Showing posts with label Laut. Show all posts
Showing posts with label Laut. Show all posts
Satelit Jepang Menangkap Munculnya "Internal Wave" Bertepatan Dengan Tenggelamnya KRI Nanggala 402

Satelit Jepang Menangkap Munculnya "Internal Wave" Bertepatan Dengan Tenggelamnya KRI Nanggala 402


Infokomando
- TNI Angkatan Laut menduga KRI Nanggala-402 karam akibat terseret arus bawah laut yang kuat. Hal itu disebut diperkuat oleh hasil pantauan citra satelit Jepang.

"Saat kapal selam menyelam mungkin faktor yang paling berpengaruh adalah faktor arus bawah laut," kata Asisten Perencanaan Kepala Staf Angkatan Laut (Asrena KSAL) Laksamana Muda TNI Muhammad Ali, dalam keterangan, Rabu (28/4).

Dia menyebut arus bawah laut di satu tempat dengan tempat yang lain berbeda bergantung pada kondisi cuaca dan alam di wilayah tersebut.

Awak kapal selam, kata dia, biasanya akan mempelajari dahulu soal kondisi perairan baik di permukaan maupun di bawah sebelum melakukan pelayaran atau penyelaman.

Saat terjadi arus bawah laut yang kencang, Ali menyebut akan muncul pula internal solitary wave yang menurut para pakar oseanografi dikenal sebagai arus bawah laut yang cukup kuat yang bisa menarik benda secara vertikal.

"Jadi jatuhnya kapal itu ke bawah itu lebih cepat daripada umumnya. Ini yang harus diwaspadai, biasanya kalau kita mewaspadai itu kita memakai pendorongan yang lebih [kuat] daripada biasanya. Kita gunakan kecepatan yang lebih," kata Ali.

Saat dirinya masih menjadi awak KRI Nanggala-402, Ali mengaku kerap mengalami situasi tersebut. Biasanya kapal akan terasa lebih berat. Namun, hal itu bisa diatasi salah satunya dengan pendorongan atau mengembuskan tangki tahan tekan dengan emergency blow.

"Ya istilahnya untuk keadaan darurat," kata Ali.

Komandan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Danseskoal) Laksamana Muda TNI Iwan Isnurwanto menambahkan satelit Himawari-8 milik Jepang menangkap keberadaan internal wave yang bergerak di bawah laut ke utara bertepatan dengan terjadinya insiden Nanggala.

"Menurut Himawari-8 Jepang, ini satelit Jepang, pada tanggal tersebut 21 April di situlah terjadi menurut satelitnya adanya internal wave yang bergerak dari bawah ke utara," kata dia, Rabu (28/4).

Ilustrasi adanya internal wave

Gerakan air ini, kata dia, sangat masif dan menyebabkan ombak yang cukup besar di bawah air. Bahkan, daya air yang dibawa internal wave itu bisa mencapai 2 juta hingga 4 juta liter air.

"Jadi Kalau kapal menyelam 13 meter dan di gunungnya dia terbawa maka dia otomatis langsung turun tidak bisa diselamatkan oleh lain-lainnya, enggak sempat. Karena enggak mampu untuk melawan alam ini," ujar dia.

Arus bawah laut ini, kata dia, bisa tak terkendali meski arus air di permukaan terlihat tenang. "Dia seperti ekor kuda, tidak kelihatan bahwa di situ ada ombak yang besar, tapi sangat besar pengaruhnya," kata Iwan.

Ia pun memprediksi kapal KRI Nanggala-402 terbawa arus bawah laut hingga kedalaman 800 meter kurang dari satu menit.

"Kalau sudah masuk semua ndak ada tegangan tinggi untuk menggerakkan kapal, maka dia akan terus bergerak ke bawah," jelasnya.

Meski begitu, Ali menimpali, perlu investigasi lebih lanjut dan lama untuk mengungkap penyebab karamnya KRI Nanggala ini.

"Kita akan mengundang pakar-pakar kapal selam bahkan tidak hanya dalam negeri mungkin dari luar negeri. Karena kita punya konvensi pengawak kapal selam sedunia. Makanya ada ISMERLO (International Submarine Escape and Rescue Liaison Office) itu, itu akibat dari kesepakatan conference kapal selam sedunia," kata Ali.

di perairan Utara Bali pada Rabu (21/4). Sejumlah spekulasi terkait penyebab kapal ini tenggelam pun muncul. Bahkan tak sedikit yang menyangkut-nyangkutkannya dengan usia kapal yang tak muda, kelebihan muatan, hingga serangan dari kapal asing.

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : CNNIndonesia.com
Kapal Perang Turki Kirim Sinyal "Pray for KRI Nanggala" Membuat Awak KRI SIM-367 Terharu

Kapal Perang Turki Kirim Sinyal "Pray for KRI Nanggala" Membuat Awak KRI SIM-367 Terharu


Infokomando - Kapal perang Turki TCG Heybeliada (HEY) mengibarkan bendera signal "Pray for KRI Nanggala” saat latihan bersama kapal perang yang tergabung dalam tugas misi Maritime Task Force (MTF)/ UNIFIL.
Hal itu disampaikan Komandan KRI Sultan Iskandar Muda-367 (KRI SIM-367) Letkol Laut (P) Abdul Haris usai melaksanakan latihan rutin bersama MTF/ UNIFIL (United Nations Interim Force in Lebanon) di Area of Maritime Operation (AMO), perairan Lebanon, pada Senin (26/4/2021).

"Secara tidak diduga, di tengah latihan berlangsung, kapal perang negara Turki, HEY F-511 mengirimkan bendera signal yang terbaca oleh anggota komunikasi KRI SIM-367 berarti "PRAY FOR KRI NANGGALA"," kata Abdul Haris dalam keterangan persnya, Selasa (27/4/2021).

"Hal itu sontak saja membuat seluruh awak KRI SIM-367 terkejut dan terharu serta merasa sangat bangga dengan simpati yang ditunjukkan oleh kapal negara sahabat tersebut", sambungnya.

Selain itu, ucapan simpatik juga disampaikan oleh Komandan MTF UNIFIL dan Komandan kapal perang lainnya melalui saluran resmi surat elektronik dan saluran FTP (FileZilla Transfer Protocol).

"Ini menjadi bukti bahwa mereka memiliki satu ikatan emosional persaudaraan yang dikenal "Navy Brotherhood" dengan turut merasakan duka mendalam yang sedang dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia, khususnya TNI AL," ujar Abdul Haris.

Pihaknya pun langsung membalas perhatian mereka dengan mengirimkan berita suara (voice message) kepada Komandan kapal perang HEY dan balasan tertulis resmi via surat elektronik kepada seluruh kapal yang telah bersimpati atas kejadian di Tanah Air.

Ia menegaskan, meskipun saat ini situasi sedang berkabung atas tenggelamnya KRI Nanggala-402 dan masih dalam kondisi pandemi Covid-19, seluruh prajurit KRI SIM-367 harus selalu semangat dan bertugas secara profesional.

"Tetap utamakan keselamatan, safety is paramount dan zero accident", tambah Abdul Haris.

Pada ontask pertamanya, KRI SIM-367 melakukan latihan bersama dengan kapal perang Turki, TCG Heybeliada (HEY) dengan nomor lambung F-511.

Latihan bersama yang dilaksanakan adalah flaghoist atau latihan pengiriman berita atau informasi menggunakan bendera signal pada jarak jangkau binocular, dengan tujuan agar informasi yang dikirim tidak dapat disadap oleh musuh.

"Latihan ini secara umum sering dilakukan untuk menyamakan persepsi atau referensi antar kapal-kapal di berbagai negara," pungkas Abdul Haris. 

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : Rilis.id/Puspen
KRI Nanggala 402, Sang Pelenyap Yang Kini Dalam Senyap

KRI Nanggala 402, Sang Pelenyap Yang Kini Dalam Senyap


Infokomando - KRI Nanggala 402 adalah marwah dan kebanggaan Korps Hiu Kencana yang bersama KRI Cakra 401 merupakan sepasang monster bawah air yang mengawal teritori laut Indonesia sejak tahun 1981. Dua pengawal tangguh ini juga sempat bersahabat dengan "Pakdenya" KRI Pasopati 410 yang sudah ada sejak era Trikora tahun 1962 menjadi benteng teritori bawah laut negeri ini. Bedanya Pasopati setelah pensiun bisa terlihat jasadnya sebagai monumen kapal selam di Surabaya sementara Nanggala dalam perjalanan tugasnya yang mulia dan berwibawa berdiam abadi ke kedalaman laut Bali.

Sejarah perjalanan kapal selam Indonesia hadir pertama kali tahun 1959 dengan kedatangan 2 kapal selam Whiskey Class dari Uni Sovyet (sekarang Rusia). Keduanya diberi nama RI Cakra 401 dan RI Nanggala 402.  Sekedar catatan sebelum tahun 1973 identitas penamaan kapal perang diawali dengan RI (Republik Indonesia), setelah itu diganti menjadi KRI (Kapal Republik Indonesia). Bersamaan dengan dikumandangkannya Trikora oleh Bung Karno 19 Desember 1961 maka penambahan Whiskey Class mencapai jumlah 12 unit. 

Whiskey Class termasuk Nanggala 402 menjadi kekuatan penggentar, waktu itu kita lah yang terhebat di kawasan ini sehingga Belanda atas desakan AS bersedia hengkang dari Papua. Tentu melalui jalur PBB supaya terlihat terhormat. Padahal sejatinya kekuatan militer Indonesia lah yang menjadi penggentarnya. Waktu itu dengan seratusan kapal perang plus 12 kapal selam serta seratusan pesawat tempur dan pengebom strategis membuat pihak lawan ukur diri. Setelah Trikora dilanjut dengan Dwikora untuk mengganyang Malaysia. Poinnya ketangguhan satuan kapal selam Indonesia saat itu paling kuat di kawasan bumi selatan. Kita memiliki 12 kapal selam hanya dalam waktu 4 tahun, 1959 sampai dengan 1963.

Kapal selam kelas Whiskey Indonesia

Pergantian rezim tahun 1966 membuat eksistensi 12 kapal selam Indonesia memudar karena ketiadaan suku cadang. Sampai tahun 1980 hanya 2 dari 12 kapal selam Whiskey Class yang masih bertahan yaitu KRI Bramastra 412 dan KRI Pasopati 410. Maka ketika tahun 1981 KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402 datang langsung dikemudikan awak kapal selam kita dari pabrikannya di  Kiel Jerman Barat (Sekarang Jerman), rasa bangga kembali mengembang. Membawa kapal selam dari Jerman ke Indonesia butuh waktu 2 bulan tentu merupakan keberanian yang membanggakan.

KRI Nanggala pernah berduet bersama KRI Cakra di laut Sulawesi beberapa tahun lalu untuk mencari 4 prajurit TNI AL. Penyebabnya adalah hilangnya 4 awak kapal KRI Layang ketika menangkap dan membawa kapal nelayan Filipina yang diduga adalah gerilyawan Marawi.  Kapal nelayan diperiksa dan sebagian besar awaknya ditahan di KRI Layang. Kemudian 4 prajurit KRI Layang ditugaskan mengawal beberapa awak kapal nelayan Filipina. Ternyata tidak pernah sampai di Miangas. Tidak lama kemudian pertempuran hebat terjadi di Marawi antara pasukan pemerintah Filipina dengan gerilyawan.

Prajurit Hiu Kencana adalah pasukan khusus TNI AL yang sudah lulus ujian ketangguhan, cerdas, kuat, tegar, tahan, tabah dan sabar. Motto Hiu Kencana adalah Tabah Sampai Akhir sejatinya adalah ketahanan mengelola emosi, sabar, tahan tidak melihat matahari berminggu-minggu, kuat dan mampu menikmati tugas di dalam mesin pembunuh berlapis, pelenyap kapal musuh dalam kesenyapan di kedalam laut yang sunyi. Pernah sekali waktu didatangkan seorang Dokter untuk mendeteksi tingkat stres awak kapal selam selama menyelam. Ternyata memasuki minggu kedua si Dokter yang berteriak-teriak histeris minta dikembalikan ke pangkalan. Awak kapal tersenyum melihat kondisinya. Kapal selam memang dirancang dan dibangun untuk tidak terdeteksi. Dia berjalan sendiri berminggu-minggu melakukan tugas pengintaian dan infiltrasi serta penembakan. Termasuk harus pintar menyembunyikan diri ketika diincar kapal musuh.

KRI Cakra 401 saudara kembar KRI Nanggala 402

Secara operasional jam terbang Cakra dan Nanggala sangat padat. Bayangkan periode 1981 sampai dengan 2015 Indonesia hanya punya 2 kapal selam dengan luas wilayah perairan yang membentang.  Melakukan tugas intelijen dan infiltrasi dalam kesenyapan, sesungguhnya beban kerja keduanya overload, karena tidak ada penambahan kapal selam. Ketika Ambalat memanas tahun 2005 Nanggala tampil sebagai benteng terdepan, berpatroli sendiri berminggu-minggu. Akhirnya keduanya secara bergantian dioverhaul dan diganti jeroannya dengan instrumen digital di Korsel. Nanggala overhaul tahun 2012. Delapan tahun setelah itu KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402 mendapat "keponakan baru" yaitu KRI Nagapasa 403, KRI Ardadedali 404 dan KRI Alugoro 405. Ketiganya lahir dari hasil kerjasama alih teknologi dengan Korsel.

Barusan mendapat tugas mengawal Natuna bersama KRI Ardadedali 404 dan KRI Alugoro 405, Nanggala kembali ke markasnya di Armada Dua. Seperti diketahui KRI Clurit 641 dan KRI Kujang 642 dari Armada Satu sukses menembakkan rudal anti kapal C705 menenggelamkan KRI Balikpapan 905 yang baru pensiun di Laut Natuna Utara. Kemudian Armada Dua akan melakukan hal yang sama di Laut Bali. Selain akan menembakkan rudal anti kapal dari KRI Hiu 634 dan KRI Layang 635, juga akan menembakkan torpedo SUT dari KRI Nanggala 402. Diantara tiga Armada laut yang dimiliki TNI AL hanya Armada Dua yang memiliki alutsista strategis 5 Kapal Selam bermarkas di Surabaya.

Jalan cerita kemudian berubah dan itulah takdir akhir cerita. Nanggala bersama 53 orang awaknya termasuk komandan satuan kapal selamnya tidak pernah menyahut panggilan dari kapal markas KRI Dr. Soeharso 990 ketika sudah diizinkan menyelam dan menembak torpedo SUT. Kapal baja seberat 1200 ton itu meluncur ke dasar laut ALKI 2. Sang pelenyap berakhir dalam senyap. Kita kehilangan SDM militer yang mahal. Mencetak awak kapal selam butuh waktu dan investasi. Padahal kita juga akan menambah sedikitnya 3 kapal selam baru dari yang sudah ada sekarang. Kita relakan kepergian Nanggala bersama para awaknya. Mereka akan dikenang sepanjang sejarah. Seluruh dunia akhirnya tahu tentang Nanggala, seluruh dunia tahu tentang keperkasaan prajurit Nanggala, seluruh dunia berduka dengan kepergian abadi Nanggala berdiam dalam senyap. Lahumul Fatihah.

Kondisi KRI Nanggala 402 di dasar laut Bali

****
Jagarin Pane
Salatiga, 26 April 2021
Penulis adalah pemerhati pertahanan dan alutsista TNI

Editor : Devina | Foto : Ist 
Peristiwa KRI Naggala 402 Mendorong TNI AL Membeli Submarine Rescue Ship

Peristiwa KRI Naggala 402 Mendorong TNI AL Membeli Submarine Rescue Ship


Infokomando - Asrena KSAL Laksamana Muda TNI Muhammad Ali menyebut saat ini pihaknya tengah merencanakan upaya pengadaan submarine rescue ship atau kapal penyelamatan untuk kapal selam. Pengadaan itu didasarkan atas kebutuhan kapal penyelamatan yang memang hingga kini tak pernah dimiliki oleh pemerintah Indonesia.

"Masalah kapal rescue, ini berhubungan dengan jabatan saya sebagai Asrena. Kapal rescue kita [pengadaannya] sudah diprogramkan dengan Bappenas dengan Kemhan," ujar Ali dalam konferensi pers di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (27/4).

Pentingnya peran rescue ship juga menjadi alasan untuk memasukkan anggaran pengadaan kapal tersebut dalam perencanaan strategis [renstra] di TNI AL yang akan diajukan Kementerian Pertahanan. Akan ada satu unit kapal rescue yang akan diajukan.

"Dalam renstra ini satu kapal rescue," ungkapnya.

Ali juga memastikan investigasi tenggelamnya KRI Nanggala-402 akan segera dilakukan. Investigasi akan melibatkan sejumlah pakar dan ahli di bidangnya.

MV Swift Singapura dalam pencarian KRI Nanggala 402

"Kalau masalah diaudit, pasti kita audit. Jadi kita akan investigasi semuanya. Kita investigasi juga tapi harus menghadirkan para pakar, bukan para pengamat. Para pakar kapal selam dan para pakar ahli pembuat kapal selam. Bukan hanya pengamat sekadar pengamat," tuturnya.

Setelah KRI Nanggala tenggelam, TNI AL kini hanya memiliki empat kapal selam. Salah satunya adalah KRI Cakra-401 yang usianya tak kalah tua dengan KRI Nanggala.

Kapal tersebut tengah menjalani overhaul [perbaikan menyeluruh] di Korea Selatan. Sementara tiga kapal selam sisanya tergolong kapal baru, yang pengadaannya hasil kerja sama dengan pemerintah Korea Selatan. 

"Tiga lagi kapal baru buatan Korea saat ini kondisinya siap untuk melaksanakan kegiatan operasi," pungkasnya.

Ketiga kapal selam itu adalah KRI Nagapasa-403, KRI Ardadedali-404, dan KRI Alugoro-405.

Sebelumnya, Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Julius Widjono mengakui Indonesia memang tak memiliki kapal rescue. Sehingga harus meminta bantuan negara lain yang tergabung dalam ISMERLO.

KRI Nanggala-402 dinyatakan tenggelam dan 53 awaknya dinyatakan gugur saat bertugas. KRI Nanggala sempat dinyatakan hilang kontak saat menjalani latihan di perairan Bali.

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : Kumparan.com
Mengenal ISMERLO, Organisasi Tanggap Penyelamatan Kapal Selam Yang Didirikan NATO

Mengenal ISMERLO, Organisasi Tanggap Penyelamatan Kapal Selam Yang Didirikan NATO


Infokomando - ISMERLO didirikan NATO dan Kelompok Kerja Penyelamatan Kapal Selam (SMERWG) pada 2003, setelah tragedi tenggelamnya kapal selam Rusia, Kursk, yang tenggelam di Laut Barents dan menewaskan 118 awak di dalamnya.

Ketika KRI Nanggala-402 TNI Angkatan Laut langsung meminta bantuan International Submarine Escape and Rescue Liaison Office (ISMERLO), organisasi koordinasi internasional untuk operasi penyelamatan kapal selam.

"Ini kita kirim distress ke ISMERLO, langsung direspons Singapura dan Australia (mau mengirim bantuan) katanya," ujar Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispenal), Julius Widjono, pada Rabu (21/4) lalu.

Julius mengatakan bahwa permintaan bantuan ke negara tetangga melalui ISMERLO didasari atas kebutuhan mendesak untuk menyelamatkan kru yang terjebak di dalam kapal.

ISMERLO memang merupakan lembaga yang memfasilitasi tanggapan internasional untuk kapal selam yang membutuhkan bantuan (DISSUB).

Fokus organisasi militer ini adalah untuk menyelamatkan nyawa di laut. KRI Nanggala-402 sendiri membawa 53 awak saat hilang kontak pada Rabu lalu.

Sejak saat itu, ISMERLO aktif memberikan dukungan koordinasi profesional dari komunitas kapal selam internasional kepada TNI AL.

"Tenaga ahli dari tim ISMERLO siap untuk diterjunkan guna menawarkan bantuan kepada TNI AL dengan koordinasi internasional penyelamatan dan pencarian aset untuk memastikan penyelesaian secepat mungkin," demikian pernyataan ISMERLO dalam situs resminya.

ISMERLO didirikan NATO dan Kelompok Kerja Penyelamatan Kapal Selam (SMERWG) pada 2003, setelah tragedi kapal selam Rusia, Kursk, yang tenggelam di Laut Barents dan menewaskan 118 awak di dalamnya.

ISMERLO didirikan untuk menyediakan layanan penghubung internasional demi mencegah dan merespons dengan cepat jika ada insiden kapal selam.

Mereka akan mengaktifkan sistem koordinasi penyelamatan internasional dengan cepat jika terjadi kecelakaan kapal selam.

Bermarkas di Northwood, Inggris, organisasi ini beranggotakan tim ahli pembebasan dan penyelamatan kapal selam dari berbagai negara.

Berdasarkan situs ISMERLO, setidaknya 15 negara dan satu tim NATO siap untuk mengerahkan bantuan ketika ada panggilan darurat.

Kelima belas negara itu terdiri dari Australia, China, India, Jepang, Korea Selatan, Singapura, Swedia, Inggris, Brasil, Prancis, Italia, Rusia, Spanyol, Turki, dan Amerika Serikat.

Dari jalur komunikasi ISMERLO inilah India dan Singapura mendapatkan informasi mengenai KRI Nanggala-402 dan memutuskan untuk mengirimkan kapal penyelamat.

"Di bawah aturan ISMERLO, kapal selam penyelamat harus dikerahkan ketika kapal selam lainnya dilaporkan hilang atau tenggelam dan harus ada peralatan khusus pencarian bawah air untuk mencari kapal selam itu dan menyelamatkan personel yang terperangkap," tulis Kementerian Pertahanan India.

Selain India, Singapura dan Malaysia juga sudah mengerahkan kapal untuk membantu operasi penyelamatan KRI Nanggala-402.

Sementara itu, Australia, Korea Selatan, dan Amerika Serikat juga telah menyatakan siap mengerahkan personel untuk membantu pencarian KRI Nanggala-402.

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : CNNIndonesia.com
Korps Marinir Siagakan Pasukan Elit Untuk Bantu Evakuasi Jenazah Awak Kapal KRI Nanggala 402

Korps Marinir Siagakan Pasukan Elit Untuk Bantu Evakuasi Jenazah Awak Kapal KRI Nanggala 402


InfokomandoProses evakuasi awak kapal selam KRI Nanggala 402 akan terus berlanjut.  Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono menyampaikan, jenazah awak kapal selam KRI Nanggala-402 akan dievakuasi ke Surabaya, Jawa Timur.

Menanggapi pernyataan KSAL, Komandan Korps Marinir (Dankormar) Mayor Jenderal TNI (Mar) Suhartono, langsung mengirimkan Pasukan Khusus dari Satuan Intai Para Amfibi Marinir (Taifib) Korps Marinir TNI AL untuk membantu proses evakuasi.

Sebanyak 28 personel prajurit Taifib dari Batalyon Intai Amfibi 2 Marinir dibawah pimpinan Danyon Taifib 2, Letkol Marinir Supriyono,  telah disiagakan dengan mendirikan Posko Satgas SAR Korps Marinir di Dermaga Pelabuhan Tanjungwangi, Banyuwangi sejak Minggu lalu, (25/04/2021).


Suhartono menuturkan, pihaknya siap membantu proses evakuasi jenazah awak KRI Nanggala 402 dengan menerjunkan puluhan prajurit terbaiknya. Ia pun menyampaikan turut berduka atas musibah yang menimpa KRI Nanggala 402.

“Tak lupa, Saya Mayor Jenderal TNI (Mar) Suhartono Selaku Komandan Korps Marinir beserta seluruh Parjurit menyampaikan rasa duka cita yang sangat mendalam atas gugurnya seluruh Awak Kapal Selam KRI Nanggala 402,” pungkasnya.

Editor : Devina | Foto : Ist
Kapal Selam Perancis Emeraude Dilaporkan Memasuki Selat Sunda, Apa Misinya

Kapal Selam Perancis Emeraude Dilaporkan Memasuki Selat Sunda, Apa Misinya


Infokomando - Kapal selam Prancis kelas Rubis Emeraude dilaporkan sempat mampir ke perairan Indonesia dan bertemu dengan Angkatan Laut RI.

Pertengahan April lalu, kapal selam itu dilaporkan telah kembali ke pangkalan mereka di Toulon, Prancis. Kapal selam itu telah menyelesaikan misi latihan bersama Angkatan Laut Australia dan Amerika Serikat di sekitar perairan Pasifik.

Menurut laporan Navy News, Captain Delaveau komandan kapal selam Emeraude mengungkapkan, bahwa keberadaannya di Laut China Selatan adalah untuk mengukur kemampuan militer China dan berhasil kembali tanpa terdeteksi. 

Kapal selam ini juga sempat mengunjungi Selat Sunda dan bertemu dengan kapal Angkatan Laut RI, sebelum KRI Nanggala 402 dinyatakan hilang kontak di perairan utara Bali pekan kemarin.

Selain bertemu dengan Angkatan Laut Indonesia, kapal selam ini juga bertemu dengan Angkatan Laut Jepang dalam perjalanannya, seperti dilaporkan Naval News. 

Status KRI Nanggala saat ini sudah berubah menjadi tenggelam. Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Yudo Margono menyakini tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 di perairan utara Pulau Bali akibat faktor alam dan bukan faktor kesalahan manusia.

Mengenal kapal selam Emeraude
Kapal selam Prancis ini termasuk tipe rubis. Tipe Rubis merupakan kelas kapal selam nuklir generasi pertama Angkatan Laut Perancis.

Tipe kapal selam ini disebut sebagai kapal selam nuklir paling kompak hingga saat ini. Unit pertama dari seri ini telah melakukan perbaikan besar-besaran di awal 90-an untuk meningkatkannya ke level Améthyste.

Kapal selam Perancis Emeraude setelah kembali dari LCS

Angkatan Laut Prancis mengoperasikan enam kapal selam kelas Rubis Amethyste dari pangkalan angkatan laut di Toulon, seperti dikutip dari Armed Forces. 

Tercatat bila kapal selam yang dibangun di Cherbourg Naval Dockyard of DCN, antaranya Rubis S601 yang ditugaskan pada tahun 1983, Saphir S602 (1984), Casabianca S603 (1987), Emeraude S604 (1988), Amethyste S605 (1992) dan Perle S606 (1993).

Mereka memiliki sistem pusat komputer untuk mendeteksi kapal selam, memproses informasi, dan melakukan penyerangan.

Lambung kapal rubis ini terbuat dari baja elastisitas tinggi 80 HLES. Kubah sonar dan menara komando terbuat dari material komposit. Sedangkan tabung torpedo yang diluncurkan rudal anti-kapal Exocet SM39 diproduksi oleh MBDA yang sebelumnya EADS Aerospatiale.

Kapal selam Emeraude membawa Rudal Exocet SM39

Kapal selam itu memiliki kapasitas untuk membawa 14 rudal dan torpedo dalam muatan campuran. Keempat tabung torpedo 533 mm dilengkapi dengan sistem ram pneumatik untuk mengeluarkan torpedo dari tabung.

Sistem propulsi Rubis Amethyste merupakan sistem turbo-listrik bertenaga nuklir. Kemudian ada Pressure Water Reactor (PWR) CAS 48 menyediakan 48MW dan SEMT-Pielstick diesel-listrik dan Jeumont Schneider 8 PA4 V 185 SM sebagai tenaga penggerak tambahan.

Kapal ini pertama diluncurkan pada 1986. Emeraude merupakan kapal selam keempat dari seri Rubis. Namun antara Mei 1994 dan Desember 1995, kapal selam ini dirombak sehingga kapal selam ini naik tingkat jadi level Amethyste.

Pada 30 Maret 1994, sebuah ledakan yang tidak disengaja terjadi di kompartemen mesin ketika kapal sedang melakukan latihan anti-kapal selam. Peristiwa ini menewaskan sepuluh orang yang sedang memeriksa ruang turbo-alternator, seperti melansir Wikia Military. 

Pada bulan Juni 2009, Émeraude dikirim ke Atlantik tengah untuk membantu pencarian perekam data penerbangan dan perekam suara kokpit dari kecelakaan Air France penerbangan 447.

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : CNNIndonesia.com
KRI Nanggala 402 Sempat Kirim Sinyal Tempur, KASAL: Kapal Selam Tidak Blackout

KRI Nanggala 402 Sempat Kirim Sinyal Tempur, KASAL: Kapal Selam Tidak Blackout


Infokomando - Indonesia berduka, sebanyak 53 anggota TNI AL meninggal dunia bersamaan dengan tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402. TNI AL meyakini, tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 bukan karena faktor human error (kesalahan manusia).

Dijelaskan oleh Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono yang mengatakan, analisis awal tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 lebih pada faktor alam. Ia juga mengatakan, dari sejumlah laporan awal tentang penyebab tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 buatan Jerman ini juga bukan karena kesalahan manusia mau pun black out (mati listrik).

"Sudah kita evaluasi dari awal dan saya berkeyakinan ini bukan human error, lebih kepada faktor alam," kata Yudo, di Base Ops Lanud I Gusti Ngurah Rai Bali, Minggu (25/4/2021).

Meski demikian, untuk memastikan penyebabnya, TNI AL perlu mengangkat badan kapal selam KRI Nanggala-402 lebih dulu ke permukaan. Hal ini untuk mengetahui lebih dalam penyebab pasti tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 yang diawaki 53 kru ini. "Jadi nantinya akan kita investigasi setelah badan kapal bisa diangkat ke permukaan," kata dia.

Yudo berkeyakinan tidak ada kelalaian manusia karena saat proses kapal selam mulai masuk air sudah melalui semua prosedur yang ada. Prosedur yang dimaksud adalah saat KRI NAnggala 402 mulai menyelam ada laporan penyelaman.

Kemudian, terdengar dari radio sea rider penjejak bahwa kapal selam KRI Nanggala-402 telah mengirim sinyal pelaksanaan peran siap tempur, menyelam, dan sebagainya. "Dari awal sudah saya sampaikan kapal ini tidak atau bukan human error karena saat proses menyelam sudah melalui tahapan prosedur yang betul mulai laporan penyelaman dan terdengar dari penjejak kemarin itu," kata dia.

Ilustrasi periskop kapal selam saat menyelam

Kemudian, ia yakin tidak terjadi black out karena saat menyelam diketahui lampu masih menyala semuanya. "Artinya tidak black out dan saat menyelam langsung hilang (kapal selam) ini," kata dia.

Oleh Panglima TNI seluruh awak kapal selam KRI Nanggala-402 yang berjumlah 53 kemudian dinyatakan gugur pada Minggu (25/4/2021) sore. 

"Berdasarkan bukti-bukti otentik yang berhasil didapat tersebut KRI Nanggala-402 dapat dinyatakan telah tenggelam dan seluruh awaknya telah gugur," kata Hadi

Ia mengatakan, hal ini berdasarkan pemindaian citra kapal secara akurat yang dilakukan oleh KRI Rigel di lokasi yang ada kemagnetan kuat sebelumnya.

Pemindaian menggunakan multibeam sonar dan magnetometer. Pemindaian ini menghasilkan citra atau gambar bawah air yang lebih detail.

MV Swift Rescue Singapura juga telah menurunkan remote operation vehicle (ROV) dan melakukan citra bawah air secara visual menggunakan kamera. 

Bagian kapal yang terlihat pada kamera ROV yakni meliputi kemudi vertikal belakang, bagian luar badan tekan, jangkar, kemudi selam timbul, bagian kapal yang lain termasuk baju keselematan awak kapal MK 11.

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : Kontan.co.id
Panglima TNI: 53 Awak Kapal Selam Dinyatakan Gugur, Kapal Selam Terbelah Jadi 3 Bagian

Panglima TNI: 53 Awak Kapal Selam Dinyatakan Gugur, Kapal Selam Terbelah Jadi 3 Bagian


Infokomando - Informasi terbaru, Panglima TNI Hadi Tjahjanto menyatakan seluruh awak kapal selam KRI Nanggala-402 meninggal atau gugur. 

"53 personel yang onboard didalam KRI Nanggala-402 telah gugur," ungkapnya dengan sedikit tercekat dalam konferensi pers, Minggu (25/4/2021). 

Ia menyampaikan, telah diperoleh gambaran atau citra yang telah dikonfirmasi sebagai bagian dari KRI Nanggala 402 meliputi kemudi vertikal belakang, jangkar, bagian luar badan tekan, kemudi selam timbul, bagian kapal yang lain termasuk baju keselamatan awak kapal NK-11.

Ia melanjutkan, berdasarkan bukti-bukti otentik yang didapatkan tersebut dapat disimpulkan bahwa KRI Nanggala-402 telah tenggelam dan seluruh awaknya gugur.  

Pencarian kapal selam ini dimulai pada Rabu (21/4/2021) ketika KRI Nanggala 402 dinyatakan hilang kontak pada pagi hari. 

Pukul 03.46 Wita, boat sea rider memonitor periskop dan lampu pengenal khas dari KRI Nanggala-402 yang perlahan mulai menyelam ke dalam air dan tak terlihat.

Padahal periskop kapal selam seharusnya masih terlihat dipermukaan. Saat itu KRI Nanggala-402 semestinya meminta otorisasi penembakan, tetapi saat dipanggil, tidak ada jawaban sama sekali. Sejak pukul 03.46 Wita itu lah terakhir kali KRI Nanggala sama sekali tidak memberi respons.

Hari itu, KRI Nanggala-402 dinyatakan hilang. Penyebabnya, diduga karena kapal selam mengalami black out atau kehilangan daya listrik. 

Foto bagian besar KRI Nanggala yang berhasil didapat

Dalam kapal selam tersebut cadangan oksigen hanya tersedia hingga 72 jam yang berarti para awak kapal dapat bertahan hingga Sabtu (24/4/2021) dini hari. 

Kemarin, Sabtu, TNI AL secara resmi menyatakan KRI Nanggala-402 statusnya subsunk (tenggelam). Namun, hari ini Panglima TNI menyatakan seluruh awak kapal meninggal dunia atau gugur.

Kapal terbelah menjadi 3 bagian
Menurut Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Yudo Margono mengatakan jika badan kapal selam KRI Nanggala 402 hancur dan terbelah menjadi tiga bagian.

Pernyataannya tersebut berdasarkan hasil dari citra yang dikirim oleh KRI Rigel melalui ROV yang dioperasikan ke dasar laut tempat serpihan besar KRI Nanggala berada.

"Kapal terbelah menjadi tiga bagian besar" ungkap Yudo dalam konferensi persnya, Minggu (25/4)

Editor : Devina | Foto : Ist 
Komisi I DPR : 3 Prajurit TNI Pernah Gugur Dalam Insiden KRI Nanggala 2012 lalu

Komisi I DPR : 3 Prajurit TNI Pernah Gugur Dalam Insiden KRI Nanggala 2012 lalu


Infokomando - Anggota Komisi I DPR RI TB Hasanuddin mengatakan bahwa KRI Nanggala 402 sempat mengalami insiden tiga prajurit TNI yang tewas usai kapal selam tersebut melakukan uji penembakan torpedo pada tahun 2012 lalu.

Insiden itu bermula ketika proses penembakan torpedo gagal lantaran tak bisa diluncurkan. Hal itu dikarenakan sistem penutupnya bermasalah.

"Dalam peristiwa itu 3 orang prajurit terbaik gugur," kata Hasanuddin dalam keterangan resminya, Minggu (25/4).

Setelah insiden tersebut, Hasanuddin mengatakan KRI Nanggala kemudian diperbaiki kembali oleh tim dari Korea Selatan.

Sebelum insiden itu, Hasanuddin membeberkan KRI Nanggala sempat dilakukan retrofit pada tahun 2012 lalu. Kala itu, perbaikan dilakukan dengan menghabiskan anggaran sekitar US$75 juta atau sekitar Rp1,05 Triliun.

"Retrofit itu bukan sekedar mengganti suku cadang, tapi diperkirakan juga ada perubahan pada struktur konstruksi dari kapal selam tersebut terutama pada bagian sistem senjata torpedonya," kata dia.

Lebih lanjut, Ia turut menduga tenggelamnya KRI Nanggala 402 di perairan Bali karena kegagalan retrofit pada tahun 2012 lalu. Salah satunya terletak pada pengerjaan konstruksi yang tak tepat pada kapal.

"Saya menduga pada hasil perbaikan (overhaul) ini ada hal-hal atau kontruksi yang tidak tepat (pemasangannya) sehingga KRI Nanggala 402 tenggelam. Ini sangat disayangkan," kata Hasanuddin.

KRI Nanggala 402 menjalani overhaul di Korsel

Selain itu, Hasanuddin juga menyoroti jumlah kru KRI Nanggala 402 saat kejadian nahas di perairan Bali telah melebihi kapasitas. Menurutnya, jumlah kru maksimal kapal selam maksimal hanya 38 orang.

KRI Nanggala sendiri membawa 53 awak saat diberitakan hilang kontak pada Rabu (21/4) lalu.

"Artinya kelebihan beban 15 orang. Ada apa kok dipaksakan? Saya juga telah mendapatkan informasi bahwa saat menyelam KRI Nanggala 402 diduga tidak membawa oksigen gel, tapi tetap diperintah untuk berlayar," kata dia.

Diketahui, hingga kini kapal selam belum ditemukan. TNI sendiri sudah menyatakan bahwa Nanggala tenggelam.

Setelah empat hari pencarian, sejumlah benda berhasil ditemukan di dekat lokasi tumpahan minyak pada Sabtu (24/4). Antara lain pelurus torpedo, pipa pendingin dengan tulisan Korea Selatan, alas yang dipakai oleh ABK untuk beribadah, solar hingga pelumasan untuk naik turun periskop kapal selam.

Selain itu juga ditemukan adanya sponge untuk menahan hawa panas di dalam lambung kapal sehingga tidak terjadi kondensasi.

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : CNNIndonesia.com
"On Eternal Patrol" Ramai Diperbincangkan Netijen Iringi Tenggelamnya KRI Nanggala 402, Apa Itu?

"On Eternal Patrol" Ramai Diperbincangkan Netijen Iringi Tenggelamnya KRI Nanggala 402, Apa Itu?


Infokomando - Tagedi tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 TNI AL memunculkan duka yang sangat mendalam bagi seluruh rakyat Indonesia. Di media sosial, netizen pun ramai menggunakan istilah 'on eternal patrol'. Apa maknanya?

Dikutip dari berbagai sumber, salah satunya adalah laman wearethemighty.com, kapal selam yang mengalami insiden seperti hilang dan tenggelam disebut 'on eternal patrol' atau 'Sedang patroli selamanya' yang mana berarti kapal selam tersebut beserta awaknya dianggap tidak gugur melainkan berpatroli untuk selama-lamanya di samudera.

Istilah ini ada sebelum Perang Dunia II. Dimana saat itu banyak istilah berkembang bila kapal selam meninggalkan pelabuahan dan berhasil kembali dalam keadaan selama makan tugasnya disebut patroli.

Namun, apabila kapal selam tidak berhasil kembali atau hilang, maka patroli yang dilakukannya disebut dengan istilah eternal patrol atau patroli abadi atau selamanya dan tidak kembali.

Dikisahkan, sejak akhir Perang Dunia II, Amerika Serikat kehilangan empat kapal selam dimana dua diantaranya adalah kapal selam nuklir yaitu kapal selam USS Thresher (SSN 593) dan USS Scorpion (SSN 589) hilang. Pada akhir tahun 1940-an, kembali terjadi dua kapal selam bertenaga diesel listrik kelas Balao, USS Cochino (SS 345) dan USS Stickleback (SS 415) juga tenggelam akibat kecelakaan.

Bangkai kapal selam Kursk saat di dasar laut

Peristiwa yang paling terkenal dengan istilah 'on eternal patrol' adalah kapal selam Krusk milik Rusia yang tenggelam pada tahun 2000 hingga dibuatkan film kisah nyatanya. Kapal kelas Oscar bertenaga nuklir ini mengalami ledakan dibagian ruang torpedo dan tenggelam.

Kapal selam KRI Nanggala-402 sebelumnya dinyatakan tenggelam berdasarkan sejumlah temuan bukti autentik. Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyebut kapal selam yang membawa awak 53 orang sesuai manifes itu tenggelam berdasarkan penemuan tumpahan minyak dan serpihan.

"Unsur-unsur tim pencari TNI AL telah menemukan adanya tumpahan minyak dan serpihan yang menjadi bukti autentik jika KRI Nanggala 402 menuju fase tenggelam," kata Hadi dalam konferensi pers di Bali, Sabtu (24/4).

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : Detik.com
Masuk Fase Tenggelam, TNI AL Siapkan Dua Sekenario Untuk Mengangkat Kapal Selam Ke Permukaan

Masuk Fase Tenggelam, TNI AL Siapkan Dua Sekenario Untuk Mengangkat Kapal Selam Ke Permukaan


Infokomando - Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut (AL) menyiapkan dua skenario untuk mengevakuasi kapal selam KRI Nanggala-402 yang saat ini ada didasar laut perairan utara Bali.

Diperkirakan kapal selam tersebut tenggelam dengan kedalaman 800 meter di bawah permukaan laut.

Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono mengungkapkan, setelah dilakukan upaya pencarian selama tiga hari, KRI Nanggala-402 diperkirakan tenggelam di kedalaman 850 meter. Namun demikian, untuk saat ini keberadaan pasti kapal selam tersebut masih belum diketahui.

"Unsur-unsur kami yang melaksanakan pendeteksian dan unsur-unsur lain akan berjuang keras, karena kedalaman laut yang dideteksi adalah kedalaman sekitar 850 meter," kata Yudo dalam jumpa pers di Bali, Sabtu (24/4/2021).

Dalam upaya pencarian itu, ungkap dia, TNI telah mendapatkan bantuan dari sejumlah negara sahabat seperti Australia, Singapura, Malaysia, India, Vietnam hingga Amerika Serikat.

Ada dua skenario yang telah disiapkan oleh TNI AL untuk mengevakuasi kapal selam. Pertama, dengan metode diembus. Yaitu, memasukan selang pada pipa yang terdapat pada kapal selam untuk kemudian diangkat naik.

"Jadi di kapal selam itu ada seperti pipa-pipa yang dapat dicelupkan dengan selam bungkus sehingga (kapal selam) bisa naik kepermukaan," jelas dia.

Selain itu akan dicoba pula cara kedua evakuasi yakni dengan menggunakan robot. Teknologi itu saat ini dimiliki oleh MV Swift Rescue milik Singapura.

Robot yang digunakan untuk mencari dan mengangkat kapal selam

"Swift Rescue punya Singapura juga memiliki kapal selam mini seperti robot yang dapat memasang peralatan," tambahnya.

Sebagaimana diberitakan oleh KompasTV sebelumnya, setelah dilakukan pencarian selama tiga hari, kapal selam KRI Nanggala-402 dinyatakan tenggelam di perairan utara Bali.

Informasi tersebut disampaikan langsung oleh Panglima TNI Hadi Tjahjanto dalam konferensi pers pada Sabtu (24/4/2021).

"Pagi dini hari tadi adalah batas akhir live support yaitu berupa ketersediaan oksigen di KRI Nanggala selama 72 jam. Unsur-unsur pencari TNI AL telah menemukan tumpahan minyak dan serpihan yang menjadi bukti otentik menuju fase tenggelamnya KRI Nanggala," ujar Panglima TNI.

Adapun bukti-bukti yang ditemukan itu antara lain pelurus tabung torpedo, pembungkus pipa pendingin, dan botol oranye pelumas periskop kapal selam.

Dengan adanya bukti otentik tersebut status submiss (kapal selam hilang) ditingkatkan menjadi subsunk (kapal selam tenggelam) dan terdeteksi di kedalaman 850 meter.

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : Kompas.com
Ada Retakan Besar Pada KRI Nanggala 402, Tapi Tidak Ada Ledakan

Ada Retakan Besar Pada KRI Nanggala 402, Tapi Tidak Ada Ledakan


Infokomando
- Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Yudo Margono mengungkapkan kondisi KRI Nanggala-402 yang tidak mampu menahan tekanan air telah mengalami retakan.

"Dengan alat (serpihan dan barang) yang sudah keluar dari dalam kapal, berarti telah terjadi keretakan. Karena sampai kedalaman 700-800 meter tentu akan terjadi keretakan di kapal selam itu," ujarnya, dalam konferensi persnya di Bali, Sabtu (24/4).

"Karena barang ini sebenarnya ada di dalam (kapal selam); penahan atau pelurus torpedo ini sampe keluar. Jadi ada keretakan besar," ungkap Yudo.

Lantaran sudah terjadi retakan, Yudo menduga air laut sudah masuk ke dalam bagian kapal selam, meski belum semuanya lantaran ada pembagian kompartemen di dalam kapal sebagai penyekat.

"Air (masuk) kemungkinan ada, tapi ada kemungkinan bagian kabin yang air tidak dimasuki air. Jadi di dalam ruang (kapal selam) itu di bagi kompartemen,"

"(Apabila) Anggota sempat tutup ada kemungkinan tidak kemasukan air," tambahnya.

Di tempat yang sama, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyebutkan dalam insiden tenggelamnya KRI Nanggala 402 tidak ada ledakan.

"Terjadi serpihan keretakan, karena keretakan (bisa terjadi) secara bertahap di beberapa bagian tertentu, turun mulai dari kedalaman 300-500 (meter)," kata dia.

"Enggak ada ledakan ya, karena kalau ada pasti terdengar," imbuh Hadi.

Sebelumnya, kapal selam KRI Nanggala-402 dinyatakan hilang kontak pada Rabu (22/4) dini hari, diduga akibat adanya black out pada saat latihan penembakan torpedo.

Pada konferensi pers hari ini, TNI mengumumkan sejumlah temuan seperti tumpahan minyak serta berbagai peralatan yang mestinya ada di dalam kapal selam. Berdasarkan temua itu, TNI kemudian menetapkan status KRI Nanggala-402 dari submiss menjadi subsink alias karam.

Dengan adanya peningkatan status itu, TNI akan menyiapkan evakuasi medis, sehingga jika ditemukan adanya anak buah kapal yang selamat bisa langsung dilakukan evakuasi.

Untuk status ke 53 awak kapal selam KRI Nanggala 402, TNI sendiri belum bisa memutuskan.

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : CNNIndonesia.com
Serpihan KRI Nanggala 402 Ditemukan, Bukti Otentik Kapal Selam Tenggelam

Serpihan KRI Nanggala 402 Ditemukan, Bukti Otentik Kapal Selam Tenggelam


Infokomando
- TNI Angkatan Laut (AL) menginformasikan bahwa serpihan milik kapal selam KRI Nanggala 402 telah ditemukan. Hal tersebut diungkap Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono dalam jumpa pers.

"Telah ditemukan beberapa kepingan yang diyakini bagian atau komponen dari kapal selam KRI Nanggala 402," ujar Yudo, Sabtu (24/4/2021).

Yudo meyakini serpihan tersebut milik kapal selam KRI Nanggala 402. Keyakinan itu telah diperkuat dengan keterangan para ahli dan prajurit TNI yang pernah mengawaki kapal selam KRI Nanggala 402.

"Barang-barang (serpihan) ini tidak dimiliki kapal lain, dan di radius 10 mil tidak ditemukan adanya kapal yang melintas. Berdasarkan keterangan ahli dan para mantan awak kapal selam, diyakini ini adalah barang KRI Nanggala," kata Yugo.

TNI Angkatan Laut memberangkatkan KRI Rigel 933 untuk mendeteksi penemuan area dengan kemagnetan tinggi yang diduga terdapat kapal selam KRI Nanggala 402 yang hilang kontak. KRI Rigel 933 sudah meluncur ke Perairan Utara Pulau Bali.

"KRI Rigel lagi menuju ke arah (kemagnetan) itu untuk memastikan bendanya apa," ungkap Kadispenal Laksamana Pertama Julius Widjojono kepada media, Sabtu (24/4/2021).

Sebelumnya, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono mengungkapkan terkait adanya temuan terbaru dari sinyal yang diduga adalah keberadaan Kapal Selam KRI Nanggala 402.

"Jadi tadi baru kita temukan, saat Panglima TNI sedang menuju lokasi ditemukannya sumber kemagnetan yang tinggi dari kedalaman 50-100 meter (melayang) dan kita sudah coba memastikan dengan sonar," kata Yudo saat jumpa pers di Bali, Kamis (22/4/2021).

Namun demikian, Yudo belum dapat memastikan apakah kemagnetan kuat tersebut bersumber dari KRI Nanggala 402. Menurutnya, hal ini masih perlu konfirmasi lebih rinci lagi dengan bantuan armada tambahan yang akan segera tiba.

"Jadi KRI Rigel nanti sore datang untuk memastikan lagi kemagnetan apa yang tinggi itu," jelas dia.

Serpihan bukti otentik kapal tenggelam
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dalam konferensi persnya di Bali menyebutkan kapal selam yang membawa 53 manifes prajurit TNI AL itu tenggelam berdasarkan bukti autentik penemuan tumpahan minyak dan serpihan. Sabtu (24/4/2021).

"Unsur-unsur TNI AL telah menemukan tumpahan minyak dan serpihan sebagai bukti autentik menuju fase tenggelamnya KRI Nanggala," kata Hadi.

"TNI AL bersama Polri, Basarnas, BPBD dan KNKT serta sejumlah aset-aset yang dimiliki oleh negara sahabat, seperti Amerika Serikat, Australia, Singapura, Malaysia, telah berupaya dan semaksimal mungkin untuk mencari keberadaan KRI Nanggala. Dan pagi dini hari tadi merupakan batas akhir life support berupa ketersediaan oksigen di KRI Nanggala selama 72 jam," jelas Hadi.

Editor : Devina | Foto : Ist/Puspen TNI | Sumber : Detik.com
Pesawat Intai Maritim P-8A Poseidon AL AS Mulai Dikerahkan Cari KRI Nanggala-402

Pesawat Intai Maritim P-8A Poseidon AL AS Mulai Dikerahkan Cari KRI Nanggala-402


Infokomando - TNI mengatakan pesawat pencari kapal selam P-8 Poseidon milik Angkatan Laut Amerika Serikat sudah tiba di Bali dan akan segera melakukan misi pencarian KRI Nanggala-402 mulai hari ini, Sabtu (24/4).

"Jam 16.00 WITA akan take off melakukan kegiatan (pencarian)," kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Julius Widjojono, Sabtu (24/4).

Pesawat patroli maritim milik Amerika ini memang dirancang khusus untuk misi pencarian di lautan, khususnya mencari obyek kapal selam.

TNI juga masih menunggu kedatangan kapal MV Swift Rescue milik Singapura. Menurut Julius, jadwal kedatangan MV Rescue Swift mundur dari seharusnya hari ini menjadi Minggu (25/4) dini hari sekitar pukul 02.33 WIB.

"MV Swift belum datang, jadi mundur dia," kata Julius.

Sementara itu, TNI juga masih menanti kedatangan kapal penolong lainnya yang dikirimkan oleh militer Australia untuk membantu pencarian KRI Nanggala-402.

"Kalau HMAS Sirius diperkirakan tiba di 28 April, ya," katanya.

Hingga saat ini, menurut Julius, memang belum ada perkembangan teranyar terkait pencarian KRI Nanggala-402. Meski begitu, proses pencarian masih terus difokuskan di sembilan area yang berada dikawasan perairan Bali.

Salah satu titik yang akan jadi sasaran pencarian tersebut adalah lokasi di mana tumpahan minyak dan tarikan magnet kuat yang sebelumnya sempat terdeteksi oleh salah satu KRI dan helikopter saat melakukan pemantauan di lokasi.

Titik pencarian ini nantinya tersebar di jarak 23 mile dari Utara Bali atau sekitar 43 kilometer dari Celukan Bawang.

"Pencarian masih di sembilan area itu," kata dia.

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : CNNIndonesia.com
Pentagon Sebut Proses Pencarian KRI Nanggala di Dasar Laut Adalah Misi Berbahaya

Pentagon Sebut Proses Pencarian KRI Nanggala di Dasar Laut Adalah Misi Berbahaya


Infokomando - Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS) mengungkapkan keprihatinannya kepada Indonesia atas hilangnya kapal selam KRI Nanggala 402 yang saat ini belum juga ditemukan.

"Kami semua tentu sangat sedih melihat adanya laporan tentang kapal selam mereka dan pikiran kami serta doa kami bersama para pelaut Indonesia, TNI AL, dan tentu saja semua keluarga mereka,” kata Sekretaris Pers Pentagon, John F. Kirby kepada awak media, dikutip dari laman resmi Departemen Pertahanan AS, Sabtu, 24 April 2021.

Kirby mengatakan pihaknya sudah mengirim bantuan pesawat P-8 Poseidon untuk membantu proses pencarian KRI Nanggala-402.

Dia menyebutkan pesawat P-8 Poseidon didesain secara khusus untuk misi pencarian kapal selam.

"Ini (Poseidon P-8) adalah platform canggih yang dapat membantu pemerintah Indonesia untuk mengetahui lokasi (kapal selam) yang lebih baik," katanya.

Dia juga mengatakan menaikkan kapal selam di dasar laut merupakan tugas yang sangat berbahaya dan melelahkan.

"Sangat tergantung pada apakah Anda mengejar sebuah objek di bawah air, apa pun itu, kondisinya dan seberapa dalam itu, dan juga seperti apa dasarnya dan seperti apa arusnya," katanya.

Ilustrasi proses evakuasi kapal selam

"Maksud saya, ada banyak hal yang harus diperhatikan. Dan mengangkat sesuatu dari dasar laut adalah suatu pekerjaan yang berbahaya dan melelahkan. Tapi kami memiliki beberapa kemampuan untuk membantu dalam hal itu," ujar John Kirby.

Sudah lebih dari 72 jam kapal selam KRI Nanggala-402 milik TNI AL hilang kontak sejak Rabu 21 April 2021.

Oksigen dalam kapal selam diperkirakan sudah habis pada Sabtu, 24 April 2021 pukul 03.00 dini hari tadi.

Dikutip dari Indobalinews.pikiran-rakyat.com, Pesawat Poseidon P-8 telah tiba pada Sabtu 24 April 2021 sekitar pukul 03:14 di Bandara Ngurah Rai Bali.

Seperti yang dikatakan oleh Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI Achmad Riad sebelumnya bahwa pesawat Poseidon P-8 milik Angkatan Udara AS akan membantu pencarian kapal selam hilang KRI Nanggala-402.

Kapuspen mengatakan personel Angkatan Udara AS akan bertugas sebagai operator pesawat P-8 Poseidon ataupun membantu P-8 Poseidon Amerika dari US Air Force akan membantu proses pencarian telah berkoordinasi dengan pihak TNI AL.

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : Pikiran-rakyat.com
Bantu Pencarian KRI Nanggala 402, AS Kirim Pesawat Pemburu Kapal Selam P8 Poseidon

Bantu Pencarian KRI Nanggala 402, AS Kirim Pesawat Pemburu Kapal Selam P8 Poseidon


Infokomando - Untuk membantu TNI AL mencari keberadaan kapal selam KRI Nanggala 402 yang hilang di perairan Bali, Angkatan Udara Amerika Serikat (US Air Forces) mengerahkan salah satu pesawat mata-mata tercanggihnya P8 Poseidon yang tiba pada Jum'at 23 April 2021.

Informasi tentang kedatangan pesawat pemburu kapal selam Poseidon P8 ini disampaikan langsung oleh Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen TNI Achmad Riad.

"Tim dari Poseidon P8 yang nantinya datang membantu sebagai operator dari US Airforce mudah-mudahan dapat segera datang untuk membantu proses pencarian. Timnya juga sudah tiba lebih dulu di sini untuk berkoordinasi," kata Riad saat konferensi pers, Jumat (23/4/2021).

Ilustrasi Poseidon P8 memburu kapal selam 

Disinggung terkait dengan perizinan masuk ke Indonesia, kata Riad, P-8 Poseidon sudah mendapat izin.

"Kemudian terkait clearence semuanya sudah clear. Ini sudah kita terima seluruhnya, untuk Amerika Poseidon sudah clear," kata Riad.

Sebagaimana diketahui pesawat tersebut merupakan pesawat patroli maritim canggih milik angkatan udara AS yang berkemampuan intelijen, pengintaian, serta pencarian dan penyelamatan.

Oleh pabrikannya Boeing, pesawat ini dirancang dengan fungsi khususnya adalah menjalankan misi anti kapal selam. AS mengerahkan pesawat ini karena memilki kemampuan mengendus keberadaan kapal selam ratusan mil jaraknya.

Editor : Devina | Foto : Ist 
KRI Nanggala 402 Sudah Dalam Kondisi Diam, Pencarian Diganti Dengan Menggunakan Sonar

KRI Nanggala 402 Sudah Dalam Kondisi Diam, Pencarian Diganti Dengan Menggunakan Sonar


Infokomando - Setelah dikabarkan hilang kontak di perairan sekitar 60 mil/95 kilometer dari utara Pulau Bali pada Rabu (21/4/2021) pukul 04.00 Wita, pencarian kapal selam Nanggala-402 masih tetap dilakukan.

Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayjen Achmad Riad pada Jumat (23/4/2021) menyampaikan, karena Nanggala sudah dalam kondisi diam dan tidak ada suara, maka pencarian dilakukan melalui sonar yang dipantulkan.

“Kapal selamnya kan sudah diam. Tidak ada suara. Sehingga hanya sonar yang bisa menangkap ya,” ungkap Mayjen Achmad Riad saat press conference di Base Ops Lanud I Gusti Ngurah Rai, Kabupaten Badung, pukul 10.15 WITA.

Saat dikonfirmasi terkait luasan wilayah pencarian hingga hari ini, Mayjen Achmad Riad belum memberikan penjelasan secara pasti. Namun ia menyampaikan bahwa tim pencarian telah melakukan penyisiran di lokasi. Sementara ini pencarian masih mengandalkan KRI Rimau.

“Ya bisa saja arus bawah laut membawa semuanya ya. Ketika dia mengapung, dia terbawa. Tapi artinya, wilayah-wilayah yang diperkirakan,” ungkapnya.

Ilustrasi pencarian kapal selam dengan sonar

Mayjen Achmad Riad berharap Nanggala-402 masih dalam posisi submiss hingga saat ini. Ia tidak berkenan untuk memberikan penjelasan lebih lanjut terkait hal ini karena pencarian masih dalam proses.

“Saat ini harapan kita ya masih di posisi mungkin submiss ya. Masih submiss. Jadi istilahnya hilang,” jelasnya.

Sebelumnya, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KASAL), Laksamana TNI Yudo Margono, menyampaikan perihal prosedur sublock, submiss dan subsar. Prosedur sublock dilakukan apabila kapal selam hilang kontak dan diduga mengalami permasalahan.

Selanjutnya, 3 jam setelah dinyatakan hilang kontak, maka masuk ke dalam prosedur submiss. Pada prosedur ini seluruh unsur-unsur yang melaksanakan pengamanan di luar, melaksanakan pencarian. Prosedur yang ketiga merupakan subsar, yakni apabila kapal selam sudah dipastikan tenggelam dengan bukti otentik.

“Dari sampai sekarang belum ada bukti otentik, artinya belum terdeteksi di mana posisinya sehingga belum kita isyaratkan untuk subsar sesuai tadi yang disampaikan Bapak Panglima TNI,” ungkap Laksamana TNI Yudo Margono, pada Kamis (22/4/2021).

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : Idntimes.com
Kasal Tegaskan Kapal Selam KRI Nanggala Kondisi Masih Layak Tempur

Kasal Tegaskan Kapal Selam KRI Nanggala Kondisi Masih Layak Tempur


Infokomando  - Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono memastikan kondisi kapal selam KRI Nanggala 402 yang hilang diperairan Bali masih sangat layak untuk digunakan.

Informasi itu disampaikan langsung dalam Konferensi Pers yang dihadiri Panglima TNI, Menteri Pertahanan, Kasal, dan Kapolri, terkait KRI Nanggala 402, Kamis, 22 April 2021.

Yudo Margono menegaskan bahwa sebelum digunakan untuk pelatihan penembakan torpedo, KRI Nanggala 402 telah dipastikan layak.

“Jadi kapal KRI Nanggala ini dalam keadaan siap, baik personel maupun material,” ucapnya.

Yudo Margono pun memberikan informasi terkait KRI Nanggala 402, yang diterima TNI AL pada tahun 1981.

“Jadi kapal KRI Nanggala ini adalah, mungkin saya tambahkan, dibuat tahun 1977 dan diterima AL tahun 1981 buatan HDW Jerman,” tuturnya.

Selain itu, Yudo Margono juga mengungkapkan bahwa KRI Nanggala 402 sudah sering digunakan oleh TNI AL untuk latihan menembakkan torpedo dan sukses menenggelamkan sasaran.

“Kemudian kapal ini riwayatnya sudah pernah menembakkan torpedo kapal latihan sebanyak 15 kali, dan menembak torpedo kapal perang 2 kali, dan sasarannya kapal SKLI dan dua-duanya tenggelam,” katanya.

Oleh karena itu, Yudo Margono memastikan bahwa KRI Nanggala 402 berada dalam kondisi siap tempur.

“Jadi, untuk KRI Nanggala ini kondisinya siap tempur, sehingga kita kirim dan libatkan untuk penembakan torpedo kapal latihan, maupun kapal perang,” tuturnya.

Sebelumnya, kapal selam KRI Nanggala 402 hilang kontak di perairan selat Bali pada Rabu 21 April 2021 dini hari.

Dalam latihan tersebut, KRI Nanggala membawa 53 awak yang terdiri dari 49 ABK, satu komandan kapal, dan tiga orang Arsenal.

Sampai saat ini, proses pencarian pun masih terus dilakukan dengan mengerahkan berbagai pihak terkait dan bantuan dari beberapa negara.

Editor : Devina | Foto : Ist
Waktu KRI Nanggala 402 Tersisa Semakin Tipis, Eks Kabais : Tak Ada Jalan Lain Kecuali Cara Ini

Waktu KRI Nanggala 402 Tersisa Semakin Tipis, Eks Kabais : Tak Ada Jalan Lain Kecuali Cara Ini


Infokomando - Proses pencarian kapal selam KRI Nanggala terus dilakukan di tengah waktu yang makin menipis. Pasalnya, cadangan oksigen di dalam KRI Nanggala-402 hanya tersisa 20 jam lagi (terhitung berita ini dibuat).

Cadangan oksigen di KRI Nanggala sendiri sedianya akan habis pada Sabtu dinihari 24 April 2021, sekira jam 03.00 WIB lagi.

Terkait hal ini eks Kepala Badan Intelijen Strategis (Bais) TNI Soleman Ponto bilang, sehebat-hebatnya teknologi yang ada di kapal selam, namun semua ditentukan cadangan oksigen yang dimiliki. Di mana oksigen itu sangat diperlukan untuk manusia yang mengendalikan kapal selam tersebut.

Cadangan oksigen sendiri saat ini memang terus menipis, lantaran kapal selam itu tak bisa naik ke permukaan laut untuk sekadar mengisi ulang cadangan oksigen. Maka itu, kata dia, proses penyelamatan memang harus dilakukan segera.

“Langkah pertama, tentu tim pencari harus tahu lokasi pastinya dahulu. Setelah diketahui, baru pikirkan bagaimana keluarkan manusianya. Sejauh ini kita sendiri belum bisa melakukan evakuasi dengan kapal yang tak bisa timbul,” katanya live di Kompas TV, dikutip Jumat 23 April 2021.

KRI Nanggala sisa 20 jam lagi, harus apa?
Maka itu, lantaran Indonesia tak punya kemampuan untuk mengatasi hal itu, maka menggandeng pertolongan negara lain seperti Singapura dan Australia. Untuk kapal penyelamat kapal selam milik Singapura, Soleman Ponto sendiri mengaku sudah pernah masuk saat mereka merilis nya pada 2009 lalu.

Ilustrasi kapal selam rescue

Saat ditanya, apa yang bisa diperbuat saat ini, kata Soleman, hanya bisa dilakukan oleh kapal selam rescue untuk selamatkan manusianya yang ada di dasar laut.

“Harus kapal rescue yang datang, enggak ada jalan lain harus begitu. Ini butuh peralatan banyak memang, seperti underwater rescue agar manusianya bisa dikeluarkan,” kata dia lagi.

Jika manusianya memungkinkan diselamatkan, bagaimana dengan kapal selam? Terkait hal ini Soleman Ponto meragukannya. Sebab menurut dia, pada kapal selam ada batas toleransi bagaimana kapal itu bisa menyelam.

Pada KRI Nanggala yang oksigennya kini tinggal 20 jam lagi itu, maksimal menyelamnya adalah 500 meter di bawah permukaan laut. Sedangkan posisinya saat ini, diduga berada di 700 meter di bawah laut.

“Kalau lebih dari itu, ya susah. Tetapi semua tergantung daya tahan kapal selam itu.”

Sulit Ditangkap Sonar
Soleman pada kesempatan itu lantas menyinggung soal sosok KRI Nanggala ini. Menurut dia, Indonesia membeli kapal ini secara baru bukan kapal bekas. Adapun kapal ini merupakan keluaran 1979.

Ilustrasi sistem kerja sonar

Di dunia kemiliteran, kapal selam model KRI Nanggala ini ternyata banyak dipakai di negara-negara dunia. Sebabnya, kapal ini dikenal unggul saat menyerang dalam kesunyian, terkenal akan daya tahannya di laut, susah ditangkap sonar, mampu menyerang dari tempat rahasia, dan karena ukurannya yang tak terlalu besar maka gerakannya lincah bisa ke-mana-mana.

“Maka itu sampai dibilang monster laut. Karena kapal ini bisa tiba-tiba datang, dan sangat pintar menyembuntyikan diri. Dan kapal ini adalah salah satu andalan kita selama ini,” tuturnya.

Untuk pemeliharaan, sejujurnya Soleman tak mengetahui secara pasti. Tetapi dari catatannya, KRI Nanggala 402 terakhir melakukan overhaul pada 2012 lalu di Korea. Sementara 9 tahun belakangan, mungkin kata dia bisa diaudit bagaimana pemeliharaannya, apakah ada yang salah dan sebagainya.

“Kapal ini memang susah ditangkap sonar, karena memang diciptakan untuk bersembunyi dari sonar, makanya agak sulit mencarinya,” katanya.

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : Hops.id