Showing posts with label Darat. Show all posts
Showing posts with label Darat. Show all posts
TNI Siaga Penuh Mengamankan Proses Evakuasi Jenasah Brigjen TNI IGP Danny

TNI Siaga Penuh Mengamankan Proses Evakuasi Jenasah Brigjen TNI IGP Danny


Infokomando - Jenazah Brigjen TNI I Gusti Putu Danny, Kepala Badan Inteljen Negara Daerah (Kabinda) Papua yang gugur ditembak KKSB OPM, dievakuasi dari Beoga, Kabupaten Puncak, ke Timika, Papua, hari ini Senin (26/4/2021). Proses evakuasi dibantu satu helikopter Caracal dan pesawat Caravan.

"Benar, helikopter Caracal dan pesawat Caravan milik Smart Aviation sudah diberangkatkan dari Timika ke Beoga, Senin pagi sekitar pukul 06.00 WIT," kata Dandrem 173/PVB Brigjen TNI Iwan Setiawan, Senin pagi.

Seperti diketahui sebelumnya, KKSB telah membakar bangunan SD dan sejumlah rumah milik warga di Distrik Beoga Papua. Hingga saat ini, TNI masih bersiaga penuh di Boega paska peristiwa penembakan tersebut.

Kabinda Papua ditembak saat sedang meninjau lokasi pembakaran yang dilakukan KKSB di Beoga, Kabupaten Puncak Jaya, Papua. Aksi pembakaran di Beoga berlangsung dua pekan lalu.

Dari kontak tembak itu Brigjen TNI Putu Dani mendapat tembakan pada bagian kepala yang menyebabkan korban meninggal dunia di lokasi kejadian.

Pada saat itu rombongan Kabinda Papua beserta Satgaster TNI sedang melaksanakan peninjauan medan menggunakan 8 unit sepeda motor tidak jauh dari lokasi tersebut. Selanjutnya terdengar laporan melalui radio bahwa dalam rombongan yang dipimpin oleh Kabinda dan Satgaster terdapat satu personel terkena tembak.

Editor : Devina | Foto : Ist
BIN Sebut OPM Layak Dicap Sebagai Teroris Karena Menyerang Warga Sipil

BIN Sebut OPM Layak Dicap Sebagai Teroris Karena Menyerang Warga Sipil


Infokomando - Badan Intelijen Negara (BIN) menyebut Organisasi Papua Merdeka (OPM) dalam kategori teroris karena menyerang masyarakat sipil. BIN menyebut OPM sebagai Kelompok Separatis dan Teroris (KST).

"Masuk kategori teroris sebab menyerang penduduk sipil," kata Deputi VII BIN, Wawan Hari Purwanto seperti dilansir dari CNNIndonesia.com, Senin (26/4).

Selama ini aparat penegak hukum seperti Polri dan TNI, biasa menyebut gerombolan ini sebagai Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) atau Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Disisi lain, kelompok ini kerap menyebut dirinya sendiri sebagai Tentara Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (PNPB-OPM).

Meski layak dicap sebagai teroris separatis, pelabelan separatis OPM tersebut belum rampung diputuskan pemerintah. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sendiri tengah melakukan kajian untuk memasukkan KKB sebagai organisasi teroris.

"Kami sedang menggagas diskusi-diskusi dengan beberapa kementerian/lembaga berkaitan dengan masalah nomenklatur atau pengistilahan KKB untuk kemungkinannya apakah bisa dikategorikan sebagai organisasi terorisme," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komisaris Jenderal Boy Rafli Amar dalam Rapat Kerja dengan Komisi III DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta pada Senin (22/3).

Boy menilai KKB kerap melakukan kekerasan, ancaman, hingga serangan senjata api sehingga menimbulkan ketakutan yang meluas di masyarakat.

Tanggapan OPM
Berbeda dengan pemerintah, pihak OPM dengan tegas menolak disebut sebagai kelompok teroris. Mereka meyakini tindakan yang dilakukan di Bumi Cenderawasih selama ini benar untuk dilakukan.

Juru Bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom menegaskan pihaknya kerap melakukan serangan dan menganggapnya sebagai hal wajar lantaran tengah terjadi konflik di Papua 

"Itu wilayah konflik perang, jadi apapun yang terjadi itu maklum dan wajar," kata Sebby saat dihubungi.

Sambom menuturkan bahwa selama ini pihaknya tidak pernah menembak warga sipil. Pihaknya mengklaim, korban sipil yang mereka bunuh merupakan mata-mata pihak TNI-Polri,

Sambom menambahkan, sejumlah aksi pembakaran yang dilakukannya dinilai wajar, lantaran merupakan program dari pemerintahan Indonesia.

"Dalam hukum revolusi untuk merebut kemerdekaan, agen musuh harus ditembak dahulu. Dunia ketahui bahwa TPNPB adalah sayap militer organisasi perjuangan kemerdekaan, yang telah dan sedang berjuang," ungkapnya.

Sebelumnya, terjadi kontak senjata antara rombongan Kabinda Papua dengan kelompok OPM di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua, pada Minggu (25/4).

Kabinda Papua bersama sejumlah anggotanya terlibat kontak tembak dengan KST OPM  ketika tengah melakukan observasi lapangan di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua. Putu Danny turun langsung lantara
Pratinjau
Perbarui
n ingin mengetahui kondisi terkini untuk menunjang misi pemulihan keamanan. Dalam kontak senjata tersebut, Kepala BIN Daerah (Kabinda) Mayjen TNI (Anumerta) I Gusti Putu Danny Nugraha gugur terkena peluru KST OPM.


Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : CNNIndonesia.com
Pencapaian Luar Biasa, Satgas TNI di Kongo Berhasil Turunkan Ketua Milisi Bersenjata Terbesar di Kongo

Pencapaian Luar Biasa, Satgas TNI di Kongo Berhasil Turunkan Ketua Milisi Bersenjata Terbesar di Kongo


Infokomando - Pencapaian luar biasa kembali ditorehkan oleh Prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Batalyon Gerak Cepat (BGC) Kontingen Garuda (Konga) XXXIX-C/MONUSCO. Ketua Milisi Kelompok Bersenjata Raia Mutomboki Ndarumangga Mr. Munyololo Mbao Ndarumangga beserta 30 anggota milisi lainnya termasuk di dalamnya seorang wanita berhasil diajak turun gunung oleh Satgas TNI, Rabu (21/4/2021). 

Hebatnya lagi, turunnya 31 milisi tersebut beserta 18 senjata api jenis AK 47 pucuk, sepucuk mortir 60, 2 pucuk RPG, sepucuk GPMG, sebuah spread (tombak), 122 butir munisi kal 7.62, 365 butir munisi kal 5.56, 20 buah magazen dan sebuah granat RPG. 

Proses penjemputan 31 orang milisi ini dipimpin langsung oleh Komandan Satgas BGC Konga XXXIX-C/MONUSCO Kolonel Inf Sandi Kamidianto, disebuah desa bernama Maiminggi. Milisi yang turun merupakan kelompok milisi bersenjata terbesar yang selama ini menjadi momok menakutkan di Kongo. 

Satgas BGC Garuda saat menjemput milisi Kongo

Keberhasilan tersebut bermula dari dilaksanakannya kegiatan Civil Military Coordination (Cimic), dimana dalam pelaksanaannya Satgas menggunakan pendekatan persuasif dan dialog dengan para tokoh masyarakat yang mana pada akhirnya berhasil meyakinkan para milisi untuk kembali ke masyarakat. 

Selanjutnya para milisi beserta senjatanya kemudian diserahkan kepada Disarmament Demobilization Reintegration (DDR) untuk selanjutnya dilaksanakan proses lebih lanjut sesuai ketentuan UN. 

Persenjataan yang berhasil didapat Satgas TNI

Dalam kesempatan tersebut Komandan Satgas menyampaikan bahwa khusus dalam operasi penjemputan milisi wanita tersebut, Satgas melibatkan Female Engagement Team (FET) atau Kartini Indonesia. Tim FET ini kemudian dilibatkan untuk memberikan rasa aman, karena diantara milisi-milisi pria terdapat seorang milisi wanita. 

“Ini merupakan kado terindah dari Kartini Indonesia di daerah misi, karena telah terlibat dalam kegiatan penjemputan milisi kelompok bersenjata terbesar di Kongo, teruslah berupaya untuk dapat memberikan rasa aman, nyaman dan memenangkan hati serta pikiran rakyat,” tambahnya.

Editor : Devina | Foto : Ist 
Pertempuran Sengit Antara RPKAD vs SAS di Perbatasan Malaysia

Pertempuran Sengit Antara RPKAD vs SAS di Perbatasan Malaysia


Infokomando - Sejak Presiden Soekarno Mengobarkan Dwi Komando Rakyat atau yang disingkat Dwikora pada tahun 1964, saat itu juga pimpinan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) segera melakukan respon cepat dengan mengirimkan prajurit TNI ke perbatasan Malaysia - Indonesia. Supaya pengiriman pasukan tersebut tidak terlihat mencolok, prajurit yang dikirim ke perbatasan disamarkan sebagai pasukan gerilya dengan nama Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU).

Selama operasi Dwikora berlangsung, tidak ada sama sekali pengerahan Alutsista berat milik TNI ke perbatasan Kalimantan seperti meriam dan sejenisnya, karena perang yang digelar antara RI dengan Malaysia yang didukung Inggris dan negara persemakmuran lainnya bersifat tertutup.

Pasukan Royal Australian Regiment bersiap memburu infiltran Indonesia

Meskipun demikian, lawan yang dihadapi oleh para gerilyawan Indonesia tidak main-main. Karena melibatkan Inggris, sangat tidak mengherankan jika akhirnya pasukan gerilya Indonesia bertemu dengan salah satu pasukan khusus ternama di dunia Special Air Service (SAS) dan pasukan bayaran Inggris asal Nepal yang dikenal dengan nama Gurkha disepanjang perbatasan Kalimantan. Tidak hanya itu, Special Air Service Regiment (SASR) milik pasukan khusus Australia dan New Zealand Air Service Regiment (NZSAS) milik New Zealand atas permintaan Mayor Jenderal Walter Walker selaku Komandan Pasukan Inggris di Malaysia juga ikut diterjunkan melawan gerilyawan Indonesia.

Bahkan keseluruhannya sering terlibat baku tembak dan adu strategi dipedalaman Kalimantan. Namun dari sekian banyak pertempuran yang terjadi, penyerbuan RPKAD ke pos pasukan gabungan Inggris di Desa Plaman Mapu, Sarawak yang terletak sekitar satu kilometer dari perbatasan Kalimantan Barat merupakan peristiwa penyerbuan yang paling tersohor sepanjang perjalanan operasi Dwikora.

Dalam pertempuran jarak dekat, cepat dan menegangkan tersebut diperkirakan puluhan prajurit parasut Inggris termasuk SAS tewas menjadi korban serangan dadakan prajurit RPKAD. Bahkan diantaranya banyak yang mengalami trauma dan harus menjalani perawatan psikis akibat serangan dadakan prajurit RPKAD yang sangat dekat dimana bagi mereka itu mustahil dilakukan. Apalagi pos Mapu yang mereka jaga merupakan salah satu basis terkuat jika dibandingkan dengan pos lainnya.

Perlu diketahui, pos Mapu selain diperkuat dengan empat senapan mesin juga diperkuat dua mortir 3 inch. Pos juga dilengkapi bunker dan parit serta kawat yang mengitari pos. Selain itu dibagian luar juga ditanami ranjau agar tidak bisa ditembus. Sedangkan pasukan yang menjaga pos tersebut berasal dari British Paratroopers dan Special Air Service (SAS).

Seperti yang dikisahkan dalam buku terbitan RW Press Paratroopers, Ready for Anything: From WWII to Afghanistan. Seorang mantan serdadu Inggris Serma Jhon Williams yang juga salah satu saksi sejarah penyerbuan pos Mapu menceritakan bagaimana mengerikannya serangan militer Indonesia ke pos Mapu hingga menyisakan belasan prajurit yang selamat, itu pun dalam kondisi luka.

Tentara Australia dengan senjata MAG58 di Kalimantan

Dia menggambarkan jika pasukan RPKAD berhasil memasuki pos tanpa terdeteksi karena berhasil menyamarkan suara langkah kaki bersamaan dengan datangnya hujan lebat. Sekitar pukul 05.00 WIB dimana suasana pos masih dalam keadaan gelap, pasukan Indonesia dengan rentetan dan desingan peluru yang diikuti suara ledakan roket (Bangalore) menjebol salah satu sisi dinding pos pertahanan Mapu sangat mengejutkan pasukan Inggris yang saat itu sebagian besar tengah istirahat.

Melalui salah satu sisi dinding pos yang sudah berlubang, pasukan Indonesia secara tiba-tiba merangsek kedalam sambil terus memberikan tembakan seporadis ke seluruh sudut ruangan hingga mengenai sejumlah tentara Inggris. Sempat ada yang berusaha memberikan perlawanan tapi sia-sia karena pasukan Indonesia bergerak sangat cepat dan dekat.

Satu persatu, pasukan Indonesia yang dikenali sebagai RPKAD itu menyusuri pos termasuk tempat kedudukan mortir milik Inggris dan menewaskan dua penjaganya. Serangan yang terbilang kilat membuat kekuatan pos Mapu seketika lumpuh. Banyak prajurit Inggris mengalami luka berat hingga tewas dalam serangan pendadakan tersebut.

Mayor Jon Fleming, seorang komandan Kompi B dari Inggris mengaku terkejut mendapati pos Mapu mendapatkan serangan kilat dari pasukan Indonesia. Setengah tidak percaya, Ia mencoba keluar ruangan melihat dari kejauhan pos Mapu yang diterangi api ledakan, kilatan peluru tracer dan suar. Dengan mata kepalanya sendiri Ia melihat bagaimana gerilyawan Indonesia yang tak lain adalah RPKAD melumpuhkan pasukan para-nya yang mencoba memberikan perlawanan tapi sia-sia. Ledakan mortir juga menghancurkan menara pengawas dan membunuh prajuritnya yang dia kenal salah satunya bernama Smith. Tidak cuma itu, pasukan RPKAD juga berhasil melukai dua penjaga gudang mortir.

Mayor Fleming kemudian bergegas mencari radio dan melaporkan situasi pos Mapu ke atasannya Letkol Ted Eberhardie sekaligus minta bantuan untuk memperkuat kedudukannya di pos Mapu. Dalam kondisi panik, Fleming perintahkan prajuritnya bernama Serma William segera mengumpulkan sisa prajurit yang terluka untuk dibawa ke tempat aman. Saat Fleming berusaha kembali menyusun perlawanan, pasukan RPKAD menembakkan sebuah mortir dan menghujaninya tembakan hingga menyisakan lima orang prajuritnya seperti yang tertulis di Paratroopers, Ready for Anything.

Dalam kondisi terdesak, Serma William bergegas meraih senapan mesin yang ada didekatnya dan menyiramkannya ke arah pasukan Indonesia hingga kembali masuk ke parit.

Saat fajar mulai menyingsing dimana jarak pandang mulai terlihat jelas, pasukan Inggris yang tersisa dengan kondisi yang cukup parah mencoba mencari posisi bertahan sambil menunggu bantuan datang. Ketika pasukan Gurkha yang dikirim oleh Inggris tiba ke lokasi pos Mapu untuk bersiap memberikan bantuan, pasukan Indonesia sudah mundur dan menghilang.

Pasukan RPKAD sebelum dikirim ke Malaysia

Keberhasilan pasukan RPKAD dari Kompi Benhur Grup 2 menghancurkan pos Mapu disambut dengan gemilang oleh rekan-rekannya. Oleh pimpinan ABRI mereka diberi promosi kenaikan pangkat, bahkan mereka juga diberi kehormatan untuk berbaris didepan Presiden Soekarno.

Meskipun Operasi Dwikora pada tahun 1966 dinyatakan berakhir, setidaknya berbagai kisah dan prestasi telah berhasil ditorehkan oleh pasukan yang kemudian dikenal dengan nama Komando Pasukan Khusus (Kopassus) ini.

Serangan Pos Mapu dan Strategi Eksperimental Indonesia
Menurut Nicholas van der Bijl dalam tulisannya berjudul Confrontation the with Indonesia, 1962-1966, serangan Indonesia ke pos Mapu merupakan serangan eksperimental yang dibuat oleh Sarwo Edhie Wibowo saat mengikuti kursus Staff Queenschliff di Australia untuk membuktikan konsepsinya tentang pasukan kecil yang mampu menaklukan pasukan besar.

Selama operasi Dwikora berlangsung, Sarwo merencanakan adanya serangan fenomenal dengan melibatkan pasukan RPKAD dalam jumlah kecil yang diisi oleh orang-orang berpengalaman untuk bergerilya melawan pasukan Inggris disepanjang perbatasan Malaysia.

Pasukan SAS Inggris didrop menggunakan helikopter

Pos Mapu menjadi sasaran utama untuk menguji konsep ini karena sering digunakan Inggris mendrop pasukan paratroops dari Kompi B Batalyon Ke-2 Resimen Parasut Inggris yang diperkuat SAS sebelum akhirnya berpatroli di hutan-hutan sepanjang perbatasan Kalimantan. Selain itu pasukan yang dikirim juga memiliki jam terbang kurang atau minim pengalaman sehingga dianggap tepat untuk dijadikan sebagai sasaran teori gerilya yang dibuat oleh Sarwo Edhie.

Sarwo dapat mengetahui kekuatan lengkap pasukan Inggris di Mapu karena sebelumnya sudah melakukan pengamatan selama sebulan, dimana diketahui terdapat hari-hari tertentu Mapu hanya dijaga oleh satu peleton pasukan para dengan sisanya berpatroli disepanjang perbatasan. Serangan ini dianggap berhasil karena pada akhirnya pasukan RPKAD yang dikirim dapat menghancurkan pos Inggris yang dijaga ketat dan dilengkapi persenjataan berat seperti senapan mesin dan meriam.

Editor : Devina | Foto : Ist 
Tidak Banyak Yang Tahu, Ternyata Ini Perbedaan Antara Raider Biasa Dengan Para Raider

Tidak Banyak Yang Tahu, Ternyata Ini Perbedaan Antara Raider Biasa Dengan Para Raider


Infokomando
- Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki pasukan elit terbanyak di dunia. Dengan berbagai kemampuan berspesifikasi khusus yang dimilikinya, tentu saja membuat militer Indonesia cukup disegani dunia. Sebut saja Raider, Taifib, Taipur, Kopaska sampai dengan tingkatan tertinggi yaitu Denjaka, Den Bravo 90 dan Sat 81 Kopassus.

Seperti yang pernah diungkapkan oleh Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu mantan KSAD sekaligus Menhan, bila kekuatan TNI secara teknologi belum memadai maka yang diperhebat adalah kemampuan manusianya. Untuk itu Indonesia perlu membentuk banyak sekali pasukan dengan kemampuan diatas rata-rata satuan reguler agar dapat menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sesuai dengan perkembangan jaman..

Tapi dari sekian banyak nama-nama pasukan yang berkualifikasi elit tersebut, ada satu yang menarik untuk dibahas yaitu Raider.

Raider disebut sebagai pasukan elit, karena satuan ini selain memiliki kemampuan anti-gerilya, perang kota, mobil udara (Mobud) dan anti teror, Satuan Raider juga memiliki pengalaman operasi tempur yang terbilang prestis yaitu berhasil menetralisir Gerakan Aceh Merdeka (GAM) tahun 2004 lalu dan membunuh salah satu Panglima tertingginya yang bernama Ishak Daud.

Saat itu Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu selaku Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) mengungkapkan jika pasukan berlambang petir ini dibentuk sebagai jawaban untuk menuntaskan pemberontakan GAM yang dipandangnya sudah sangat meresahkan. Tidak hanya itu, Raider juga dipersiapkan untuk menghadapi ancaman perang modern yang berpotensi dilakukan oleh negara-negara agresor.

Unit penanggulangan teror (Gultor) Raider

Saat awal pembentukannya tahun 2003 lalu, sebanyak delapan satuan yonif pemukul Kodam dan dua satuan yonif milik Kostrad dibekukan oleh KSAD untuk ditingkatkan menjadi satuan berkemampuan Raider. Nama-nama satuan tersebut adalah Yonif Linud 100/BB, Yonif 145/Bhakti Nagara, Yonif 327, Yonif 401 Banteng Raider, Yonif 507/Sikatan, Yonif Linud 612/Modang, Yonif Linjud 700 Wira Yudha Sakti, Yonif 741/ Satya Bhakti, Yonif 323/ Buaya Putih, dan Yonif 412/Bharata Eka Sakti.

Namun seiring dengan berkembangnya ancaman ditambah dengan banyaknya prestasi yang diperoleh oleh satuan-satuan yang berkualifikasi Raider ini. Pada tahun 2013 lalu TNI AD dibawah pimpinan Jenderal TNI Moeldoko akhirnya kembali menambah tiga batalyon infanteri untuk ditingkatkan menjadi batalyon Raider yakni Yonif 411/Pendawa Divif 2 Kostrad, Yonif 111/Karma Bakti Kodam Iskandar Muda dan Yonif 641/Beruang Hitam Kodam XII/Tanjungpura. 

Banteng Raider

Sebenarnya jauh tahun sebelumnya sekitar 1952, TNI AD sudah pernah memiliki tiga batalyon berkualifikasi Raider yang bermarkas di Jawa Tengah. Nama ketiga satuan batalyon tersebut adalah Yonif Linud 436 "Banteng Raider I", Yonif 454 "Banteng Raider II" dan Yonif 441 "Banteng Raider III". Tujuan dibentuknya Banteng Raider saat itu oleh Letkol Ahmad Yani adalah untuk melawan pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah.

Akan tetapi tahun 1963, Yonif 441 BR III dilebur menjadi batalyon RPKAD dan kemudian disusul Yonif Linud 434 BR I pada tahun 1965 atas permintaan Letkol Sarwo Edhie kepada Letjend Ahmad Yani yang saat itu sudah menjabat sebagai Panglima Angkatan Darat (Pangad) dengan alasan untuk memperkuat satuan RPKAD yang sedang bertempur di perbatasan Malaysia.

Sedangkan untuk Yonif 454 BR II diputuskan tetap menjadi bagian dari Kodam Diponegoro. Yonif 454 BR II inilah yang suatu ketika kemudian berhasil dimanfaatkan oleh sejumlah oknum Perwira TNI AD yang terpengaruh oleh PKI lalu dibawa ke Jakarta untuk bertempur melawan pasukan RPKAD di Hek.

Kembali ke topik awal, keberadaan pasukan berkualifikasi Raider memang tidak bisa diremehkan mengingat kemampuan bertempurnya yang ada diatas rata-rata batalyon infanteri reguler lainnya. Prajurit TNI AD yang terpilih mengikuti seleksi Raider harus menjalani tiga tahap latihan (tahap basis, gunung hutan dan rawa laut) yang cukup berat di Batujajar, Bandung Jabar.

Prajurit Raider saat latihan Ralasuntai

Pendidikan Raider dilakukan selama enam bulan dibawah pengawasan langsung para pelatih dari korps baret merah Kopassus. Seperti halnya pendidikan Kopassus, selama pendidikan mereka diharuskan melepas tanda pangkat yang tersemat di seragamnya. Hal ini bertujuan agar selama pendidikan di Batujajar mereka akan memiliki jiwa senasib sepenanggungan dan kesetaraan sesama kawan. Tidak peduli Perwira, Bintara ataupun Tamtama semuanya mendapat perlakuan sama.

Perbedaan prajurit berkualifikasi Raider dengan Para Raider
Meskipun keduanya sama-sama memiliki kualifikasi Raider, namun terdapat perbedaan yang mencolok diantara keduanya. Jika prajurit berkualifikasi Raider dibekali kemampuan perang modern, anti gerilya, anti teror dan mobil udara, maka untuk Para Raider ditambah kemampuan lintas udara (Linud) dimana kemampuan ini banyak dimiliki oleh satuan dari Kostrad.

Yonif Para Raider 501/Bajra Yudha Kostrad bersiap latihan terjun payung (Linud)

Diungkapkan oleh Kapen Kostrad Letkol Agus Bhakti pada 2015 lalu, jika satuan Raider pada umumnya hanya dimobilisasi menggunakan mobil udara (Mobud) seperti helikopter, maka untuk Para Raider selain bisa diterjunkan menggunakan helikopter juga bisa menggunakan pesawat terbang.

Dibentuknya pasukan Raider ini merupakan jawaban TNI AD untuk menghadapi tantangan jaman yang semakin kompleks. Disamping mampu melaksanakan berbagai operasi taktis dalam rangka Operasi Militer Perang (OMP) dan Operasi Militer selain Perang (OMSP), pasukan Raider juga dituntut harus mampu melaksanakan operasi khusus Raid penghancuran dan Raid pembebasan Sandera atau tawanan baik itu berbentuk ancaman non tradisional bersifat lintas negara maupun isu-isu keamanan yang timbul di dalam negeri.

Penulis : Devina | Foto : Ist