Pesawat Tempur Su-30 TNI AU Berhasil Menembakkan Rudal KH-29TE Tepat Sasaran

Pesawat Tempur Su-30 TNI AU Berhasil Menembakkan Rudal KH-29TE Tepat Sasaran


Infokomando - Para penerbang TNI AU kembali menunjukkan profesionalismenya. Kali ini penerbang pesawat tempur Sukhoi Skadron Udara (Skadud 11) Lanud Sultan Hasanuddin Makassar, mendapat apresiasi Kasau setelah sukses melaksanakan uji penembakan Rudal Kh-29TE di AWR Pandanwangi Lumajang, Jawa Timur, Senin (19/4/2021).

Latihan yang disaksikan langsung oleh Kasau dan para pejabat TNI AU secara Vicon dari Puskodalau Cilangkap ini menjadi bagian dari upaya TNI AU untuk meningkatkan profesionalisme para penerbang tempur dalam melaksanakan penembakan sasaran target strategis, baik di atas daratan maupun permukaan laut.

Rudal Kh-29TE, adalah rudal yang dilengkapi pelacak optik otomatis ke objek yang dipandu pilot dari cockpit pesawat menggunakan TV Pasif (passive TV Guide).

Dalam uji penembakan Rudal Kh-29TE, pesawat Sukhoi jenis Su-30 melakukan take off dari Lanud Sultan Hasanuddin Makassar menuju AWR Pandanwangi Kabupaten Lumajang Jawa Timur.

Ketika sasaran sudah terlihat dalam jangkauan tembak, rudal pun diluncurkan dan melesat menghantam target yang sudah disiapkan dengan presisi.

Usai melakukan tembakan, pilot kemudian kembali ke Lanud Sultan Hasanuddin Makassar setelah sebelumnya melaksanakan air refueling.

Editor : Devina | Foto : Ist 
Korps Marinir Amerika Serikat (USMC) Tetap Operasikan Jet Tempur AV-8B Harrier II Hingga 2029

Korps Marinir Amerika Serikat (USMC) Tetap Operasikan Jet Tempur AV-8B Harrier II Hingga 2029


Infokomando - Jet tempur yang dapat lepas landas secara vertikal atau landasan pendek ini tampaknya akan diperpanjang masa operasinya meski Joint Strike Fighter (JSF) F35B telah mulai memasuki layanan.

Departemen Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) telah memberikan Contracted Maintenance, Modification, Aircrew, and Related Services (CMMARS) kepada Vertex Aerospace LLC senilai US$ 123 juta pada Juli 2020.

Vertex Aerospace LLC juga telah memilih BAE Systems sebagai mitra untuk peningkatan efisiensi operasi pemeliharaan armada Harrier termasuk dukungan pelatihan dan operasi tempur yang dilakukan dari kapal induk, kapal serbu amfibi, dan pangkalan operasi depan.

Bersama BAE Systems, Vertex dan Korps Marinir AS di stasiun-stasiun: Cherry Point, North Carolina; Yuma, Arizona; dan, Madison, Mississippi - mereka akan melakukan perawatan pesawat termasuk dukungan logistik.

Keterlibatan BAE System tidaklah mengherankan karena pesawat ikonik ini memang merupakan hasil rancangan Inggris.

AV-8B Harrier II adalah pesawat serang darat bermesin tunggal yang merupakan generasi kedua dari keluarga Harrier Jump Jet, yang mampu lepas landas dan mendarat secara vertikal atau pendek (VSTOL). AV-8B digunakan oleh Korps Marinir AS, Angkatan Laut Spanyol, Angkatan Laut Italia, dan Inggris.

Misi dari skuadron AV-8B Harrier II VMA STOVL marinir AS adalah untuk menyerang dan menghancurkan target permukaan dan udara, untuk mengawal helikopter, dan melakukan operasi udara lainnya.

Gatling Gun Pod terpasang di AV-8B Harrier USMC

Selain dipersenjatai meriam GAU-12 25mm Gatling gun yang dipasang di garis tengah badan pesawat dengan lead computing optical sight system (LCOSS), AV-8B dilengkapi dengan enam cantelan senjata di sayap untuk membawa air-to-air, air-to-surface, dan anti-ship missiles, serta unguided and guided bombs.

Marinir AS memiliki 124 pesawat Harrier AV-8B dan TAV-8B, termasuk 16 pesawat latih TAV-8B dan 34 pesawat khusus serang malam.

Saat ini lima skuadron tempur operasional yang terdiri dari masing-masing 16 pesawat AV-8B tetap dipertahankan hingga transisi ke F-35. Pada 2023, Skuadron Serang Laut (VMA) Pantai Barat akan digantikan oleh F-35. Sedangkan Pantai Timur akan mempertahankan AV-8B Harrier II hingga 2028.

Program modernisasi AV-8B Harrier II sendiri akan berfokus pada avionik dan peningkatan perangkat lunak (LINK-16, RNP/RNAV, Mode/S, ADS-B out, Helmet Mounted Cueing Sistem) - termasuk kemampuan untuk membawa rudal udara-ke-udara jarak pendek AIM-9X Sidewinder Block II dan AIM-120C Advanced Medium-Range Air-to-Air Missile serta integrasi LITENING Advanced Tactical Data Link (ATDL) untuk memperluas kapabilitas Gen 4 LITENING Pod dengan menambahkan Band Efficient Common Data Link (BECDL), TTNT yang ada saat ini.

LITENING adalah sistem sensor inframerah elektro-optik untuk penargetan dan pengawasan yang memungkinkan awak udara mendeteksi, memperoleh, mengidentifikasi, dan melacak target pada jarak jauh. LITENING memungkinkan berbagai misi, termasuk penargetan presisi, dukungan udara jarak dekat, intelijen, pengawasan dan pengintaian, serta bantuan kemanusiaan.

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : Nusantaranews.co
Persaingan Ketat China Dengan Korea Selatan Dalam Penguasan Teknologi Pesawat Tempur

Persaingan Ketat China Dengan Korea Selatan Dalam Penguasan Teknologi Pesawat Tempur


Infokomando - China tidak takut jika dianggap ketinggalan dalam industri modernisasi dan teknologi militer. Pernyataan ini dikeluarkan menyusul Korea Selatan yang meluncurkan prototype jet tempur generasi ke 4.5 yang direncanakan bisa di ekspor dengan nama KF-21 Boramae atau sebelumnya KF-X.

Dilansir dari South China Morning Post, Minggu (18/4/21), Pakar Militer China yang berbasis di Beijing, Zhou Chenming mengatakan meski Korea Selatan mengembangkan jet tempur yang sangat canggih, China tak akan takut ketinggalan.

Pasalnya, butuh waktu bertahun-tahun bagi KF-21 untuk beroperasi secara penuh. Sedangkan dalam masa waktu tersebut, kekuatan Angkatan Udara China telah meningkat di saat yang sama.

Saat ini, China juga tengah mengembangkan jet tempur siluman generasi kelima yang dikenal sebagai Shenyang FC-31 atau J-31.

Sebuah prototipe jet tempur buatan perusahaan China mungkin telah mengalami sejumlah modifikasi pada tahun lalu, menurut foto yang dibagikan secara online pada saat itu. Selain itu, kedua negara dianggap berbeda dalam melihat pasar ekspor-nya.

Sebagai tambahan informasi, KF-21 Boramae adalah pesawat tempur multiperan canggih yang dirancang untuk Angakatan Udara Korea Selatan dan Indonesia menggantikan armada lama mereka yang telah tua. Boramae sendiri memiliki arti Elang muda dalam Bahasa Korea.

Dengan 65 persen komponen jet tempur yang berasal dari Korea Selatan, menjadikan Korsel sebagai negara kedelapan di dunia yang telah menguasai teknologi yang dibutuhkan dalam pengembangan jet tempur canggih.

Dalam upacara peluncuran pada hari Jumat pekan ini, Presiden Korea Selatan Moon Jae-In menyebut bahwa era baru pertahanan independen Korea Selatan telah dimulai dan ini adalah tonggak bersejarah dalam pengembangan industri penerbangan Korea Selatan.

Wakil Juru Bicara Kepresidenan Korea Selatan, Lim Se-Eun mengatakan sebelumnya bahwa Korea Selatan telah menetapkan tujuannya menjadi produsen penerbangan terbesar ketujuh di dunia pada tahun 2030-an.

Menurut laporan media, Boramae diproyeksi melakukan uji terbang pertamanya pada tahun 2022 mendatang dan produksi yang dimulai pada tahun 2026.

Setidaknya sebanyak 40 jet tempur direncanakan akan dikirim pada tahun 2028, dengan tambahan target sebanyak 120 jet tempur jenis ini akan dikirim pada tahun 2032.

Pengamat spesialis pesawat tempur, Jon Grevatt mengatakan, pengembangan prototipe KF-21 baru yang masih setengah jalan saat ini akan membutuhkan waktu lima tahun lagi untuk diselesaikan.

Setelah jet tempur ini selesai, hasilnya akan memberi Korea Selatan keunggulan strategis disebabkan berkurangnya ketergantungan negara pada teknologi impor.

"Di masa lalu, Amerika Serikat (AS) telah menolak persetujuan ekspor teknologi yang sangat maju ke Korea Selatan. Tapi sekarang, dengan pesawatnya sendiri, Korea Selatan tidak harus bergantung pada negara lain dimana setelah beroperasi, Korea Selatan adalah negara yang memiliki risiko strategis yang nyata", ujarnya mengacu pada ancaman dari Korea Utara.

Terkait persaingan dengan China, menurutnya pesawat Korsel dianggap lebih sedikit mahal dibandingkan pesawat buatan China namun masih lebih mumpuni buatan dari Korea Selatan.

Oleh karena itu, Grevatt tidak yakin adanya dampak langsung dengan pasar ekspor pesawat tempur dari China mengingat keduanya tidak akan menjangkau jenis pelanggan yang sama.

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : CNBCIndonesia.com
Mengukur Keberhasilan Pemerintah Dalam Transfer Teknologi Kapal Selam dan Pesawat Tempur

Mengukur Keberhasilan Pemerintah Dalam Transfer Teknologi Kapal Selam dan Pesawat Tempur


Infokomando - Ada dua proyek besar alutsista strategis dan bergengsi yang selama Prabowo menjabat sebagai Menteri Pertahanan mengalami turbulensi dan gelombang kejut sehingga membuat sang pilot berada di titik simpang akhir konsistensi.  Kerjasama alih teknologi pembuatan kapal selam "Nagapasa Class" dan pengembangan jet tempur KFX/IFX dengan Korea Selatan yang sudah berjalan hampir satu dekade dihadang "awan cumulunimbus" yang membuat perjalanan panjang alih teknologi itu gonjang ganjing dan nyaris terjerembab. 

Pengembangan teknologi jet tempur gen 4.5 antara Indonesia dan Korsel sudah berjalan delapan tahun. Proyek teknologi tinggi bernilai US$ 7,3 milyar setara 113 trilyun rupiah itu dibagi porsinya, Korsel menanggung 80% dan Indonesia 20%. Sejauh ini kita sudah membayar "SPP" sebesar 2,9 trilyun sebelum akhirnya menunggak iuran tahunan sebesar 7,7 trilyun rupiah sejak tahun 2019. Mogok bayar itu kemudian dikaitkan dengan berbagai informasi dan opini yang dalam pandangan kita sebenarnya sebuah dinamika wajar dalam perjalanan perjanjian kerjasama yang panjang.

Prototype pesawat tempur KF-21

Sebagai penganut "mazhab konsistensiniyah" sebuah istilah dalam forum militer alias aliran istiqomah, kita selalu menyuarakan keinginan yang kuat agar dua program besar ini terus berlanjut. Di beberapa tulisan terdahulu yang sudah dipublikasikan melalui blog militer pribadi dan di media online kita tetap mengharapkan program alih teknologi jet tempur IF-21 dan kapal selam tetap berjalan. Kedua teknologi tinggi ini jika bisa kita kuasai maka hampir sempurna penguasaan teknologi alutsista yang dimiliki industri pertahanan kita. Kita sudah bisa membuat aneka ragam alutsista mulai dari panser, tank, roket, kapal patroli cepat, kapal cepat rudal, kapal LST, kapal LPD dan lain-lain. 

Perkembangan terkini yang menggembirakan adalah gonjang ganjing itu reda. Peresmian kapal selam ketiga KRI Alugoro 405 yang dibangun di PT PAL membuktikan bahwa serah terima itu mampu menepis spekulasi yang beredar di kalangan netizen forum militer. Banyak rumor soal Alugoro yang dianggap tidak sesuai harapan padahal PT PAL dalam setiap tahapan uji laut mempublikasikan hasilnya. Kemudian soal jet tempur KF-21 /IF-21 dimana Indonesia absen iuran selama dua tahun terakhir karena berbagai faktor teknis dan non teknis. Opini yang beredar kemudian adalah tidak diberikannya teknologi kunci dari AS untuk menyuntik instrumen pesawat ini.

Nah barusan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto diundang ke Korsel. Dia disambut meriah dengan karpet merah di Seoul layaknya seorang Presiden untuk menghadiri seremoni peluncuran prototype jet tempur KFX yang kemudian diberi nama jet tempur KF21 Boramae. Seremoni mewah di Seoul tanggal 9 April 2021 ini yang juga bertepatan dengan HUT TNI AU mendapat liputan media yang luas di seluruh dunia. Presiden Korsel Moon Jae-in memberikan apresiasi kepada Indonesia sementara Presiden Jokowi memberikan sambutan secara virtual. Indonesia akan melanjutkan kerjasama pengembangan jet tempur KF21/IF21 adalah pernyataan kunci yang disampaikan Presiden Jokowi dan Menhan Prabowo. Terang benderang.

Pelajaran yang bisa dipetik dari episode turbulensi program kerjasama alih teknologi kapal selam dan jet tempur ini adalah kemampuan menyikapi dan menyaring mana yang berwarna opini dan penggiringan opini dan mana yang merupakan pernyataan resmi. Dalam beberapa artikel yang kita publikasikan soal dua proyek alutsista strategis ini kita selalu menyuarakan semangat konsistensi, tetap teguh melanjutkan kerjasama yang sudah di dua pertiga perjalanan. Karena kita memahami bahwa perjalanan panjang program alutsista strategis dan bergengsi ini akan mengalami pasang surut. Apalagi dibumbui rayuan sales promotion grup produsen alutsista lain termasuk mungkin saja ada pihak lain yang tidak ingin kita bisa menguasai teknologi kapal selam dan jet tempur.

Maka ketika KRI Alugoro 405 diresmikan belum lama ini di Surabaya dan juga ketika purwa rupa jet tempur KF-21 diluncurkan di Seoul, setidaknya ada nafas kelegaan yang kita hirup, ada rasa plong, ada rasa sukacita yang membuat bibir tersenyum puas. Bahkan Alugoro yang baru diserahkan pabrikannya langsung unjuk diri di Natuna. Luar biasa.  Kedua program besar alutsista teknologi tinggi ini akan berlanjut terus tentu diawali dengan perundingan soal-soal teknis. Indonesia akan segera mengirim kembali seratusan insinyur proyek jet tempur IF-21 ke Korsel setelah sebelumnya pulang di awal pandemi Covid-19.

Menhan Prabowo dan Menhan Korsel Suh Wook mendapat sambutan upacara militer

Proyek Nagapasa batch 2 untuk membangun kapal selam keempat, kelima dan keenam bernilai US$ 1,2 milyar bisa dilanjutkan, apalagi sebenarnya kontrak awal "U209-1400 Project" ini sudah diteken tahun 2019. Dan kontrak selanjutnya adalah kontrak efektif untuk memulai pembangunan kapal selam keempat tentu setelah membayar down payment. Kita apresiasi keteguhan Presiden Jokowi dan Menhan Prabowo untuk tetap istiqomah melanjutkan kedua proyek hebat ini. Lima enam tahun ke depan kita akan terus melangkah menuju pencapaian hasil yang insyaAllah membanggakan. Semoga.

Oleh Jagarin Pane
*Penulis adalah pemerhati pertahanan dan alutsista TNI

Editor : Devina | Foto : Ist
Bura, Pendekar Sakti Kebal Peluru Yang Membuat Belanda Kalang Kabut

Bura, Pendekar Sakti Kebal Peluru Yang Membuat Belanda Kalang Kabut


Infokomando - Semua orang pasti mengenal siapa Pangeran Dipenogoro dan Bung Tomo sebagai pahlawan Indonesia. Namun, tidak semua orang tahu siapa itu Bura? 

Namanya begitu asing dan tidak banyak diceritakan dibuku-buku sejarah. Meski tidak tercatat sebagai pahlawan nasional, sosok Bura dikenal sebagai pahlawan asal Jember Jawa Timur yang sakti mandraguna karena telah berhasil membuat pasukan Belanda kalang kabut untuk menduduki Jember saat Agresi Belanda I dan II.

Dia dikenal sebagai seseorang yang kebal akan senjata tajam, mulai dari golok maupun peluru tidak akan menembus badannya. Bura juga dikenal jago dalam bela diri, ia bahkan mampu mengalahkan beberapa orang sendirian dengan bermodalkan tangan kosong dan celurit. 

Karena kesaktiannya yang tak bisa dikalahkan dengan senjata apapun, menyulut keberanian rakyat Jember untuk bergabung bersama Bura melawan Belanda. Melihat pengaruh Bura yang sangat besar tentunya Belanda sangat waswas dan dengan segala cara ingin menangkap dan membunuh Bura.

Pasukan Belanda saat Agresi II

Jadi salah satu orang paling dicari di Jember
Kehebatan dan kemampuan sosok Bura rupanya bikin Belanda benar-benar gedeg dan dendam padanya. Bulan Juli 1947, saat Agresi Belanda yang ke II. Belanda berhasil masuk ke Jember Utara. Nah salah satu orang yang paling dicari Belanda dalam upaya penjajahannya yang kedua itu adalah sosok Bura.

Bagaimana tidak, dengan kesaktian dan pengaruhnya yang luar biasa, segala upaya dari Belanda untuk menduduki Jember tidak pernah berjalan mulus bahkan sering mengalami kegagalan. Oleh sebab itu dengan segala cara Belanda terus berupaya untuk melenyapkan Bura termasuk dengan menggunakan siasat paling licik sekalipun.

Siasat busuk Belanda untuk melenyapkan Bura
Frustasi dan kehabisan akal untuk menangkap Bura, akhirnya Belanda melakukan siasat licik. Mereka lalu menyandera ibu Bura dan diminta untuk mengungkapkan kelemahan dari sosok pahlawan tangguh itu agar dapat dibinasakan. Tidak sampai di situ, bahkan Belanda juga menyewa beberapa orang pribumi untuk dijadikan mata-mata lalu mendekat pada Bura dan akhirnya menghianatinya demi uang.

Lantaran tidak punya pilihan lain, akhirnya Bura memilih untuk menyerahkan diri dan mengungkapkan kelemahannya agar ibunya bisa selamat. Pasukan Belanda yang saat itu dipimpin Sergeant Majoor P. Sapteno dari Detasemen Mayang sangat senang karena berhasil menangkap Bura. Dia lalu mengaraknya keliling Kecamatan Kalisat hingga kembali ke Desa Jatian. Belanda sengaja mengarak Bura agar tidak ada yang berani mengikuti jejak Bura melawan Belanda. Selesai diarak, Bura lalu dibakar hidup-hidup di pinggir sungai Jatian hingga jasadnya hangus menjadi abu.

Bura gugur tercatat pada tanggal 26 Maret 1948. Gugurnya Bura sebagai kusuma bangsa tidak menyurutkan semangat perlawanan teman-teman Bura yang tergabung dalam laskar rakyat. Mereka terus berjuang hingga berhasil membebaskan Jember dari cengkraman Belanda bersama pejuang lainnya.
 
Wasiat Bura bukti kalau ia adalah seorang pahlawan sejati
Sebelum menyerahkan diri kepada Belanda, Bura sempat memberikan wasiat pada keturunannya. Ia berpesan agar anak cucunya tidak ada yang meminta hak ‘gelar pahlawan’ pada pemerintah. Bura ingin perjuangannya murni dianggap sebagai ibadah kepada Allah SWT tanpa meminta imbalan sedikitpun kepada pemerintah. Baginya hidup mati dan rizki sudah ada yang mengatur.

Moelijan ini saksi hidup dan orang terakhir yang tahu perjuangan Bura

Namun demikian, penduduk setempat yang tahu perjuangan besar Bura akhirnya membangun sebuah monumen tugu sebagai penghargaan sekaligus tempat untuk mendoakannya. Tugu itu sendiri dibangun di tempat ia dibakar hidup-hidup. Setiap hari pahlawan, biasanya banyak warga setempat yang datang ke sana untuk mendoakan sosok pahlawan Bura.

Bura menjadi simbol pahlawan sejati di negeri ini. Tak mengharapkan imbalan apapun, hanya ridha Allah semata dan rasa cinta kepada tanah air.

Editor : Devina | Foto : Ist 
Bukan Kaleng - Kaleng, Inilah Yang Membuat KF-21 Boramae Terlihat Unggul Dikelasnya

Bukan Kaleng - Kaleng, Inilah Yang Membuat KF-21 Boramae Terlihat Unggul Dikelasnya


Infokomando - Korea Selatan (Korsel) memperkenalkan prototipe jet tempur KF-X/IF-X baru yang diberi nama KF-21 Boramae pekan lalu. Dalam kesempatan itu hadir juga Presiden Moon Jae In dan Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto.

Korea Selatan dan Indonesia juga sepakat untuk terus melanjutkan kerja sama proyek pembuatan pesawat tempur itu dimana Indonesia menanggung 20 persen dari total seluruh biaya pengembangan yakni sebesar Rp. 21 triliun. Sedangkan untuk uji terbang KF-21 Boramae, akan dijadwalkan mulai tahun 2022 mendatang.

Tidak hanya itu, diperkirakan sekitar tahun 2025, KF-21 Boramae sudah mulai memasuki masa produksi dan masa layanan diangkatan udara Korea Selatan.

Dikutip dari Air force Technology, Selasa (13/4/2021), KF-21 disebut juga sebagai pesawat tempur generasi 4.5 yang mengambil desain dari F-22 AS. Menilik kehebatannya, pesawat ini didukung sejumlah spesifikasi mulai dari keamanan hingga soal senjata yang dibawa.

Radar AESA

Bagian dalam kokpit, KF-21 memiliki satu kursi yang dilengkapi kanopi tahan serangan burung (Bird Strike) yang didukung oleh pabrikan Tecstars. Pesawat ini juga dilengkapi sistem radar canggih jenis Active Electronically Scanned Array (AESA), sistem pencarian dan pelacakan inframerah (IRST), sistem penargetan electro-optical dan jammer frekuensi radio (RF).

Dari sisi senjata, KF-21 dilengkapi sistem peluncuran pelontar rudal air-to-air (MEL) Cobham. Alat ini untuk pengangkutan dan peluncuran rudal.

Bomb Rack Unit (BRU)

KF-21 dilengkapi Bomb Rack Unit (BRU) atau Bomb Release jenis BRU-47/A buatan Harris Corporation. BRU jenis yang sama juga digunakan pada pesawat F-15E dan F-16.  Sedangkan sistem Pelepasan Munisi Cerdas ganda BRU-57 dapat mengusung 2000 lbs atau 907,1 kg, serta mengangkut keluarga amunisi JDAM 1000 lbs (453,5 kg) dan 500 lbs (226,7 kg). 

Infografis KF-21 Boramae | CNN

Urusan dapur pacu, pesawat ditenagai dua mesin kembar General Electric F414-GE-400. Mesin tersebut dilengkapi dengan sistem Full-Authority Digital Electronic Control (FADEC) yang berfungsi sebagai pengontrol mesin secara menyeluruh yang dapat dilihat dari kokpit pilot. Masing-masing mesin pada KF-21 memiliki daya dorong sebesar 20 ribu lbs atau 98kN.

Menurut data yang didapat dari Defense Acquisition Program Administration (DAPA), Korea Selatan diharapkan bisa memproduksi enam prototipe KF-21 untuk pengujian dan pengembangan lanjutan. Diperkirakan tiga yang pertama akan selesai pada akhir tahun ini dan tiga berikutnya pada paruh pertama tahun 2022.

DAPA juga menyebutkan KF-21 adalah pesawat tempur generasi 4.5 karena tidak memiliki ruang senjata internal yang meningkatkan kemampuan siluman, akan tetapi para analis mengatakan KF-21 mungkin dapat terbang lebih tinggi dan lebih cepat daripada pesawat tempur generasi kelima terbaru buatan AS, F-35, dan masih mampu membawa beban senjata yang lebih kuat.

Secara bertahap, KF-21 nantinya akan menggantikan posisi pesawat ROKAF jenis F-4 dan F-5 milik Korsel yang sudah mulai berumur. Diharapkan KF-21 sudah mulai dapat diproduksi sekitar dua tahun lagi yaitu sebanyak 120 buah.

Dengan kelebihan yang dimiliki oleh KF-21, belum lagi pembuatan dan pengembangannya yang berada dibawah pengawasan produsen pesawat tempur ternama asal AS Lockheed Martin. Menjadikan KF-21 sebagai salah satu pesawat tempur terbaik dikelasnya.

Editor : Devina | Foto : Ist 
Demi Keseimbangan Kawasan, Kecil Kemungkinan AS Sertakan EPAWSS Untuk F-15EX Indonesia

Demi Keseimbangan Kawasan, Kecil Kemungkinan AS Sertakan EPAWSS Untuk F-15EX Indonesia


Infokomando - Seperti yang diberitakan sebelumnya, Dalam Rapim TNI AU 2021 yang dihadiri oleh KASAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, S.E.,M.P.P, diketahui TNI AU berencana mengakuisisi pesawat tempur F-15EX Advance Eagle buatan Boeing AS dan Dassault Rafale Perancis untuk menggantikan pesawat tempur F-5 Tiger II yang sudah tidak layak lagi digunakan.

Beragam respon pun berdatangan menanggapi rencana pengadaan dua pesawat tempur baru tersebut oleh TNI AU, terutama F-15EX yang sebelumnya tidak pernah masuk dalam pembahasan tiba-tiba muncul dalam Rapim TNI AU yang digelar di Jakarta beberapa waktu lalu, Kamis (18/2).

Dikutip dari Airspace-review.com, sebuah media asing Air Force Magazine yang diterbitkan Air Force Association (AFA) ikut menyoroti rencana strategis TNI AU yang ingin mengakuisisi pesawat tempur F-15EX buatan Boeing. AFA sendiri merupakan organisasi yang berdiri di luar Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) namun memiliki tujuan yaitu memberi edukasi tentang peran penting kekuatan kedirgantaraan dalam pertahanan, kemudian mengadvokasi kekuatan dan pertahanan nasional Amerika yang kuat serta mendukung USAF, serta keluarga besar USAF.

Dalam tulisannya, Air Force Magazine menyebutkan kecil kemungkinan bagi Indonesia untuk mendapatkan F-15EX lengkap dengan komponen canggihnya bernama EPAWSS mengingat AS sangat ketat dan teliti dalam menjual persenjataannya ke luar negeri, apalagi Indonesia bukanlah negara yang secara keseluruhan berkiblat ke AS. Jadi kecil kemungkinan bagi Indonesia untuk mendapatkan pesawat canggih tersebut lengkap dengan komponen EPAWSS-nya.


Perlu diketahui Eagle Passive Active Warning Survivability System atau yang disingkat EPAWSS merupakan perangkat digital peringatan dini yang tertanam dalam badan pesawat tempur F-15EX. Fungsinya untuk mengingatkan pilot terkait datangnya ancaman baik berupa kuncian radar ataupun rudal. Sebagai sistem peperangan elektronik ofensif maupun defensif, EPAWSS akan semakin meningkatkan kesadaran situasional pilot dan memberikan perlindungan penuh selama di udara.

EPAWSS ibarat indra ke enam pesawat yang akan mempertajam insting sang pilot selama menjalankan misi tempur di udara. Tidak hanya itu, EPAWSS juga akan memberikan panduan terhadap pilot terkait penggunaan senjata jenis apa yang tepat untuk menetralisir ancaman termasuk saat dalam kondisi perang elektronika.

Saking canggihnya perangkat EPAWSS yang ditanamkan pada F-15EX digadang-gadang dapat melumpuhkan atau mengecoh rudal yang diluncurkan dari sistem pertahanan udara Rusia S-400 Triump. Dengan keunggulan yang dimiliki tentu saja dapat dipastikan AS akan memberlakukan aturan ketat terkait penjualan pesawat tempur canggihnya tersebut ke Indonesia. Kalaupun disetujui, belum tentu AS akan melepas EPAWSS ke dalam kontrak pembelian F-15EX yang diajukan oleh Indonesia.

Namun semua ini kembali lagi pada faktor geopolitik yang ada dikawasan, mengingat AS akan selalu mempertimbangkan dampak-dampak yang terjadi sesudah Indonesia membeli F-15EX, terutama terkait keseimbangan militer.

Editor : Devina | Foto : Ist 
Dibayangi Sanksi CAATSA, TNI AU Akhirnya Tinggalkan Su-35 dan Memilih F-15EX

Dibayangi Sanksi CAATSA, TNI AU Akhirnya Tinggalkan Su-35 dan Memilih F-15EX


Infokomando
- Rencana pembelian pesawat tempur F-15EX Advance Eagle buatan Boeing AS cukup mengejutkan semua kalangan di tanah air. Pasalnya selama ini TNI AU belum pernah menyebut F-15EX masuk dalam daftar incaran untuk menggantikan pesawat tempur F-5 Tiger yang sudah tidak layak terbang.

Menurut salah seorang pengamat militer Connie Rahakundi, perubahan rencana yang dilakukan oleh TNI AU yang mana sebelumnya ingin mengakuisisi pesawat tempur Su-35 buatan Rusia, namun tiba-tiba berbalik membeli F-15EX buatan AS karena dibayangi Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA).

F-5 Tiger TNI AU

CAATSA merupakan undang-undang baru yang diresmikan oleh Presiden Donald Trump pada 2017 lalu untuk mencegah negara-negara sahabat AS memiliki hubungan kerjasama militer dengan negara diluar AS yang terkena sanksi seperti Rusia, Korea Utara dan China.

Menurut Connie, CAATSA cukup mengerikan dampaknya bagi negara yang terkena sanksi. Connie kemudian mencontohkan negara Turki usai membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia langsung mendapatkan sanksi berupa dikeluarkannya Turki dari proyek global F-35 Joint Strike Fighter. Tidak hanya itu, sanksi lainnya juga akan diberikan jika Turki ngotot melakukan kerjasama militer dengan Rusia.

Bagi AS, upaya Turki membeli S-400 dari Rusia dapat menimbulkan ancaman baru bagi keamanan teknologi dan personel militer AS. Karena dengan banyaknya negara yang membeli persenjataan dari Rusia akan memungkinkan bagi Rusia untuk terus mengembangkan teknologi militernya. Tidak hanya itu, Rusia juga akan dapat mengakses industri pertahanan negara bersangkutan.

"Mungkin ini yang menjadi bahan pertimbangan Menhan Prabowo, Kemenhan dan Mabes TNI untuk tidak melanjutkan proses pembelian Sukhoi dengan Rusia" ungkap Connie seperti dilansir dari CNBCIndonesia.com, Sabtu (27/2/2021).

Menhan Prabowo bersama Menhan Perancis Florence Parly

Sebelumnya Menteri Pertahanan Prabowo Subianto pada 2020 lalu melakukan banyak kunjungan ke negara-negara produsen Alutsista termasuk diantaranya Perancis dan Amerika untuk melakukan sejumlah penjajakan. Dari hasil kunjungan tersebut Prabowo menyatakan minatnya untuk melakukan kerjasama militer berupa pengadaan dua jenis pesawat tempur canggih Dassault Rafale dan F-15EX untuk menggantikan pesawat lama TNI AU yang sudah tidak layak terbang.

Diketahuinya rencana pengadaan dua pesawat tempur baru tersebut dari hasil Rapim TNI AU yang dilaksanakan pada beberapa waktu lalu (18/2). Dimana KASAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo mengatakan mulai tahun ini hingga 2024, TNI AU akan segera merealisasikan pengadaan Alutsista modern secara bertahap yaitu pembelian Dassault Rafale dan F-15EX. TNI AU juga akan mengakuisisi Radar GCI4, pesawat berkemampuan Airborne Early Warning, pesawat tanker, pesawat angkut Hercules, pesawat UCAV berkemampuan MALE dan sejumlah Alutsista modern lainnya.

Editor : Devina | Foto : Ist