BIN Sebut OPM Layak Dicap Sebagai Teroris Karena Menyerang Warga Sipil

BIN Sebut OPM Layak Dicap Sebagai Teroris Karena Menyerang Warga Sipil


Infokomando - Badan Intelijen Negara (BIN) menyebut Organisasi Papua Merdeka (OPM) dalam kategori teroris karena menyerang masyarakat sipil. BIN menyebut OPM sebagai Kelompok Separatis dan Teroris (KST).

"Masuk kategori teroris sebab menyerang penduduk sipil," kata Deputi VII BIN, Wawan Hari Purwanto seperti dilansir dari CNNIndonesia.com, Senin (26/4).

Selama ini aparat penegak hukum seperti Polri dan TNI, biasa menyebut gerombolan ini sebagai Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) atau Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Disisi lain, kelompok ini kerap menyebut dirinya sendiri sebagai Tentara Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (PNPB-OPM).

Meski layak dicap sebagai teroris separatis, pelabelan separatis OPM tersebut belum rampung diputuskan pemerintah. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sendiri tengah melakukan kajian untuk memasukkan KKB sebagai organisasi teroris.

"Kami sedang menggagas diskusi-diskusi dengan beberapa kementerian/lembaga berkaitan dengan masalah nomenklatur atau pengistilahan KKB untuk kemungkinannya apakah bisa dikategorikan sebagai organisasi terorisme," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komisaris Jenderal Boy Rafli Amar dalam Rapat Kerja dengan Komisi III DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta pada Senin (22/3).

Boy menilai KKB kerap melakukan kekerasan, ancaman, hingga serangan senjata api sehingga menimbulkan ketakutan yang meluas di masyarakat.

Tanggapan OPM
Berbeda dengan pemerintah, pihak OPM dengan tegas menolak disebut sebagai kelompok teroris. Mereka meyakini tindakan yang dilakukan di Bumi Cenderawasih selama ini benar untuk dilakukan.

Juru Bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom menegaskan pihaknya kerap melakukan serangan dan menganggapnya sebagai hal wajar lantaran tengah terjadi konflik di Papua 

"Itu wilayah konflik perang, jadi apapun yang terjadi itu maklum dan wajar," kata Sebby saat dihubungi.

Sambom menuturkan bahwa selama ini pihaknya tidak pernah menembak warga sipil. Pihaknya mengklaim, korban sipil yang mereka bunuh merupakan mata-mata pihak TNI-Polri,

Sambom menambahkan, sejumlah aksi pembakaran yang dilakukannya dinilai wajar, lantaran merupakan program dari pemerintahan Indonesia.

"Dalam hukum revolusi untuk merebut kemerdekaan, agen musuh harus ditembak dahulu. Dunia ketahui bahwa TPNPB adalah sayap militer organisasi perjuangan kemerdekaan, yang telah dan sedang berjuang," ungkapnya.

Sebelumnya, terjadi kontak senjata antara rombongan Kabinda Papua dengan kelompok OPM di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua, pada Minggu (25/4).

Kabinda Papua bersama sejumlah anggotanya terlibat kontak tembak dengan KST OPM  ketika tengah melakukan observasi lapangan di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua. Putu Danny turun langsung lantara
Pratinjau
Perbarui
n ingin mengetahui kondisi terkini untuk menunjang misi pemulihan keamanan. Dalam kontak senjata tersebut, Kepala BIN Daerah (Kabinda) Mayjen TNI (Anumerta) I Gusti Putu Danny Nugraha gugur terkena peluru KST OPM.


Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : CNNIndonesia.com
KRI Nanggala 402 Sempat Kirim Sinyal Tempur, KASAL: Kapal Selam Tidak Blackout

KRI Nanggala 402 Sempat Kirim Sinyal Tempur, KASAL: Kapal Selam Tidak Blackout


Infokomando - Indonesia berduka, sebanyak 53 anggota TNI AL meninggal dunia bersamaan dengan tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402. TNI AL meyakini, tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 bukan karena faktor human error (kesalahan manusia).

Dijelaskan oleh Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono yang mengatakan, analisis awal tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 lebih pada faktor alam. Ia juga mengatakan, dari sejumlah laporan awal tentang penyebab tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 buatan Jerman ini juga bukan karena kesalahan manusia mau pun black out (mati listrik).

"Sudah kita evaluasi dari awal dan saya berkeyakinan ini bukan human error, lebih kepada faktor alam," kata Yudo, di Base Ops Lanud I Gusti Ngurah Rai Bali, Minggu (25/4/2021).

Meski demikian, untuk memastikan penyebabnya, TNI AL perlu mengangkat badan kapal selam KRI Nanggala-402 lebih dulu ke permukaan. Hal ini untuk mengetahui lebih dalam penyebab pasti tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 yang diawaki 53 kru ini. "Jadi nantinya akan kita investigasi setelah badan kapal bisa diangkat ke permukaan," kata dia.

Yudo berkeyakinan tidak ada kelalaian manusia karena saat proses kapal selam mulai masuk air sudah melalui semua prosedur yang ada. Prosedur yang dimaksud adalah saat KRI NAnggala 402 mulai menyelam ada laporan penyelaman.

Kemudian, terdengar dari radio sea rider penjejak bahwa kapal selam KRI Nanggala-402 telah mengirim sinyal pelaksanaan peran siap tempur, menyelam, dan sebagainya. "Dari awal sudah saya sampaikan kapal ini tidak atau bukan human error karena saat proses menyelam sudah melalui tahapan prosedur yang betul mulai laporan penyelaman dan terdengar dari penjejak kemarin itu," kata dia.

Ilustrasi periskop kapal selam saat menyelam

Kemudian, ia yakin tidak terjadi black out karena saat menyelam diketahui lampu masih menyala semuanya. "Artinya tidak black out dan saat menyelam langsung hilang (kapal selam) ini," kata dia.

Oleh Panglima TNI seluruh awak kapal selam KRI Nanggala-402 yang berjumlah 53 kemudian dinyatakan gugur pada Minggu (25/4/2021) sore. 

"Berdasarkan bukti-bukti otentik yang berhasil didapat tersebut KRI Nanggala-402 dapat dinyatakan telah tenggelam dan seluruh awaknya telah gugur," kata Hadi

Ia mengatakan, hal ini berdasarkan pemindaian citra kapal secara akurat yang dilakukan oleh KRI Rigel di lokasi yang ada kemagnetan kuat sebelumnya.

Pemindaian menggunakan multibeam sonar dan magnetometer. Pemindaian ini menghasilkan citra atau gambar bawah air yang lebih detail.

MV Swift Rescue Singapura juga telah menurunkan remote operation vehicle (ROV) dan melakukan citra bawah air secara visual menggunakan kamera. 

Bagian kapal yang terlihat pada kamera ROV yakni meliputi kemudi vertikal belakang, bagian luar badan tekan, jangkar, kemudi selam timbul, bagian kapal yang lain termasuk baju keselematan awak kapal MK 11.

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : Kontan.co.id
Panglima TNI: 53 Awak Kapal Selam Dinyatakan Gugur, Kapal Selam Terbelah Jadi 3 Bagian

Panglima TNI: 53 Awak Kapal Selam Dinyatakan Gugur, Kapal Selam Terbelah Jadi 3 Bagian


Infokomando - Informasi terbaru, Panglima TNI Hadi Tjahjanto menyatakan seluruh awak kapal selam KRI Nanggala-402 meninggal atau gugur. 

"53 personel yang onboard didalam KRI Nanggala-402 telah gugur," ungkapnya dengan sedikit tercekat dalam konferensi pers, Minggu (25/4/2021). 

Ia menyampaikan, telah diperoleh gambaran atau citra yang telah dikonfirmasi sebagai bagian dari KRI Nanggala 402 meliputi kemudi vertikal belakang, jangkar, bagian luar badan tekan, kemudi selam timbul, bagian kapal yang lain termasuk baju keselamatan awak kapal NK-11.

Ia melanjutkan, berdasarkan bukti-bukti otentik yang didapatkan tersebut dapat disimpulkan bahwa KRI Nanggala-402 telah tenggelam dan seluruh awaknya gugur.  

Pencarian kapal selam ini dimulai pada Rabu (21/4/2021) ketika KRI Nanggala 402 dinyatakan hilang kontak pada pagi hari. 

Pukul 03.46 Wita, boat sea rider memonitor periskop dan lampu pengenal khas dari KRI Nanggala-402 yang perlahan mulai menyelam ke dalam air dan tak terlihat.

Padahal periskop kapal selam seharusnya masih terlihat dipermukaan. Saat itu KRI Nanggala-402 semestinya meminta otorisasi penembakan, tetapi saat dipanggil, tidak ada jawaban sama sekali. Sejak pukul 03.46 Wita itu lah terakhir kali KRI Nanggala sama sekali tidak memberi respons.

Hari itu, KRI Nanggala-402 dinyatakan hilang. Penyebabnya, diduga karena kapal selam mengalami black out atau kehilangan daya listrik. 

Foto bagian besar KRI Nanggala yang berhasil didapat

Dalam kapal selam tersebut cadangan oksigen hanya tersedia hingga 72 jam yang berarti para awak kapal dapat bertahan hingga Sabtu (24/4/2021) dini hari. 

Kemarin, Sabtu, TNI AL secara resmi menyatakan KRI Nanggala-402 statusnya subsunk (tenggelam). Namun, hari ini Panglima TNI menyatakan seluruh awak kapal meninggal dunia atau gugur.

Kapal terbelah menjadi 3 bagian
Menurut Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Yudo Margono mengatakan jika badan kapal selam KRI Nanggala 402 hancur dan terbelah menjadi tiga bagian.

Pernyataannya tersebut berdasarkan hasil dari citra yang dikirim oleh KRI Rigel melalui ROV yang dioperasikan ke dasar laut tempat serpihan besar KRI Nanggala berada.

"Kapal terbelah menjadi tiga bagian besar" ungkap Yudo dalam konferensi persnya, Minggu (25/4)

Editor : Devina | Foto : Ist 
Breaking News! Kabinda Papua Brigjen Gusti Putu Meninggal Tertembak Oleh KKSB OPM

Breaking News! Kabinda Papua Brigjen Gusti Putu Meninggal Tertembak Oleh KKSB OPM


Infokomando - Kepala Badan Intelijen Negara Daerah (Kabinda) Papua, Brigjen TNI I Gusti Putu Danny Nugraha Karya dikabarkan meninggal tertembak oleh Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) OPM.

Dari informasi yang berhasil didapat, Minggu (25/4/2021). Kabinda Papua ditembak oleh KKSB di Beoga, Kabupaten Puncak Papua saat melakukan peninjauan lokasi pembakaran sekolah dan pemukiman warga yang dilakukan oleh KKSB.

Sementara itu, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI Ahmad Riad saat dikonfirmasi mengatakan, hingga saat ini pihaknya belum mendapatkan info detail terkait penembakan tersebut.

"Saya belum dapat info, masih menunggu konfirmasi dulu," kata Ahmad Riad.

Dilansir dari Okezone di Timika, pada Minggu sore (25/4/2021) sekitar pukul 15.30 WIT  tiba-tiba terdengar suara tembakan di Kampung Dambet saat  rombongan Kabinda Papua beserta Satgaster TNI sedang melaksanakan peninjauan medan dengan menggunakan 8 unit sepeda motor tidak jauh dari lokasi tersebut.

Tak lama berselang, terdengar laporan melalui radio bahwa dalam rombongan yang dipimpin oleh Kabinda dan Satgaster terdapat satu personel terkena tembak. 

Dan satu personel yang dimaksud adalah Kabinda Papua, Brigjen TNI I Gusti Putu Danny Nugraha Karya. Danny Nugraha dilaporkan terkena tembak dan meninggal dunia ditempat. 

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : Okezone.com
Komisi I DPR : 3 Prajurit TNI Pernah Gugur Dalam Insiden KRI Nanggala 2012 lalu

Komisi I DPR : 3 Prajurit TNI Pernah Gugur Dalam Insiden KRI Nanggala 2012 lalu


Infokomando - Anggota Komisi I DPR RI TB Hasanuddin mengatakan bahwa KRI Nanggala 402 sempat mengalami insiden tiga prajurit TNI yang tewas usai kapal selam tersebut melakukan uji penembakan torpedo pada tahun 2012 lalu.

Insiden itu bermula ketika proses penembakan torpedo gagal lantaran tak bisa diluncurkan. Hal itu dikarenakan sistem penutupnya bermasalah.

"Dalam peristiwa itu 3 orang prajurit terbaik gugur," kata Hasanuddin dalam keterangan resminya, Minggu (25/4).

Setelah insiden tersebut, Hasanuddin mengatakan KRI Nanggala kemudian diperbaiki kembali oleh tim dari Korea Selatan.

Sebelum insiden itu, Hasanuddin membeberkan KRI Nanggala sempat dilakukan retrofit pada tahun 2012 lalu. Kala itu, perbaikan dilakukan dengan menghabiskan anggaran sekitar US$75 juta atau sekitar Rp1,05 Triliun.

"Retrofit itu bukan sekedar mengganti suku cadang, tapi diperkirakan juga ada perubahan pada struktur konstruksi dari kapal selam tersebut terutama pada bagian sistem senjata torpedonya," kata dia.

Lebih lanjut, Ia turut menduga tenggelamnya KRI Nanggala 402 di perairan Bali karena kegagalan retrofit pada tahun 2012 lalu. Salah satunya terletak pada pengerjaan konstruksi yang tak tepat pada kapal.

"Saya menduga pada hasil perbaikan (overhaul) ini ada hal-hal atau kontruksi yang tidak tepat (pemasangannya) sehingga KRI Nanggala 402 tenggelam. Ini sangat disayangkan," kata Hasanuddin.

KRI Nanggala 402 menjalani overhaul di Korsel

Selain itu, Hasanuddin juga menyoroti jumlah kru KRI Nanggala 402 saat kejadian nahas di perairan Bali telah melebihi kapasitas. Menurutnya, jumlah kru maksimal kapal selam maksimal hanya 38 orang.

KRI Nanggala sendiri membawa 53 awak saat diberitakan hilang kontak pada Rabu (21/4) lalu.

"Artinya kelebihan beban 15 orang. Ada apa kok dipaksakan? Saya juga telah mendapatkan informasi bahwa saat menyelam KRI Nanggala 402 diduga tidak membawa oksigen gel, tapi tetap diperintah untuk berlayar," kata dia.

Diketahui, hingga kini kapal selam belum ditemukan. TNI sendiri sudah menyatakan bahwa Nanggala tenggelam.

Setelah empat hari pencarian, sejumlah benda berhasil ditemukan di dekat lokasi tumpahan minyak pada Sabtu (24/4). Antara lain pelurus torpedo, pipa pendingin dengan tulisan Korea Selatan, alas yang dipakai oleh ABK untuk beribadah, solar hingga pelumasan untuk naik turun periskop kapal selam.

Selain itu juga ditemukan adanya sponge untuk menahan hawa panas di dalam lambung kapal sehingga tidak terjadi kondensasi.

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : CNNIndonesia.com
"On Eternal Patrol" Ramai Diperbincangkan Netijen Iringi Tenggelamnya KRI Nanggala 402, Apa Itu?

"On Eternal Patrol" Ramai Diperbincangkan Netijen Iringi Tenggelamnya KRI Nanggala 402, Apa Itu?


Infokomando - Tagedi tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 TNI AL memunculkan duka yang sangat mendalam bagi seluruh rakyat Indonesia. Di media sosial, netizen pun ramai menggunakan istilah 'on eternal patrol'. Apa maknanya?

Dikutip dari berbagai sumber, salah satunya adalah laman wearethemighty.com, kapal selam yang mengalami insiden seperti hilang dan tenggelam disebut 'on eternal patrol' atau 'Sedang patroli selamanya' yang mana berarti kapal selam tersebut beserta awaknya dianggap tidak gugur melainkan berpatroli untuk selama-lamanya di samudera.

Istilah ini ada sebelum Perang Dunia II. Dimana saat itu banyak istilah berkembang bila kapal selam meninggalkan pelabuahan dan berhasil kembali dalam keadaan selama makan tugasnya disebut patroli.

Namun, apabila kapal selam tidak berhasil kembali atau hilang, maka patroli yang dilakukannya disebut dengan istilah eternal patrol atau patroli abadi atau selamanya dan tidak kembali.

Dikisahkan, sejak akhir Perang Dunia II, Amerika Serikat kehilangan empat kapal selam dimana dua diantaranya adalah kapal selam nuklir yaitu kapal selam USS Thresher (SSN 593) dan USS Scorpion (SSN 589) hilang. Pada akhir tahun 1940-an, kembali terjadi dua kapal selam bertenaga diesel listrik kelas Balao, USS Cochino (SS 345) dan USS Stickleback (SS 415) juga tenggelam akibat kecelakaan.

Bangkai kapal selam Kursk saat di dasar laut

Peristiwa yang paling terkenal dengan istilah 'on eternal patrol' adalah kapal selam Krusk milik Rusia yang tenggelam pada tahun 2000 hingga dibuatkan film kisah nyatanya. Kapal kelas Oscar bertenaga nuklir ini mengalami ledakan dibagian ruang torpedo dan tenggelam.

Kapal selam KRI Nanggala-402 sebelumnya dinyatakan tenggelam berdasarkan sejumlah temuan bukti autentik. Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyebut kapal selam yang membawa awak 53 orang sesuai manifes itu tenggelam berdasarkan penemuan tumpahan minyak dan serpihan.

"Unsur-unsur tim pencari TNI AL telah menemukan adanya tumpahan minyak dan serpihan yang menjadi bukti autentik jika KRI Nanggala 402 menuju fase tenggelam," kata Hadi dalam konferensi pers di Bali, Sabtu (24/4).

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : Detik.com
Masuk Fase Tenggelam, TNI AL Siapkan Dua Sekenario Untuk Mengangkat Kapal Selam Ke Permukaan

Masuk Fase Tenggelam, TNI AL Siapkan Dua Sekenario Untuk Mengangkat Kapal Selam Ke Permukaan


Infokomando - Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut (AL) menyiapkan dua skenario untuk mengevakuasi kapal selam KRI Nanggala-402 yang saat ini ada didasar laut perairan utara Bali.

Diperkirakan kapal selam tersebut tenggelam dengan kedalaman 800 meter di bawah permukaan laut.

Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono mengungkapkan, setelah dilakukan upaya pencarian selama tiga hari, KRI Nanggala-402 diperkirakan tenggelam di kedalaman 850 meter. Namun demikian, untuk saat ini keberadaan pasti kapal selam tersebut masih belum diketahui.

"Unsur-unsur kami yang melaksanakan pendeteksian dan unsur-unsur lain akan berjuang keras, karena kedalaman laut yang dideteksi adalah kedalaman sekitar 850 meter," kata Yudo dalam jumpa pers di Bali, Sabtu (24/4/2021).

Dalam upaya pencarian itu, ungkap dia, TNI telah mendapatkan bantuan dari sejumlah negara sahabat seperti Australia, Singapura, Malaysia, India, Vietnam hingga Amerika Serikat.

Ada dua skenario yang telah disiapkan oleh TNI AL untuk mengevakuasi kapal selam. Pertama, dengan metode diembus. Yaitu, memasukan selang pada pipa yang terdapat pada kapal selam untuk kemudian diangkat naik.

"Jadi di kapal selam itu ada seperti pipa-pipa yang dapat dicelupkan dengan selam bungkus sehingga (kapal selam) bisa naik kepermukaan," jelas dia.

Selain itu akan dicoba pula cara kedua evakuasi yakni dengan menggunakan robot. Teknologi itu saat ini dimiliki oleh MV Swift Rescue milik Singapura.

Robot yang digunakan untuk mencari dan mengangkat kapal selam

"Swift Rescue punya Singapura juga memiliki kapal selam mini seperti robot yang dapat memasang peralatan," tambahnya.

Sebagaimana diberitakan oleh KompasTV sebelumnya, setelah dilakukan pencarian selama tiga hari, kapal selam KRI Nanggala-402 dinyatakan tenggelam di perairan utara Bali.

Informasi tersebut disampaikan langsung oleh Panglima TNI Hadi Tjahjanto dalam konferensi pers pada Sabtu (24/4/2021).

"Pagi dini hari tadi adalah batas akhir live support yaitu berupa ketersediaan oksigen di KRI Nanggala selama 72 jam. Unsur-unsur pencari TNI AL telah menemukan tumpahan minyak dan serpihan yang menjadi bukti otentik menuju fase tenggelamnya KRI Nanggala," ujar Panglima TNI.

Adapun bukti-bukti yang ditemukan itu antara lain pelurus tabung torpedo, pembungkus pipa pendingin, dan botol oranye pelumas periskop kapal selam.

Dengan adanya bukti otentik tersebut status submiss (kapal selam hilang) ditingkatkan menjadi subsunk (kapal selam tenggelam) dan terdeteksi di kedalaman 850 meter.

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : Kompas.com
Ada Retakan Besar Pada KRI Nanggala 402, Tapi Tidak Ada Ledakan

Ada Retakan Besar Pada KRI Nanggala 402, Tapi Tidak Ada Ledakan


Infokomando
- Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Yudo Margono mengungkapkan kondisi KRI Nanggala-402 yang tidak mampu menahan tekanan air telah mengalami retakan.

"Dengan alat (serpihan dan barang) yang sudah keluar dari dalam kapal, berarti telah terjadi keretakan. Karena sampai kedalaman 700-800 meter tentu akan terjadi keretakan di kapal selam itu," ujarnya, dalam konferensi persnya di Bali, Sabtu (24/4).

"Karena barang ini sebenarnya ada di dalam (kapal selam); penahan atau pelurus torpedo ini sampe keluar. Jadi ada keretakan besar," ungkap Yudo.

Lantaran sudah terjadi retakan, Yudo menduga air laut sudah masuk ke dalam bagian kapal selam, meski belum semuanya lantaran ada pembagian kompartemen di dalam kapal sebagai penyekat.

"Air (masuk) kemungkinan ada, tapi ada kemungkinan bagian kabin yang air tidak dimasuki air. Jadi di dalam ruang (kapal selam) itu di bagi kompartemen,"

"(Apabila) Anggota sempat tutup ada kemungkinan tidak kemasukan air," tambahnya.

Di tempat yang sama, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyebutkan dalam insiden tenggelamnya KRI Nanggala 402 tidak ada ledakan.

"Terjadi serpihan keretakan, karena keretakan (bisa terjadi) secara bertahap di beberapa bagian tertentu, turun mulai dari kedalaman 300-500 (meter)," kata dia.

"Enggak ada ledakan ya, karena kalau ada pasti terdengar," imbuh Hadi.

Sebelumnya, kapal selam KRI Nanggala-402 dinyatakan hilang kontak pada Rabu (22/4) dini hari, diduga akibat adanya black out pada saat latihan penembakan torpedo.

Pada konferensi pers hari ini, TNI mengumumkan sejumlah temuan seperti tumpahan minyak serta berbagai peralatan yang mestinya ada di dalam kapal selam. Berdasarkan temua itu, TNI kemudian menetapkan status KRI Nanggala-402 dari submiss menjadi subsink alias karam.

Dengan adanya peningkatan status itu, TNI akan menyiapkan evakuasi medis, sehingga jika ditemukan adanya anak buah kapal yang selamat bisa langsung dilakukan evakuasi.

Untuk status ke 53 awak kapal selam KRI Nanggala 402, TNI sendiri belum bisa memutuskan.

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : CNNIndonesia.com