Drone Elang Hitam Akan Dipersenjatai, Tahun Depan Siap Produksi Massal


Infokomando - Rakyat Indonesia patut berbangga karena dalam waktu dekat drone buatan dalam negeri jenis Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) yang dilengkapi persenjataan ditargetkan akan rampung tahun ini. 

Dikutip dari Antara, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah berhasil membuat drone berbagai versi untuk memenuhi kebutuhan militer dalam rangka menjaga kedaulatan negara dari berbagai ancaman.

BPPT sudah melakukan pengembangan drone jenis PUNA untuk dibuat lebih efektif dan mutakhir dimana sistem yang ditanam menggunakan teknologi terbaru. 

PUNA yang dikembangkan BPPT ini berbeda dari drone kecil lainnya yang banyak dijual dipasaran, melainkan pesawat tanpa awak berukuran besar yang dibangun khusus untuk kepentingan survilance dan pertahanan negara.

Elang Hitam saat dipamerkan

Kepala BPPT, Hammam Riza menyampaikan bahwa BPPT melakukan perekayasaan PUNA jenis taktikal guna memenuhi kebutuhan  nasional khususnya untuk lingkungan TNI.

BPPT menargetkan Indonesia memiliki pesawat drone mata-mata dengan memiliki spesifikasi kombatan yang asli dibuat di dalam negeri pada 2022.

Hal itu dimasukkan ke dalam target Program Pengembangan Drone tipe Medium Altitude Long Endurance (MALE) nasional yang masih dalam pengembangan.

Hammam menjelaskan bahwa Drone MALE memiliki jangkauan jelajah operasi 23.000 kilometer non-stop daya tahan terbang tinggi selama 30 jam, siang dan malam.

“Dengan kemampuan tersebut, Drone Male akan digunakan untuk mendukung Kementerian Pertahanan, khususnya dalam menjaga pertahanan dan keamanan negara,” ucap Hammam.

Drone atau Puna dengan tipe Male ini diberi nama Elang Hitam dan memiliki kemampuan beroperasi dalam radius 250 km.

Ground Control Station (GCS)

Elang Hitam memiliki panjang 8,3 meter dengan bentang sayap yang mencapai 16 meter.

Semenjak dikenalkan pada akhir tahun 2019, tahun 2021 drone ini mendapatkan pengembangan dalam tingkatan kombatan.

“Bersama Konsorsium PUNA MALE Elang Hitam akan terus melanjutkan pengembangan ke tingkat kombatan sesuai dengan arahan Presiden RI untuk menjaga wilayah Indonesia khususnya area perbatasan,” kata Hammam.

Konsorsium yang terlibat dalam pengembangan drone ini beranggotakan PT Dirgantara, LAPAN, TNI AU, ITB, PT Len Industri dan lainnya.

“Setelah drone dipersenjatai, pada tahapan selanjutnya akan diurus sertifikat tipenya supaya bisa masuk ke tahapan produksi massal,” ujarnya.

“Jika semua lancar maka drone Elang Hitam bisa diproduksi massal tahun depan,” sambung Hammam.

Infografis (Katadata)

Berdasarkan kajian dari BPPT, TNI AU akan membutuhkan 33 drone untuk menjaga pertahanan negara.

Karena diperkirakan satu pangkalan drone akan membutuhkan tiga unit drone yang terdiri atas satu unit operasional, satu uni standby, dan satu unit perawatan.

Ditargetkan Indonesia nantinya dapat memiliki 11 pangkalan drone untuk melakukan kegiatan mata-mata mengawasi udara di perbatasan Indonesia.

Drone PUNA MALE juga selain berguna untuk menghemat devisa nasional, biaya perawatannya juga jauh lebih murah daripada penggunaan aset patroli pesawat terbang.

Selain menciptakan rasa aman karena dapat menjaga kedaulatan negara, PUNA MALE juga dapat menyelamatkan aset ikan dari pencurian ilegal, sehingga menjaga stok ikan melimpah.

Perlu diketahui juga kalau drone PUNA MALE Elang Hitam ini sama hebatnya dengan drone milik Amerika yang bernama MQ-9 Reaper.

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari LAPAN, Drone MQ-9 Reaper sendiri adalah drone  yang menghancurkan konvoi mobil Jenderal Iran, Qasem Soleimani

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : Pikiran-Rakyat.com