Infokomando - Semua orang pasti mengenal siapa Pangeran Dipenogoro dan Bung Tomo sebagai pahlawan Indonesia. Namun, tidak semua orang tahu siapa itu Bura?
Namanya begitu asing dan tidak banyak diceritakan dibuku-buku sejarah. Meski tidak tercatat sebagai pahlawan nasional, sosok Bura dikenal sebagai pahlawan asal Jember Jawa Timur yang sakti mandraguna karena telah berhasil membuat pasukan Belanda kalang kabut untuk menduduki Jember saat Agresi Belanda I dan II.
Dia dikenal sebagai seseorang yang kebal akan senjata tajam, mulai dari golok maupun peluru tidak akan menembus badannya. Bura juga dikenal jago dalam bela diri, ia bahkan mampu mengalahkan beberapa orang sendirian dengan bermodalkan tangan kosong dan celurit.
Karena kesaktiannya yang tak bisa dikalahkan dengan senjata apapun, menyulut keberanian rakyat Jember untuk bergabung bersama Bura melawan Belanda. Melihat pengaruh Bura yang sangat besar tentunya Belanda sangat waswas dan dengan segala cara ingin menangkap dan membunuh Bura.
 |
Pasukan Belanda saat Agresi II |
Jadi salah satu orang paling dicari di Jember
Kehebatan dan kemampuan sosok Bura rupanya bikin Belanda benar-benar gedeg dan dendam padanya. Bulan Juli 1947, saat Agresi Belanda yang ke II. Belanda berhasil masuk ke Jember Utara. Nah salah satu orang yang paling dicari Belanda dalam upaya penjajahannya yang kedua itu adalah sosok Bura.
Bagaimana tidak, dengan kesaktian dan pengaruhnya yang luar biasa, segala upaya dari Belanda untuk menduduki Jember tidak pernah berjalan mulus bahkan sering mengalami kegagalan. Oleh sebab itu dengan segala cara Belanda terus berupaya untuk melenyapkan Bura termasuk dengan menggunakan siasat paling licik sekalipun.
Siasat busuk Belanda untuk melenyapkan Bura
Frustasi dan kehabisan akal untuk menangkap Bura, akhirnya Belanda melakukan siasat licik. Mereka lalu menyandera ibu Bura dan diminta untuk mengungkapkan kelemahan dari sosok pahlawan tangguh itu agar dapat dibinasakan. Tidak sampai di situ, bahkan Belanda juga menyewa beberapa orang pribumi untuk dijadikan mata-mata lalu mendekat pada Bura dan akhirnya menghianatinya demi uang.
Lantaran tidak punya pilihan lain, akhirnya Bura memilih untuk menyerahkan diri dan mengungkapkan kelemahannya agar ibunya bisa selamat. Pasukan Belanda yang saat itu dipimpin Sergeant Majoor P. Sapteno dari Detasemen Mayang sangat senang karena berhasil menangkap Bura. Dia lalu mengaraknya keliling Kecamatan Kalisat hingga kembali ke Desa Jatian. Belanda sengaja mengarak Bura agar tidak ada yang berani mengikuti jejak Bura melawan Belanda. Selesai diarak, Bura lalu dibakar hidup-hidup di pinggir sungai Jatian hingga jasadnya hangus menjadi abu.
Bura gugur tercatat pada tanggal 26 Maret 1948. Gugurnya Bura sebagai kusuma bangsa tidak menyurutkan semangat perlawanan teman-teman Bura yang tergabung dalam laskar rakyat. Mereka terus berjuang hingga berhasil membebaskan Jember dari cengkraman Belanda bersama pejuang lainnya.
Wasiat Bura bukti kalau ia adalah seorang pahlawan sejati
Sebelum menyerahkan diri kepada Belanda, Bura sempat memberikan wasiat pada keturunannya. Ia berpesan agar anak cucunya tidak ada yang meminta hak ‘gelar pahlawan’ pada pemerintah. Bura ingin perjuangannya murni dianggap sebagai ibadah kepada Allah SWT tanpa meminta imbalan sedikitpun kepada pemerintah. Baginya hidup mati dan rizki sudah ada yang mengatur.
 |
Moelijan ini saksi hidup dan orang terakhir yang tahu perjuangan Bura |
Namun demikian, penduduk setempat yang tahu perjuangan besar Bura akhirnya membangun sebuah monumen tugu sebagai penghargaan sekaligus tempat untuk mendoakannya. Tugu itu sendiri dibangun di tempat ia dibakar hidup-hidup. Setiap hari pahlawan, biasanya banyak warga setempat yang datang ke sana untuk mendoakan sosok pahlawan Bura.
Bura menjadi simbol pahlawan sejati di negeri ini. Tak mengharapkan imbalan apapun, hanya ridha Allah semata dan rasa cinta kepada tanah air.
Editor : Devina | Foto : Ist