Gustav, Meriam Terbesar dan Mengerikan Yang Pernah Dibuat Nazi Jerman Saat Perang Dunia II

Pasukan Nazi berdiri diatas laras meriam Gustav
Urusan menciptakan senjata penghancur, kemampuan Nazi Jerman dibawah kekuasaan sang Fuhrer Hitler tidak bisa dipandang remeh. Berbagai macam inovasi senjata dilakukan demi memenangkan sebuah pertempuran yang melibatkan negara besar seperti Uni Soviet dan Sekutu.

Perang dunia II merupakan salah satu bukti bagaimana Jerman dibawah Hitler berhasil menciptakan sebuah artileri berat yang dirancang khusus untuk memporak porandakan benteng garis pertahanan lawan yang sulit ditembus menggunakan artileri biasa.

Maka lahirlah meriam raksasa Gustav yang diciptakan oleh industri berat Krupp Jerman pada 1930-an. Nama Gustav diambil dari nama perancangnya yaitu Wechrer Gustav.

Dengan kaliber 800 mm menjadikan Gustav sebagai salah satu meriam penghancur terbesar didunia ditambah bobotnya mencapai 1.350 ton. Sedangkan untuk dapat digerakkan dari titik satu ke titik lain, Gustav dibuatkan jalur khusus berupa bantalan rel dan ditarik menggunakan dua kereta derek.

Misi pertama Gustav adalah menghancurkan garis pertahanan Perancis Maginot Line yang dikenal sangat kuat dan terbentang hingga Italia. 

Namun sayang, ketika meriam raksasa ini siap dioperasikan, ternyata pasukan infanteri Nazi sudah lebih dulu menguasai Maginot Line. Sehingga Gustav gagal menunjukkan performanya untuk menghancurkan pertahanan Perancis yang tergolong kuat.
Pejabat militer Nazi melihat uji coba penembakan Gustav
Pada 5 Juni 1942, ketika Jerman menghadapi Uni Soviet, Gustav menemukan target baru yang dapat dijadikan sasaran tembak perdana yakni Baterai meriam pertahanan benteng pangkalan AL Soviet di Kota Sevastopol.

Kota itu menjadi salah satu sasaran penting Nazi karena merupakan salah satu benteng pertahanan utama Soviet di Laut Hitam dengan armada perang yang cukup besar.

Dan... Blaaammm... satu peluru Gustav seberat 7 ton dijatuhkan tepat mengenai pangkalan militer pertahanan Soviet. Dalam beberapa kali tembakan benteng itupun akhirnya rata terkena serangan artileri raksasa Jerman.

Selama beroperasi, Gustav diawaki 1.500 orang dibawah komando seorang perwira tinggi berpangkat Mayor Jenderal bernama Generaloberst Von Manstein. Gustav juga tidak sendirian, sejumlah mortar raksasa buatan Nazi lainnya bernama Thor dengan kaliber 600 mm juga ikut mendampingi sebagai pelengkap.

Namanya meriam raksasa dengan ukuran super besar, tentu butuh waktu tidak sebentar untuk membuatnya siap operasional. Setidaknya dibutuhkan waktu paling sedikit satu setengah bulan untuk membuat Gustav dapat digunakan.

Keberhasilan Nazi merebut dan menduduki Kota Sevastopol membuat Jerman ingin kembali menaklukkan benteng pertahanan Soviet lainnya. Kali ini Fort Molotov dan Bunker bawah laut Severnaya jadi tumbal keganasan Gustav hingga mengalami kehancuran total.

Namun di Leningard, nasib baik berpihak pada tentara merah Soviet. Sebelum Gustav digunakan untuk menghancurkan kota tersebut, pasukan Nazi Jerman berhasil dipukul mundur sehingga akhirnya Gustav pun terpaksa ditarik kembali ke Jerman.

Tahun 1945, demi melindungi aset-aset rahasia yang pernah dikembangkan Nazi, Jerman memutuskan untuk mempreteli dan menghancurkan semua teknologi strategis miliknya termasuk diantaranya adalah Gustav.

Hal ini bertujuan agar sekutu tidak dapat menguasai teknologi yang pernah dikembangkan Jerman untuk diteliti dan membangunnya ulang.

Dari berbagai sumber