah kabel di saluran air. Kabel tersebut diduga merupakan bagian dari aliran komunikasi milisi Hizbullah. Barang itupun kemudian difoto sebagai barang bukti untuk dilaporkan kepada komandan mereka.

Pasukan Unifil dari Indonesia

Sayangnya, aktifitas tersebut diketahui langsung oleh anggota milisi Hizbullah. Konvoi mereka pun dikejar kemudian dikepung oleh pasukan milisi Hizbullah dengan senjata lengkap. Saat itu milisi Hizbullah menggunakan motor trail dan membawa senjata AK-47 serta roket anti-tank/ RPG.

“Anda punya senjata, kami juga punya senjata. Kami tidak pernah takut untuk menghadapi Anda,”ujar salah satu milisi Hizbullah.

Berada dalam posisi terdesak, militer Spanyol kemudian segera menghubungi pos TNI yang juga ada di Libanon. Pada saat itu pasukan Spanyol dan TNI tergabung dalam United Nation Interim Force in Lebanon (UNIFIL). Yakni sebuah pasukan perdamaian yang dibentuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Pasukan TNI yang datang segera menengahi kedua kelompok tersebut dan memintanya untuk berdialog bersama. Pihak milisi Hizbullah pun setuju untuk berdialog dan menghentikan pengejaran terhadap pasukan Spanyol.

Hasil akhir dari dialog tersebut adalah pasukan milisi Hizbullah setuju untuk berdamai dan menghindari konflik. Mereka hanya meminta memory card yang digunakan pasukan Spanyol mengambil gambar diberikan kepadanya. Syarat ini pun disetujui oleh pihak militer Spanyol dan menyerahkannya begitu saja.

Setelah keadaan lumayan membaik, pasukan TNI coba meluruskan masalahnya kepada anggota milisi Hizbullah. Pasukan TNI memang terkenal dekat dengan warga sekitarnya. Gemar membantu dan dinilai ramah oleh masyarakat Libanon yang pernah bersinggungan dengan TNI.

Hal ini pun divalidasi oleh pendapat salah seorang anggota milisi Hizbullah. Ia mengatakan jika bukan pasukan Indonesia yang memintanya, akhir masalahnya pasti akan berbeda. Mereka memutuskan untuk berdialog dan menghindari konflik, karena sangat menghormati pasukan Indonesia.

Pasukan Hizbullah

"Kami orang Libanon sebenarnya tidak menghargai dan menghormati pasukan UNIFIL. Karena, mereka tidak berpihak secara adil pada masyarakat Lebanon. Tetapi, kami melakukan ini karena sangat menghormati Anda orang Indonesia," kata salah seorang anggota Hizbullah.

Setelah peristwa itu, Chief of Cimic Sector Major Ferera mengucapkan terima kasih kepada Staff Cimic Indonesia atas bantuan yang diberikan, termasuk perlindungan serta pengamanan terhadap Tim Recce Spanyol.

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : Sindonews.com