Pemerintah Resmi Tetapkan Kelompok Separatis OPM Sebagai Organisasi Teroris

Pemerintah Resmi Tetapkan Kelompok Separatis OPM Sebagai Organisasi Teroris


Infokomando - Pemerintah resmi melabeli kelompok bersenjata atau kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Tanah Papua sebagai teroris. 

Menkopolhukam Mahfud MD mengatakan, penetapan kelompok bersenjata Papua sebagai teroris berdasarkan pernyataan dari Ketua MPR Bambang Soesatyo, Badan Intelijen Negara, Polri, TNI, dan fakta yang diperoleh dari keterangan tokoh masyarakat, tokoh adat serta pimpinan daerah resmi Papua, baik legislatif maupun eksekutif. 

"Sejalan dengan itu semua, dengan pernyataan-pernyataan mereka itu maka pemerintah menganggap bahwa organisasi dan orang-orang di Papua yang melakukan kekerasan masif dikategorikan sebagai teroris," ujar Mahfud dalam keterangan dari kantor Menkopolhukam, Jakarta, Kamis (29/4/2021). 

Mahfud menambahkan, penetapan kelompok bersenjata Papua sebagai teroris juga mengacu kepada definisi terorisme dalam UU Nomor 5 tahun 2018 tentang terorisme. 

Di saat yang sama, Mahfud menegaskan kalau resolusi PBB sudah menetapkan Papua sebagai bagian Indonesia dan keinginan warga Papua sesuai hasil survei pemerintah. 

"Berdasarkan hasil survei lebih dari 92 persen mereka pro-republik kemudian hanya ada beberapa gelintir orang yang melakukan pemberontakan secara sembunyi-sembunyi sehingga mereka itu melakukan gerakan separatisme yang kemudian tindakan-tindakannya merupakan gerakan terorisme," tutur Mahfud. 

Setelah penetapan tersebut, Mahfud menegaskan pemerintah akan melakukan tindakan terukur dalam penanganan konflik Papua. Pemerintah akan menggunakan kepolisian sebagai tim terdepan dalam penanganan konflik Papua dan dibantu dengan TNI. 

Selain itu, BIN akan dipergunakan sebagai alat untuk kegiatan intelijen yang bersifat politis seperti menggalang tokoh-tokoh daerah, pengidentifikasian lokasi markas musuh dan penggalangan dengan negara sekitar yang menjadi pelarian negara separatis. 

Mahfud memastikan, pemerintah akan menindak setiap kekerasan di Papua sesuai dengan Undang-Undang Terorisme.

"Setiap kekerasan, tindak kekerasan yang memenuhi unsur-unsur Undang-Undang Nomor 5 tahun 2018 kita nyatakan sebagai gerakan teror dan secara hukum pula kami akan memrosesnya sebagai gerakan terorisme yang tercatat di dalam agenda hukum kita," kata Mahfud.

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : Tirto.id
Perkuat Pertahanan, Menhan Prabowo Beli 3 Kapal Selam Baru

Perkuat Pertahanan, Menhan Prabowo Beli 3 Kapal Selam Baru


Infokomando - Dalam beberapa waktu ke depan, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto berencana akan menambah tiga kapal selam untuk memperkuat pertahanan maritim Indonesia. Rencana ini kembali mencuat usai insiden tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 di perairan utara Bali.

Komisi I DPR RI yang mengawasi bidang pertahanan sudah menekan pemerintah agar segera melakukan langkah konkret. Anggota Komisi I DPR Bobby Adhityo Rizaldi mengatakan, bahwa pemerintah berencana menambah kapal selam baru sampai 2024 mendatang.

"Rencananya ada tiga kapal selam lagi tahun 2024," katanya seperti dilansir dari CNBC Indonesia, Rabu (28/4/21).

Disebutkan, dalam rencana strategi (renstra), Indonesia idealnya disebut punya 12 kapal selam. Namun saat ini Indonesia hanya memiliki 4 buah setelah KRI Nanggala 402 tenggelam, jauh dari kata ideal. 

Kapal selam yang tersisa tersebut adalah Kapal Selam Nagapasa-403, Kapal Selam Ardadedali-404, Kapal Selam Alugoro-405 dan Kapal Selam Cakra-401.

"Ini adalah peringatan 'keras' untuk alutsista yang sudah tua, hendaknya dikandangkan saja dan dipersiapkan yang lebih  'brand new'. Seluruh Alutsista seperti kapal selam, kapal laut, helikopter, pesawat atau senjata yg diawaki, perlu dievaluasi tingkat kesiapannya," sebut Bobby.

Demi mendukung peremajaan alutsista TNI, DPR lalu memberi beberapa catatan penting. Mengingat anggarannya yang terbatas, maka TNI harus membuat skala prioritas.

"Tentunya harus mengutamakan skala prioritas dari banyaknya pilihan-pilihan postur pertahanan yang ada, khusus untuk senjata yang diawaki, utamakan (Alutsista) yang sudah lewat usia pakai atau lewat batas jam pemakaian," jelasnya.

Menhan Prabowo sendiri sebelumnya sempat dikabarkan telah menjajaki pengadaan kapal selam dari Prancis dan Jerman. Namun, untuk kepastian typenya masih belum jelas, namun hal itu akan direalisasi setelah pengadaan 3 kapal selam baru dari Korsel sudah selesai. Dibawah ini adalah 2 type kapal selam yang sudah dijajaki Indonesia.

1. Kapal Selam Riachuelo
Per Desember 2020, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) dilaporkan telah berdiskusi dengan konsorsium perusahaan galangan kapal asal Perancis Naval Group. Seperti dilaporkan oleh Janes, Indonesia sedang menjajaki pemesanan kapal selam kelas Riachuelo, yang merupakan modifikasi dari kelas Scorpene.

Scorpene adalah kapal selam jenis konvensional yang dirancang khusus oleh Naval Group (Perancis) untuk pasar ekspor. Naval Group memang memberikan promosi dengan iming-iming transfer teknologi dalam pembelian kapal selamnya.

2. Kapal Selam Tipe 214
Pemerintah melalui Kementerian Pertahanan dan Kementerian BUMN berencana mengadakan pertemuan dengan para perwakilan dari Thyssen-Krupp Marine Systems (TKMS), produsen kapal selam asal Jerman pekan ini. TKMS menawarkan sebuah proposal pengadaan kapal selam jenis Diesel-Listrik (SSK) Tipe 214 kepada TNI Angkatan Laut.

Kapal selam Diesel-Listrik (SSK) Tipe 214 sendiri merupakan salah satu kapal selam tercanggih buatan TKMS Jerman yang juga bertipe hybrid.

SSK Tipe U214 merupakan kapal selam terbaru dengan kompartemen berlambung tunggal yang dapat menggabungkan prinsip desain dari tipe sebelumnya yakni tipe 209 dan tipe 212A.

Penggabungan prinsip desain tersebut, menjadikan SSK Tipe 214 sebagai kapal selam memiliki biaya operasional rendah dan menjadi opsi terbaik untuk digunakan bagi Angkatan Laut diberbagai belahan dunia. 

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : CNBCIndonesia.com
Satgas Gabungan TNI Polri Serbu Markas OPM di Papua dan Berhasil Tewaskan 5 Orang

Satgas Gabungan TNI Polri Serbu Markas OPM di Papua dan Berhasil Tewaskan 5 Orang


Infokomando
- Perintah Presiden Jokowi kepada Panglima TNI dan Kapolri untuk memburu dan menangkap seluruh anggota Kelompok Separatis Bersenjata (KSB) Organisai Papua Merdeka (OPM) langsung direspon cepat oleh aparat gabungan TNI - Polri.

Informasi terbaru, pada Senin (26/4/2021) dan Selasa (27/4/2021) kemarin, pasukan gabungan TNI/Polri yang tergabung dalam Satgas Nemangkawi langsung melakukan penyerangan ke markas KSB di Lumawi, Kampung Makki, Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua.

Tindakan tegas dari satgas Nemangkawi berhasil menewaskan lima anggota KSB dalam baku tembak yang terjadi sekitar pukul 08.00 WIT. Kelima anggota KSB yang tewas tersebut adalah anak buah Lekagak Telenggen.

Lekagak Telegen masuk dalam daftar DPO Kepolisian Papua sejak tahun 2020 dengan nomor DPO/43/VIII/2020/RESKRIM MIMIKA, 28 Agustus 2020 dalam kasus memegang senjata SS1, dan melakukan penembakan di Mile 61 saat perjalanan dari Arwanop ke Tsinga.

Kepala Satuan Tugas Humas Nemangkawi Kombes Pol M Iqbal Al Qudussy ketika dikonfirmasi membenarkan telah terjadi kontak tembak di Olenski Kampung Maki, Kabupaten Puncak. Kontak tembak tersebut berhasil memukul mundur KSB dan meninggalkan kampung.

"Benar, sekira pukul 08.00 WIT kita (Satgas Nemangkawi) melakukan penyerbuan ke markas KSB di Olenski," kata Iqbal.

Kelima anggota KSB yang tewas dalam baku tembak pukul 08.00 WIT, teridentifikasi sebagai anak buah Lekagak Telenggen

Kelompok separatis ini sebelumnya diketahui telah menembak Kepala Badan Intelijen Negara Daerah (Kabinda) Papua Brigjen TNI Putu Danny di Kampung Dambet, Distrik Beoga, Kabupaten Puncak. Selain itu mereka juga menembak guru dan pelajar orang asli Papua (OAP).

KSB juga membakar fasilitas sekolah dan memperkosa gadis-gadis kampung, merampas dana desa dan membakar honai milik kepala suku di Beoga.

Editor : Devina | Foto : Ist 
Satelit Jepang Menangkap Munculnya "Internal Wave" Bertepatan Dengan Tenggelamnya KRI Nanggala 402

Satelit Jepang Menangkap Munculnya "Internal Wave" Bertepatan Dengan Tenggelamnya KRI Nanggala 402


Infokomando
- TNI Angkatan Laut menduga KRI Nanggala-402 karam akibat terseret arus bawah laut yang kuat. Hal itu disebut diperkuat oleh hasil pantauan citra satelit Jepang.

"Saat kapal selam menyelam mungkin faktor yang paling berpengaruh adalah faktor arus bawah laut," kata Asisten Perencanaan Kepala Staf Angkatan Laut (Asrena KSAL) Laksamana Muda TNI Muhammad Ali, dalam keterangan, Rabu (28/4).

Dia menyebut arus bawah laut di satu tempat dengan tempat yang lain berbeda bergantung pada kondisi cuaca dan alam di wilayah tersebut.

Awak kapal selam, kata dia, biasanya akan mempelajari dahulu soal kondisi perairan baik di permukaan maupun di bawah sebelum melakukan pelayaran atau penyelaman.

Saat terjadi arus bawah laut yang kencang, Ali menyebut akan muncul pula internal solitary wave yang menurut para pakar oseanografi dikenal sebagai arus bawah laut yang cukup kuat yang bisa menarik benda secara vertikal.

"Jadi jatuhnya kapal itu ke bawah itu lebih cepat daripada umumnya. Ini yang harus diwaspadai, biasanya kalau kita mewaspadai itu kita memakai pendorongan yang lebih [kuat] daripada biasanya. Kita gunakan kecepatan yang lebih," kata Ali.

Saat dirinya masih menjadi awak KRI Nanggala-402, Ali mengaku kerap mengalami situasi tersebut. Biasanya kapal akan terasa lebih berat. Namun, hal itu bisa diatasi salah satunya dengan pendorongan atau mengembuskan tangki tahan tekan dengan emergency blow.

"Ya istilahnya untuk keadaan darurat," kata Ali.

Komandan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Danseskoal) Laksamana Muda TNI Iwan Isnurwanto menambahkan satelit Himawari-8 milik Jepang menangkap keberadaan internal wave yang bergerak di bawah laut ke utara bertepatan dengan terjadinya insiden Nanggala.

"Menurut Himawari-8 Jepang, ini satelit Jepang, pada tanggal tersebut 21 April di situlah terjadi menurut satelitnya adanya internal wave yang bergerak dari bawah ke utara," kata dia, Rabu (28/4).

Ilustrasi adanya internal wave

Gerakan air ini, kata dia, sangat masif dan menyebabkan ombak yang cukup besar di bawah air. Bahkan, daya air yang dibawa internal wave itu bisa mencapai 2 juta hingga 4 juta liter air.

"Jadi Kalau kapal menyelam 13 meter dan di gunungnya dia terbawa maka dia otomatis langsung turun tidak bisa diselamatkan oleh lain-lainnya, enggak sempat. Karena enggak mampu untuk melawan alam ini," ujar dia.

Arus bawah laut ini, kata dia, bisa tak terkendali meski arus air di permukaan terlihat tenang. "Dia seperti ekor kuda, tidak kelihatan bahwa di situ ada ombak yang besar, tapi sangat besar pengaruhnya," kata Iwan.

Ia pun memprediksi kapal KRI Nanggala-402 terbawa arus bawah laut hingga kedalaman 800 meter kurang dari satu menit.

"Kalau sudah masuk semua ndak ada tegangan tinggi untuk menggerakkan kapal, maka dia akan terus bergerak ke bawah," jelasnya.

Meski begitu, Ali menimpali, perlu investigasi lebih lanjut dan lama untuk mengungkap penyebab karamnya KRI Nanggala ini.

"Kita akan mengundang pakar-pakar kapal selam bahkan tidak hanya dalam negeri mungkin dari luar negeri. Karena kita punya konvensi pengawak kapal selam sedunia. Makanya ada ISMERLO (International Submarine Escape and Rescue Liaison Office) itu, itu akibat dari kesepakatan conference kapal selam sedunia," kata Ali.

di perairan Utara Bali pada Rabu (21/4). Sejumlah spekulasi terkait penyebab kapal ini tenggelam pun muncul. Bahkan tak sedikit yang menyangkut-nyangkutkannya dengan usia kapal yang tak muda, kelebihan muatan, hingga serangan dari kapal asing.

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : CNNIndonesia.com
Banyak Yang Tua, Modernisasi Alutsista TNI Harus Segera Dilakukan Menyeluruh

Banyak Yang Tua, Modernisasi Alutsista TNI Harus Segera Dilakukan Menyeluruh


Infokomando - Anggaran militer Indonesia memang kurang untuk menjawab kebutuhan TNI. Sehingga agenda prioritas peremajaan alutsista bermacam-macam.

Kecelakaan yang menimpa KRI Nanggala-402 dan 53 awak prajurit TNI memunculkan dorongan dukungan kepada pemerintah untuk mengevaluasi kualitas maintenance, repair, and overhaul (MRO) alat utama sistem persenjataan (alutsista) Indonesia.

Persoalan alutsista, mengutip Menteri Pertahanan Prabowo Subianto saat memberi keterangan pers terkait musibah KRI Nanggala-402 di Pangkalan TNI AU Ngurah Rai, Bali, Kamis (22/4/2021), pemerintah menghadapi dilema, yaitu harus mengutamakan pembangunan kesejahteraan sekaligus menjaga kemampuan pertahanan agar kedaulatan negara tidak diganggu.

Pengamat Militer ISESS Khairul Fahmi, menjelaskan urgensi penggantian alutsista yang harus dilakukan Indonesia ini tidak hanya perlu didorong, tapi juga harus menjawab kebutuhan. Seperti kapal selam Indonesia harusnya memiliki 12 kapal selam. Saat ini kapal selam yang dimiliki Indonesia hanya tersisa 4 semenjak KRI Nanggala mengalami insiden di perairan Bali. Dan dari 4 itu hanya 3 yang siap operasional dikarenakan KRI Cakra 401 dalam proses overhaul.

"Selain agenda peremajaan juga harus ada agenda optimalisasi, artinya kapal yang sudah tua pun harus dipergunakan tidak berlebihan dan perawatannya harus dijaga dengan sebaik-baiknya," kata Khairul kepada CNBC Indonesia, Senin (26/4/2021).

Khairul melihat anggaran militer Indonesia saat ini memang kurang untuk bisa menjawab kebutuhan TNI. Sehingga agenda prioritas peremajaan alutsista TNI bermacam-macam. Tidak hanya pada kapal laut saja atau selam, tapi juga ada pesawat, drone juga persenjataan lainnya.

Kapal selam KRI Alugoro 403 selesai dibangun

"Artinya peremajaan Alutsista TNI harus dilakukan dengan skala prioritas terukur karena anggaran terbatas. Sementara antara dari anggaran kementerian pertahanan Rp 136 triliun itu tidak semua digunakan untuk membeli persenjataan, 50% anggarannya digunakan untuk kebutuhan di luar persenjataan," kata Khairul.

Belum lagi dengan adanya persoalan orientasi kebijakan, dalam arti sinkronisasi pembelian dan integrasi. Khairul mencontohkan tiap ada pergantian pemerintahan agenda pembelian senjatanya ikut berubah.

"Intinya untuk pembelian (Alutsista) harus jelas dan jangan tidak berkesinambungan antara era (pemerintahan), road map yang disusun pun juga harus jelas dan tidak berubah ubah berdasarkan kepentingan," jelasnya.

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto

Menhan pada kesempatan Kamis lalu juga sempat menyinggung hal ini. Saat itu Ia mengatakan "Presiden pernah memerintahkan saya sekitar 1 tahun lalu untuk bersama-sama pimpinan TNI menyusun draft masterplan, rencana induk, yang mana beliau menghendaki suatu rencana induk 25 tahun yang memberi pada kita suatu totalitas kemampuan pertahanan," kata Prabowo.

"Ini sedang kita rampungkan seluruhnya, kita sedang menyusun (masterplan), kita sedang memperbaiki, dan insya allah dalam 2-3 minggu ini kita akan bisa bersama dengan Panglima TNI dan semua kepala staf kita rampungkan lalu kita sampaikan kepada bapak presiden," lanjutnya.

Pengamat Militer, Connie Bakrie menekankan pentingnya MRO kapal selam Indonesia yang harus mendapat perhatian.

"Saya tekanan untuk MRO jangan cuma hangat-hangat sekarang saja, misal tiap ada bencana Angkatan bersenjata ramainya hanya seminggu, dua minggu lalu setelah itu hilang. Ini jangan main-main. Seperti warning besar saya tekanan pada masalah MRO," jelas, Connie seperti dilansir dari CNBC Indonesia, dikutip Senin (26/4/2021).

Keberadaan alutsista kapal selam sangat penting bagi pertahanan suatu negara, khususnya negara yang memiliki wilayah perairan luas seperti Indonesia. Insiden KRI Nanggala-402 adalah pengingat pentingnya peremajaan alutsista yang dimiliki TNI.

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : CNBCIndonesia.com
Kapal Perang Turki Kirim Sinyal "Pray for KRI Nanggala" Membuat Awak KRI SIM-367 Terharu

Kapal Perang Turki Kirim Sinyal "Pray for KRI Nanggala" Membuat Awak KRI SIM-367 Terharu


Infokomando - Kapal perang Turki TCG Heybeliada (HEY) mengibarkan bendera signal "Pray for KRI Nanggala” saat latihan bersama kapal perang yang tergabung dalam tugas misi Maritime Task Force (MTF)/ UNIFIL.
Hal itu disampaikan Komandan KRI Sultan Iskandar Muda-367 (KRI SIM-367) Letkol Laut (P) Abdul Haris usai melaksanakan latihan rutin bersama MTF/ UNIFIL (United Nations Interim Force in Lebanon) di Area of Maritime Operation (AMO), perairan Lebanon, pada Senin (26/4/2021).

"Secara tidak diduga, di tengah latihan berlangsung, kapal perang negara Turki, HEY F-511 mengirimkan bendera signal yang terbaca oleh anggota komunikasi KRI SIM-367 berarti "PRAY FOR KRI NANGGALA"," kata Abdul Haris dalam keterangan persnya, Selasa (27/4/2021).

"Hal itu sontak saja membuat seluruh awak KRI SIM-367 terkejut dan terharu serta merasa sangat bangga dengan simpati yang ditunjukkan oleh kapal negara sahabat tersebut", sambungnya.

Selain itu, ucapan simpatik juga disampaikan oleh Komandan MTF UNIFIL dan Komandan kapal perang lainnya melalui saluran resmi surat elektronik dan saluran FTP (FileZilla Transfer Protocol).

"Ini menjadi bukti bahwa mereka memiliki satu ikatan emosional persaudaraan yang dikenal "Navy Brotherhood" dengan turut merasakan duka mendalam yang sedang dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia, khususnya TNI AL," ujar Abdul Haris.

Pihaknya pun langsung membalas perhatian mereka dengan mengirimkan berita suara (voice message) kepada Komandan kapal perang HEY dan balasan tertulis resmi via surat elektronik kepada seluruh kapal yang telah bersimpati atas kejadian di Tanah Air.

Ia menegaskan, meskipun saat ini situasi sedang berkabung atas tenggelamnya KRI Nanggala-402 dan masih dalam kondisi pandemi Covid-19, seluruh prajurit KRI SIM-367 harus selalu semangat dan bertugas secara profesional.

"Tetap utamakan keselamatan, safety is paramount dan zero accident", tambah Abdul Haris.

Pada ontask pertamanya, KRI SIM-367 melakukan latihan bersama dengan kapal perang Turki, TCG Heybeliada (HEY) dengan nomor lambung F-511.

Latihan bersama yang dilaksanakan adalah flaghoist atau latihan pengiriman berita atau informasi menggunakan bendera signal pada jarak jangkau binocular, dengan tujuan agar informasi yang dikirim tidak dapat disadap oleh musuh.

"Latihan ini secara umum sering dilakukan untuk menyamakan persepsi atau referensi antar kapal-kapal di berbagai negara," pungkas Abdul Haris. 

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : Rilis.id/Puspen
KRI Nanggala 402, Sang Pelenyap Yang Kini Dalam Senyap

KRI Nanggala 402, Sang Pelenyap Yang Kini Dalam Senyap


Infokomando - KRI Nanggala 402 adalah marwah dan kebanggaan Korps Hiu Kencana yang bersama KRI Cakra 401 merupakan sepasang monster bawah air yang mengawal teritori laut Indonesia sejak tahun 1981. Dua pengawal tangguh ini juga sempat bersahabat dengan "Pakdenya" KRI Pasopati 410 yang sudah ada sejak era Trikora tahun 1962 menjadi benteng teritori bawah laut negeri ini. Bedanya Pasopati setelah pensiun bisa terlihat jasadnya sebagai monumen kapal selam di Surabaya sementara Nanggala dalam perjalanan tugasnya yang mulia dan berwibawa berdiam abadi ke kedalaman laut Bali.

Sejarah perjalanan kapal selam Indonesia hadir pertama kali tahun 1959 dengan kedatangan 2 kapal selam Whiskey Class dari Uni Sovyet (sekarang Rusia). Keduanya diberi nama RI Cakra 401 dan RI Nanggala 402.  Sekedar catatan sebelum tahun 1973 identitas penamaan kapal perang diawali dengan RI (Republik Indonesia), setelah itu diganti menjadi KRI (Kapal Republik Indonesia). Bersamaan dengan dikumandangkannya Trikora oleh Bung Karno 19 Desember 1961 maka penambahan Whiskey Class mencapai jumlah 12 unit. 

Whiskey Class termasuk Nanggala 402 menjadi kekuatan penggentar, waktu itu kita lah yang terhebat di kawasan ini sehingga Belanda atas desakan AS bersedia hengkang dari Papua. Tentu melalui jalur PBB supaya terlihat terhormat. Padahal sejatinya kekuatan militer Indonesia lah yang menjadi penggentarnya. Waktu itu dengan seratusan kapal perang plus 12 kapal selam serta seratusan pesawat tempur dan pengebom strategis membuat pihak lawan ukur diri. Setelah Trikora dilanjut dengan Dwikora untuk mengganyang Malaysia. Poinnya ketangguhan satuan kapal selam Indonesia saat itu paling kuat di kawasan bumi selatan. Kita memiliki 12 kapal selam hanya dalam waktu 4 tahun, 1959 sampai dengan 1963.

Kapal selam kelas Whiskey Indonesia

Pergantian rezim tahun 1966 membuat eksistensi 12 kapal selam Indonesia memudar karena ketiadaan suku cadang. Sampai tahun 1980 hanya 2 dari 12 kapal selam Whiskey Class yang masih bertahan yaitu KRI Bramastra 412 dan KRI Pasopati 410. Maka ketika tahun 1981 KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402 datang langsung dikemudikan awak kapal selam kita dari pabrikannya di  Kiel Jerman Barat (Sekarang Jerman), rasa bangga kembali mengembang. Membawa kapal selam dari Jerman ke Indonesia butuh waktu 2 bulan tentu merupakan keberanian yang membanggakan.

KRI Nanggala pernah berduet bersama KRI Cakra di laut Sulawesi beberapa tahun lalu untuk mencari 4 prajurit TNI AL. Penyebabnya adalah hilangnya 4 awak kapal KRI Layang ketika menangkap dan membawa kapal nelayan Filipina yang diduga adalah gerilyawan Marawi.  Kapal nelayan diperiksa dan sebagian besar awaknya ditahan di KRI Layang. Kemudian 4 prajurit KRI Layang ditugaskan mengawal beberapa awak kapal nelayan Filipina. Ternyata tidak pernah sampai di Miangas. Tidak lama kemudian pertempuran hebat terjadi di Marawi antara pasukan pemerintah Filipina dengan gerilyawan.

Prajurit Hiu Kencana adalah pasukan khusus TNI AL yang sudah lulus ujian ketangguhan, cerdas, kuat, tegar, tahan, tabah dan sabar. Motto Hiu Kencana adalah Tabah Sampai Akhir sejatinya adalah ketahanan mengelola emosi, sabar, tahan tidak melihat matahari berminggu-minggu, kuat dan mampu menikmati tugas di dalam mesin pembunuh berlapis, pelenyap kapal musuh dalam kesenyapan di kedalam laut yang sunyi. Pernah sekali waktu didatangkan seorang Dokter untuk mendeteksi tingkat stres awak kapal selam selama menyelam. Ternyata memasuki minggu kedua si Dokter yang berteriak-teriak histeris minta dikembalikan ke pangkalan. Awak kapal tersenyum melihat kondisinya. Kapal selam memang dirancang dan dibangun untuk tidak terdeteksi. Dia berjalan sendiri berminggu-minggu melakukan tugas pengintaian dan infiltrasi serta penembakan. Termasuk harus pintar menyembunyikan diri ketika diincar kapal musuh.

KRI Cakra 401 saudara kembar KRI Nanggala 402

Secara operasional jam terbang Cakra dan Nanggala sangat padat. Bayangkan periode 1981 sampai dengan 2015 Indonesia hanya punya 2 kapal selam dengan luas wilayah perairan yang membentang.  Melakukan tugas intelijen dan infiltrasi dalam kesenyapan, sesungguhnya beban kerja keduanya overload, karena tidak ada penambahan kapal selam. Ketika Ambalat memanas tahun 2005 Nanggala tampil sebagai benteng terdepan, berpatroli sendiri berminggu-minggu. Akhirnya keduanya secara bergantian dioverhaul dan diganti jeroannya dengan instrumen digital di Korsel. Nanggala overhaul tahun 2012. Delapan tahun setelah itu KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402 mendapat "keponakan baru" yaitu KRI Nagapasa 403, KRI Ardadedali 404 dan KRI Alugoro 405. Ketiganya lahir dari hasil kerjasama alih teknologi dengan Korsel.

Barusan mendapat tugas mengawal Natuna bersama KRI Ardadedali 404 dan KRI Alugoro 405, Nanggala kembali ke markasnya di Armada Dua. Seperti diketahui KRI Clurit 641 dan KRI Kujang 642 dari Armada Satu sukses menembakkan rudal anti kapal C705 menenggelamkan KRI Balikpapan 905 yang baru pensiun di Laut Natuna Utara. Kemudian Armada Dua akan melakukan hal yang sama di Laut Bali. Selain akan menembakkan rudal anti kapal dari KRI Hiu 634 dan KRI Layang 635, juga akan menembakkan torpedo SUT dari KRI Nanggala 402. Diantara tiga Armada laut yang dimiliki TNI AL hanya Armada Dua yang memiliki alutsista strategis 5 Kapal Selam bermarkas di Surabaya.

Jalan cerita kemudian berubah dan itulah takdir akhir cerita. Nanggala bersama 53 orang awaknya termasuk komandan satuan kapal selamnya tidak pernah menyahut panggilan dari kapal markas KRI Dr. Soeharso 990 ketika sudah diizinkan menyelam dan menembak torpedo SUT. Kapal baja seberat 1200 ton itu meluncur ke dasar laut ALKI 2. Sang pelenyap berakhir dalam senyap. Kita kehilangan SDM militer yang mahal. Mencetak awak kapal selam butuh waktu dan investasi. Padahal kita juga akan menambah sedikitnya 3 kapal selam baru dari yang sudah ada sekarang. Kita relakan kepergian Nanggala bersama para awaknya. Mereka akan dikenang sepanjang sejarah. Seluruh dunia akhirnya tahu tentang Nanggala, seluruh dunia tahu tentang keperkasaan prajurit Nanggala, seluruh dunia berduka dengan kepergian abadi Nanggala berdiam dalam senyap. Lahumul Fatihah.

Kondisi KRI Nanggala 402 di dasar laut Bali

****
Jagarin Pane
Salatiga, 26 April 2021
Penulis adalah pemerhati pertahanan dan alutsista TNI

Editor : Devina | Foto : Ist 
Peristiwa KRI Naggala 402 Mendorong TNI AL Membeli Submarine Rescue Ship

Peristiwa KRI Naggala 402 Mendorong TNI AL Membeli Submarine Rescue Ship


Infokomando - Asrena KSAL Laksamana Muda TNI Muhammad Ali menyebut saat ini pihaknya tengah merencanakan upaya pengadaan submarine rescue ship atau kapal penyelamatan untuk kapal selam. Pengadaan itu didasarkan atas kebutuhan kapal penyelamatan yang memang hingga kini tak pernah dimiliki oleh pemerintah Indonesia.

"Masalah kapal rescue, ini berhubungan dengan jabatan saya sebagai Asrena. Kapal rescue kita [pengadaannya] sudah diprogramkan dengan Bappenas dengan Kemhan," ujar Ali dalam konferensi pers di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (27/4).

Pentingnya peran rescue ship juga menjadi alasan untuk memasukkan anggaran pengadaan kapal tersebut dalam perencanaan strategis [renstra] di TNI AL yang akan diajukan Kementerian Pertahanan. Akan ada satu unit kapal rescue yang akan diajukan.

"Dalam renstra ini satu kapal rescue," ungkapnya.

Ali juga memastikan investigasi tenggelamnya KRI Nanggala-402 akan segera dilakukan. Investigasi akan melibatkan sejumlah pakar dan ahli di bidangnya.

MV Swift Singapura dalam pencarian KRI Nanggala 402

"Kalau masalah diaudit, pasti kita audit. Jadi kita akan investigasi semuanya. Kita investigasi juga tapi harus menghadirkan para pakar, bukan para pengamat. Para pakar kapal selam dan para pakar ahli pembuat kapal selam. Bukan hanya pengamat sekadar pengamat," tuturnya.

Setelah KRI Nanggala tenggelam, TNI AL kini hanya memiliki empat kapal selam. Salah satunya adalah KRI Cakra-401 yang usianya tak kalah tua dengan KRI Nanggala.

Kapal tersebut tengah menjalani overhaul [perbaikan menyeluruh] di Korea Selatan. Sementara tiga kapal selam sisanya tergolong kapal baru, yang pengadaannya hasil kerja sama dengan pemerintah Korea Selatan. 

"Tiga lagi kapal baru buatan Korea saat ini kondisinya siap untuk melaksanakan kegiatan operasi," pungkasnya.

Ketiga kapal selam itu adalah KRI Nagapasa-403, KRI Ardadedali-404, dan KRI Alugoro-405.

Sebelumnya, Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Julius Widjono mengakui Indonesia memang tak memiliki kapal rescue. Sehingga harus meminta bantuan negara lain yang tergabung dalam ISMERLO.

KRI Nanggala-402 dinyatakan tenggelam dan 53 awaknya dinyatakan gugur saat bertugas. KRI Nanggala sempat dinyatakan hilang kontak saat menjalani latihan di perairan Bali.

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : Kumparan.com