Showing posts with label Teknologi Alutsista. Show all posts
Showing posts with label Teknologi Alutsista. Show all posts
Pengalaman Masuk Kapal Selam KRI Nanggala-402: Hati-hati Kepala Anda!

Pengalaman Masuk Kapal Selam KRI Nanggala-402: Hati-hati Kepala Anda!


Infokomando - Suasana sore itu cukup cerah. Lambok E.M. Hutabarat, seorang desainer grafis di Jakarta, masih ingat betul benda yang ia lihat dan kemudian ia naiki di pelabuhan Tanjung Priok sore itu. Benda besar itu adalah kapal selam KRI Nanggala-402.

Banyak orang pernah naik kapal laut. Namun, tidak banyak yang pernah naik kapal selam. Apalagi, kapal selam militer.

Sebagai warga sipil pencinta alat-alat militer, Lambok cukup beruntung bisa berkesempatan naik dan masuk ke dalam KRI Nanggala-402. Waktu itu ia bersama beberapa orang lainnya—berjumlah tak sampai total jari dua tangan—dari kelompok Angkasa Readers Community dan orang-orang lain non-komunitas dekat dengan komandan kapal selam tersebut. Mereka dipersilakan masuk ke dalam kapal yang sedang bersandar di pelabuhan itu.

"Waktu itu tanggal 8 Desember 2014, jadi udah lama banget. Di Tanjung Priok kan ada markas Kolinlamil, Komando Lintas Laut Militer yang bagian barat," tutur Lambok kepada National Geographic Indonesia, Kamis, 22 April 2021.

Pintu masuk kapal selam

Lambok masuk ke dalam kapal selam itu dan kemudian masuk ke banyak ruangan di dalamnya, meski tidak ke semua ruangan. "Begitu masuk dari palkanya, ruangan di bawah itu, kemudian ke ruangan torpedo, kemudian ke kamar-kamar. Sempet ke dapur juga. Ada juga ke ruang briefing terus ke ruang periskop. Yang lama sih berada di ruang perisko itu karena itu ruang komandonya," ujar Lambok mengenang kembali pengalamannya.

Menurut Lambok, setidaknya ada dua pintu masuk atau lubang masuk di kapal selam tersebut. Pertama, lubang masuk di atas anjungan yang menjulang tinggi. Kedua, lubang masuk di sisi anjungan yang langsung mengarah ke lorong lantai 1 atau Lombok menyebutnya sebagai lantai dasar. Ada dua tingkat lorong di dalamnya, yakni lantai dasar dan lantai basement, begitu sebutan Lambok untuk memudahkan perincian.

"Di situ secara keseluruhan sempit sekali. Karena memang kapalnya juga kecil ya. Tidak ada batasan tinggi pelaut yang masuk kapal itu, tapi disarankan yang tidak terlalu tinggi, kata komandannya, agar tidak selalu kepentok-pentok kepalanya," ucap Lambok.

Bagian mesin kapal selam

Kapal selam KRI Nanggala-402 merupakan kapal tua buatan pabrik Jerman tahun 1981. Kapal tipe U-209/1300 ini hanya memiliki lebar 6,3 meter dan tinggi 5,5 meter. Tinggi itu di luar bagian anjungannya, yang tingginya kira-kira 5 meter juga.

Adapun panjang kapal ini, yang terbagi menjadi banyak ruangan di lorong dasar dan lorong basement-nya, adalah sekitar 59,5 meter. Di bagian paling belakang adalah ruang mesin, sedangkan paling depan adalah ruang torpedo dan sonar.

Secara umum, ruangan-ruangan yang ada di dalam kapal seberat 1.395 ton itu memang sempit. "Dapur memang sempit, ruang makan yang jadi satu dengan ruang briefing juga sempit, dan hanya komandan atau kelasi-kelasi atas saja yang bisa makan di situ," tutur Lambok.

Sewaktu masuk ke sana, ia juga melihat ada tempat-tempat tidur kelasi bawah yang ditaruh di antara tabung-tabung berisi torpedo. "Tapi kalau misalkan, battle stations, siaga satu, itu bersih semua—ruang torpedo dari tempat tidur."

Meski semua ruangan atau kompartemen di dalam kapal selam itu terkesan sempit, Lambok mengatakan bahwa suasana di dalamnya cukup nyaman. "Cukup dingin, kayak ada AC. Adem lah. Nggak pengap," katanya.

Pencahayaan yang dipakai di dalam adalah lampu berwarna putih. "Gua tadinya ngebayangi masuk ke dalam bakal gelap. Tapi ternyata pencahayaannya sangat cukup, kayak di dalam kantor," tutur Lambok yang dulu pernah bekerja sebagai Art Director National Geographic Indonesia.

Bagian dalam KRI Nanggala 402

Lambok memperingatkan bahwa saat berjalan di dalam lorong kapal selam seperti itu, kita harus hati-hati, terutama saat masuk dari satu rungan ke ruangan yang lain "Jadi antarkompartemen itu ada pintu agak oval dan itu memang kecil. Kita harus menunduk dan menangkat kaki agak tinggi. Seperti di film-film lah persis."

Pintu-pintu antarkompartemen atau antarkabin itu berfungsi juga sebagai pintu penyekat. Kalau salah satu ruang kabin bocor, pintu itu berfungsi sebagai pelindung agar air bocorannya tak merembet ke kabin lain.

Semua ruang kabin di dalam kapal selam itu sebenarnya cukup luang, meski sempit. Namun, kondisi berbeda saat Lambok masuk ke dalam ruang komando. Di ruang itu, kepala Lambok yang memiliki tinggi badan hanya sekitar 165 sentimeter pun jadi rawan terbentur.

"Karena di ruang komando ada yang menonjol-menonjol ke luar, semacam tuas gitu. Kalau mau jalan tuh harus miring kiri-kanan karena tiba-tiba ada tuas, interkom, atau lampu yang menonjol."

Saat Lambok masuk ke dalam KRI Nanggala-402, kapal itu terlihat sangat bersih "karena waktu itu kapalnya baru refurbished dari Belanda," ujarnya. "Jadi masih enak, di dalam nggak ada minyak, masih bersih. Semua jarum-jarum indikator penunjuk itu masih bersih, bagus."

Bagian luar KRI Nanggala 402

"Dan ketika di sana memang ada beberapa panel instrumen yang ditutup. Karena memang ada layar, ada papan keyboard, pokoknya papan instrumen yang ditutup pake selubung. Jadi kayaknya baru dipasang."

Salah satu cerita paling menarik dari para pelaut yang Lambok temui di kapal itu adalah mereka sebenarnya membawa ponsel pribadi masing-masing. Mereka kadang masih bisa berkomunikasi dengan kerabat seberang laut. "Tapi kan kalau udah masuk ke laut nggak dapat sinyal kan. Jadi kadang mereka senang kalau di tengah perjalanan kapal selam harus timbul ke permukaan laut sebentar. Nah mereka langsung membuka palka yang ada di anjungan paling tinggi itu agar dapat sinyal."

Para pelaut itu biasanya menaruh ponsel mereka di dalam plastik yang digantung di anak-anak tangga menuju lorong masuk di atas anjungan kapal tersebut. "Jadi semua orang punya kantung-kantung sendiri. Kalau dibuka palkanya, langsung dapat sinyal. Dan cuma di situ yang bisa masuk sinyal. Kalau udah di ruang kompartemen di bawah itu udah enggak dapat."

Lambok tidak tahu apakah ada di antara pelaut yang ia temui kala itu, kini masih bertugas sebagai awak kapal selam KRI Nanggala-402 yang hilang kontak di perairan Bali. Meski sampai saat ini tidak ada yang tahu bagaimana keadaan 53 awaknya, bagaimanapun, semoga mereka dalam kondisi yang baik.

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : Nationalgeographic.co.id
Alutsista TNI Banyak yang Sudah Tua, Menhan: Sudah Saatnya Harus Diremajakan

Alutsista TNI Banyak yang Sudah Tua, Menhan: Sudah Saatnya Harus Diremajakan


Infokomando
- Bukan sebuah rahasia lagi jika sebagian alat utama sistem persenjataan (Alutsista) TNI sudah tua dan sebagian tidak layak pakai sehingga perlu adanya modernisasi.

Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto menyebut sudah saatnya alutsista TNI mulai diremajakan kembali dengan yang baru.

"Seperti diketahui banyak alutsista kita sudah tua, sudah (waktunya) harus diganti," tutur Menhan, Rabu, (2/6/2021), di Senayan, Jakarta.
 
Prabowo juga menuturkan Indonesia harus siap menghadapi segala potensi ancaman yang bisa saja datang sewaktu-waktu. 

Tank AMX-13 yang diproduksi tahun 1953

"Harus siap menghadapi dinamika lingkungan strategis yang berkembang pesat," tegas Prabowo.

Menhan juga menjelaskan langkah yang diambil dalam meremajakan Alutsista sesuai dengan rancangan Perpres Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan (Alpalhankam) telah ia kemukakan ke Komisi I DPR dalam rapat tertutup.

"Banyak pertanyaan, isu-isu di luar dan sebagainya saya jelasnya satu persatu," ungkapnya.

Prabowo juga menambahkan dirinya juga telah menyampaikan rencana modernisasi Alutsista pada Menter Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) sekaligus Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa.


Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : Medcom.id
Iran Pamerkan Sistem Rudal Permukaan ke Udara Jarak Pendek Terbarunya

Iran Pamerkan Sistem Rudal Permukaan ke Udara Jarak Pendek Terbarunya


Infokomando
- Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran telah memperkenalkan sistem pertahanan udara jarak pendek terbarunya yakni rudal permukaan-ke-udara (SAM) yang diberi nama Khordad 3 pada 21 Mei lalu.

Melihat dari segi tampilan kendaraan pengusungnya, SAM Khordad 3 Iran disebut masih ada hubungan dengan Buk Series buatan Rusia. SAM Khordad 3 dilaunching pada 2014 dan diklaim pernah menembak jatuh pesawat udara tak berawak RQ-4A Global Hawk milik Angkatan Laut AS yang terbang 22.000 kaki di atas Teluk Oman pada 20 Juni 2019 lalu dari jarak 70 km.

RQ-4A Global Hawk

Tapi kali ini Iran memamerkan Sistem SAM Khordad 3 dengan tampilan baru dimana unit peluncur dan radar transporter erector (TELAR) yang terpasang sudah mendapat perombakan. SAM Khordad 3 varian baru dilengkapi dua pods peluncur dengan masing-masing dapat diisi empat rudal.

"Ia mampu menembakkan rudal jarak pendeknya yang canggih dan mengcounter semua ancaman seperti rudal jelajah, drone, helikopter, dan bom yang dijatuhkan dari pesawat," kata Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh, komandan Pasukan Dirgantara IRGC.

IRGC merilis rekaman yang menunjukkan adanya pengujian sistem dan komandan senior IRGC diperlihatkan sedang melakukan pemeriksaan di sebuah fasilitas pembuatan rudal, dimana hal itu membuktikan Iran telah siap melakukan produksi massal.

Ayatollah Ali Khamenei melihat Khordad 3

Kantor Berita Tasnim melaporkan bahwa beberapa rudal yang terlihat di fasilitas tersebut tertulis 'command guidence' di atasnya dalam bahasa Persia, yang mengindikasikan bahwa rudal-rudal tersebut tidak memiliki radar yang dapat mencari sasarannya sendiri akan tetapi diarahkan ke sasaran langsung oleh TELAR.

Pada bagian hidung kerucutnya pun tidak transparan layaknya rudal berpemandu dengan frekuensi radio yang dibutuhkan oleh radar pencari. Mereka juga memiliki empat kabel yang dapat menjadi antena untuk digunakan menerima perintah panduan dari TELAR.

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : Janes.com
Turki Sukses Uji Coba Penembakan Rudal Dari Kapal Permukaan Tanpa Awak Buatannya

Turki Sukses Uji Coba Penembakan Rudal Dari Kapal Permukaan Tanpa Awak Buatannya


Infokomando - Kapal perang permukaan tanpa awak (Armed Unmanned Marine Vehicle) Turki, ULAQ, berhasil melakukan uji coba penembakan rudal kapal permukaan untuk pertama kalinya ke sasaran darat..

ULAQ, sukses menghancurkan target darat dengan akurasi tepat dalam penembakan pertama yang dilakukan sebagai bagian dari latihan angkatan laut Denizkurdu 2021 dilaut Mediterania Timur dan Laut Aegea, Turki, Jumat (28/5/2021).

Kementerian Pertahanan Turki mengumumkan melalui Twitter, ULAQ berhasil meluncurkan rudal andalannya CIRIT yang memiliki jangkauan sejauh 8 kilometer.

Platform tak berawak itu awalnya diluncurkan dan melalui serangkaian uji coba sea trial pada Januari lalu. Untuk saat ini memang masih sebatas prototipe, dan belum diproduksi dalam jumlah masif. Namun demikian, senjata ini adalah yang pertama dimiliki oleh militer Turki. 

Kapal permukaan tanpa awak ULAQ Turki

Kapal tanpa awak ini dalam operasionalnya nanti akan dikendalikan dari stasiun pengendali yang ada di pantai dan saat ini stasiun pengendalinya telah rampung dibangun. Untuk pengiriman dan produksi massal ULAQ sendiri akan dimulai pada minggu-minggu berikutnya.

Kapal permukaan tanpa awak dengan berbagai misi
ULAQ adalah nama keluarga produk Unmanned Surface Vehicle (USV) yang dikembangkan oleh aliansi kuat ARES Shipyard dan Meteksan Defense System.

ULAQ memiliki pod dengan empat rudal CIRIT yang dipandu laser, dan dua peluncur rudal anti-tank jarak jauh (L-UMTAS) yang dipandu laser, keduanya dikembangkan oleh perusahaan pertahanan Turki terkemuka lainnya, Roketsan.


Hebatnya lagi, kapal perang tanpa awak ini juga dilengkapi perangkat elektronik yang memungkinkannya untuk menangkal serangan jamming yang dapat mengganggu sinyal GPSnya.

Kendaraan tempur ini diklaim bakal berfungsi secara maksimal untuk berbagai misi seperti peperangan asimetris, pengawalan bersenjata, pengintaian hingga operasi intelijen.

ULAQ adalah tipe kapal perang kelas medium. Meskipun tak berawak dan dikendalikan dari pusat komando, kapal perang ini didesain mampu menjelajahi lautan sejauh 400 kilometer dengan kecepatan maksimal 35 knot (65 kilometer per jam). Dibawah ini adalah spesifikasi kapal tanpa awak Turki ULAQ.

 Spesifikasi:
 Panjang: 11 meter
 Kecepatan: 35 knot
 Jarak tempuh: 215 Nautical Miles
 Persenjataan: rudal 4 x CIRIT dan 2xUMTAS
 Stasiun kontrol: Dapat dikontrol dari stasiun darat dan laut

Editor : Devina | Foto : Ist 
Inilah Kemampuan Dan Peran Satuan Armed Roket MLRS Astros Yang Dimiliki TNI AD

Inilah Kemampuan Dan Peran Satuan Armed Roket MLRS Astros Yang Dimiliki TNI AD


Infokomando - Dengan adanya modernisasi alutsista Artileri Medan (Armed) dan secara interoperabilitas dihadapkan pada perubahan taktik bertempur infanteri serta perkuatan lainnya dan perkembangan alutsista kecabangan TNI AD termasuk matra lainnya, doktrin taktik bertempur Armed TNI AD juga akan mengalami perubahan menyesuaikan dengan jenis alutsista yang dimilikinya serta pengaruhnya terhadap kecabangan lain.

Contoh dengan adanya peningkatan kemampuan dan jarak capai (range of fire) alutsista Armed Roket yang dapat mencapai sasaran sejauh 85 Km, satuan Armed yang selama ini ditempatkan sebagai unsur bantuan tembakan (bantem) dalam daya tempur yang seolah-olah terkekang pada tupoksi membantu satuan manuver seperti infanteri dengan memberikan bantuan tembakan, sekarang memungkinkan dilaksanakannya Artillery Strike secara mandiri untuk menghancurkan sasaran strategis maupun sasaran taktis musuh. 

Contoh lain perubahan yang dapat terjadi di dalam doktrin Armed adalah perbandingan jumlah bantuan Armed ideal bagi satu Brigif yaitu satu Batrai Armed. Tetapi dengan kemampuan Roket ASTROS yang memiliki jarak capai ± 80 Km (jarak 300 Km dalam tahap pengembangan) dan dengan daya hancur ± 52 hektar serta mobilitas yang tinggi, maka satuan Armed Roket ASTROS dapat memberikan tembakan cukup dengan satu pucuk saja, dengan catatan jarak capai dan sistem komunikasi yang dimiliki masih dapat terjangkau oleh unit Pengendali Tembakan.

Teknisi Avibras terlibat uji penembakan MLRS Astros

Saat ini satuan Armed Roket ASTROS yang ada di Indonesia adalah Yonarmed-10/Kostrad dan Yonarmed-1/Kostrad yang kedudukannya langsung berada di bawah kendali Danmenarmed Kostrad. Sebagai perbandingan, pada doktrin negara-negara lain yang telah terlebih dahulu menggunakan senjata jenis Multiple Launch Rocket System (MLRS) ini, maka satuan dengan alutsista MLRS yang merupakan sarana bantuan tembakan (Bantem) strategis dan berkedudukan langsung di bawah Panglima Divisi.

Yonarmed Roket memiliki tugas pokok menyelenggarakan bantuan tembakan utama di darat dalam rangka mendukung tugas pokok satuan yang dibantu. Dengan kemampuan yang dimiliki Roket Astros dalam memberikan bantuan tembakan yang cukup besar dan cepat dengan efek kehancuran yang luas maka Yonarmed Roket dapat mendukung beberapa operasi yang ada seperti pada Operasi Linud ataupun Operasi Pertahanan Pantai. 

Dalam beberapa operasi tempur lainnya, penggunaan MLRS Roket Astros juga sangat memungkinkan dan bersifat fleksibel, hal ini dikarenakan dalam penggunaannya Roket Astros dapat diatur sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan dan efek kehancuran yang ingin dicapai. Kemampuan ini dimiliki karena peluncur MLRS Astros bersifat multi kaliber dengan varian jenis roket: saturasi dan non saturasi, kaliber besar maupun kaliber kecil (SS 09 TS, SS30, SS40, SS60 dan SS80).

Pemasangan tabung peluncur roket Astros

Keberadaan MLRS Astros telah menempatkan Satuan Artileri Medan TNI-AD memiliki dua peran penting di dalam pelaksanaan tugasnya. Pertama, sebagai Sarana bantuan tembakan atau Bantem utama di darat dengan kemampuan membantu satuan manuver yang dibantu dengan tembakan secara tepat dan teliti, memberikan tembakan lawan baterai sejauh jarak capai, dapat memberikan kedalaman pertempuran, mencari dan menemukan kedudukan musuh/sasaran baterai lawan dan memberikan efek tangkal (deterrent effect) serta Perang Urat Syaraf terhadap musuh. Kedua, sebagai pelaksana serangan artileri (Artillery Strike) secara mandiri.

Kemampuan alutsista ASTROS (Armed Roket) yang dimiliki TNI AD saat ini dan masa depan dengan kemampuan yang lebih modern memungkinkan peningkatan kemampuan Armed dalam melaksanakan Artillery Strike secara mandiri untuk menghancurkan sasaran strategis dan sasaran taktis. Satuan Armed Roket dalam pelaksanaan tugasnya tidak bersifat menduduki, menguasai ataupun mempertahankan suatu wilayah tertentu namun lebih cenderung untuk melaksanakan penghancuran seperti instalasi, melumpuhkan atau menetralisir sasaran-sasaran yang memiliki kepentingan strategis.

Sebagai contoh, MLRS ASTROS yang memiliki jarak capai sampai dengan 7x lipat dari meriam 105 mm dan memiliki daya hancur yang juga berkali lipat dari meriam-meriam yang dimiliki oleh TNI AD tentunya tidak diharapkan hanya untuk menembaki atau menyasar “musuh-musuh kecil” seperti satu peleton infanteri musuh diperkuat mortir 80, tetapi juga memberikan bantuan tembakan untuk menghancurkan sasaran-sasaran yang bernilai taktis dan strategis.

Artillery Strike merupakan suatu bentuk serangan roket yang sangat menentukan dalam pertempuran, dimana terjadi pengerahan kekuatan Armed Roket yang besar untuk menghancurkan musuh atau instalasi dengan mengoptimalkan kemampuan jarak capai yang jauh dan daya hancur yang luas, ketika pasukan sendiri masih berada di jarak yang aman/belum terlibat operasi secara keseluruhan, sehingga dapat memberikan keuntungan bagi pasukan sendiri dan operasi selanjutnya.

MLRS Astros menjalani uji penembakan

Satuan Armed Roket dapat melaksanakan tugas atau diberikan tugas secara mandiri terlepas dari tugas pokoknya sebagai unsur bantuan tembakan kepada satuan yang dibantu dan mampu memberikan daya kejut serta daya hancur melalui tembakan-tembakan artileri yang terencana terhadap kedudukan senjata pertahanan udara, pos komando, senjata artileri musuh maupun sasaran strategis lainnya yang dapat mempengaruhi perbandingan daya tempur dan pertempuran selanjutnya. Dalam kondisi tertentu perlu adanya perkuatan dari satuan kecabangan lain untuk memberikan perlindungan terhadap satuan Armed yang akan melaksanakan tugas sebagai pelaksana Artillery Strike, sehingga kemenangan dalam pertempuran dapat tercapai dalam waktu yang lebih singkat dengan kerugian tempur seminimal mungkin.

Pada saat satuan Armed Roket sedang melaksanakan Artillery Strike, satuan pendukung seperti Infanteri dan Kavaleri ditempatkan di sekitar satuan Armed Roket untuk memberikan perlindungan dan melaksanakan pertempuran jarak dekat jika terjadi hambatan atau gangguan musuh. Satuan Arhanud harus ikut ditempatkan untuk memberikan perlindungan atau payung udara terhadap satuan Armed Roket jika terjadi serangan udara musuh, sedangkan satuan Penerbad juga dapat disiapkan untuk membantu Peninjau Depan dan Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) yang dapat difungsikan untuk mengkonfirmasi dampak kehancuran sasaran.

Radar pengendali penembakan Astros

Penugasan Satuan Armed Roket sebagai pelaksana Artillery Strike dilaksanakan atas perintah Panglima atau Komandan tertinggi (minimal pada tingkat Divisi/Kogab/Kogasgab) yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan operasi secara keseluruhan.

Satuan Armed Roket TNI AD saat ini diharapkan dapat mengoptimalkan tugas dalam memenuhi kebutuhan taktis untuk mendukung satuan manuver secara optimal diantaranya seperti pertempuran terbatas (limited war) yang biasa terjadi di pemukiman dan daerah perkotaan (urban) serta dalam pertempuran menghadapi insurjen. Dihadapkan dalam situasi pertempuran yang seperti itu dan berbagai aturan tentang HAM serta collateral damage dalam perang maka satuan Armed Roket yang dalam pengendaliannya tetap berada di bawah Panglima/Dan tertinggi dapat dipecah ke dalam hubungan yang lebih kecil.

Dalam operasi serangan di daerah pemukiman atau bangunan tersebut maka untuk dapat memberikan tembakan yang maksimal satuan Armed Roket dipecah menjadi Seksi yang dalam penembakannya menggunakan roket-roket non saturasi (pin point accuracy). Tugas-tugas penembakan yang dapat diberikan kepada satuan Armed Roket diantaranya adalah menghancurkan markas musuh yang diperkuat dengan senjata bantuan ataupun membumihanguskan wilayah musuh yang sudah disterilkan terlebih dahulu dari penduduk sipil oleh satuan manuver sekaligus menutup jalan-jalan pelolosan musuh.

Satuan Astros Yonarmed 1/Roket Kostrad

Satuan Armed Roket yang dimodernisasi diantaranya dilengkapi dengan radar yang dapat mendeteksi keberadaan ataupun mengetahui posisi musuh sehingga dapat direncanakan terlebih dahulu untuk sasaran-sasaran yang perlu ditembaki terutama yang memiliki nilai strategis. Satuan Armed Roket dapat menitikberatkan tembakannya pada jalan-jalan di daerah terbuka atau di daerah yang bangunannya tidak permanen, sehingga hal itu dapat mengurangi terjadinya collateral damage.

Beberapa asumsi tentang kerusakan non-tempur (collateral damage) yang dapat ditimbulkan oleh Bantem Armed terkadang sering menghalangi keterlibatan Armed dalam pertempuran di daerah perkotaan atau pemukiman (urban). Sehingga hal ini akhirnya menempatkan satuan Armed hanya sebagai pemberi tembakan penutup dalam pertempuran. Padahal dengan adanya kemampuan alutsista Armed yang modern saat ini, dengan kemampuan hit precision secara akurat maka akan mampu meminimalisir korban non tempur/sipil maupun pasukan kawan.

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : Dispenad
Israel Dilindungi Sistem Hanud Iron Dome, Indonesia Dijaga Oleh NASAMS

Israel Dilindungi Sistem Hanud Iron Dome, Indonesia Dijaga Oleh NASAMS


Infokomando - Sistem pertahanan rudal Iron Dome buatan Israel jadi buah bibir dunia setelah diklaim berhasil mencegat 90 persen dari 4.000 lebih roket Gaza yang ditembakkan ke wilayah Israel. 

Dikutip dari DW, satu rudal pencegat dilaporkan memiliki harga sekitar 80 ribu dollar AS atau setara Rp 1,14 miliar. Meski bukan barang murah, bagi Israel keamanan warganya adalah prioritas utama.

Bicara soal sistem pertahanan udara, militer Indonesia juga memiliki sistem pertahanan rudal yang tak kalah canggih bernama National Advanced Surface to Air Missile System 2 (NASAMS 2).

Menurut laporan Asia Pacific Defense Journal, Indonesia telah menerima sistem pertahanan rudal NASAMS 2, yang dipesannya dari Kongsberg Group Norwegia pada tahun 2017.

NASAMS TNI AU di Teluk Naga, Tangerang

Foto-foto yang muncul dari halaman situs pertahanan Indonesia menunjukkan sejumlah peluncur rudal NASAMS 2 milik Tentara Nasional Indonesia (TNI), ditempatkan di Teluk Naga, Tangerang untuk memayungi ruang udara Ibu Kota.

Baterai pertama yang sudah ada diharapkan dapat menjaga fasilitas pemerintah yang bernilai tinggi, termasuk Istana Negara, dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Hal itu dikarenakan tiap peluncur NASAMS dapat digelar sejauh 25 km dari stasiun kontrol.

Kementerian Pertahanan Indonesia memesan dua baterai sistem pertahanan (Sista) NASAMS dari Kongsberg Group senilai USD 77 juta.

NASAMS dapat digelar secara mobile

Sistem ini menggunakan rudal pertahanan udara jarak menengah Raytheon AIM-120 AMRAAM, serupa dengan yang digunakan pesawat tempur milik TNI Angkatan Udara (TNI-AU). Karena dapat diangkut menggunakan truk, NASAMS dapat digelar secara mobile bahkan diangkut menggunakan pesawat C-130 Hercules.

Ini adalah sistem pertahanan udara berbasis darat milik TNI yang paling andal, dan mampu menjaga ruang udara Ibu Kota hingga 60 sd 70 kilometer.

NASAMS dioperasikan oleh TNI AU untuk menggantikan rudal SA2 "Devine" buatan Soviet yang sudah dinonaktifkan pada 1980an.

NASAM merupakan sistem peluru kendali darat ke udara. Memiliki kemampuan mengeliminasi sasaran di udara seperti rudal jelajah, rudal udara-darat, jet tempur, pesawat pengebom, pesawat tanpa awak, dan helikopter.

Rudal AIM-120C-7 AMRAAM

Salah satu kemampuan NASAMS yang membuat TNI AU tertarik adalah peluncurnya yang dapat diisi dengan stok rudal AMRAAM maupun Sidewinder yang dimiliki pesawat tempur TNI AU.

Satu satuan rudal atau “baterai” (missile battery) NASAMS terdiri dari beberapa subsistem, yaitu 6 – 8 unit launcher/peluncur rudal yang masing-masing berkapasitas enam pucuk rudal.

Editor : Devina | Foto : Ist 
Perusahaan Asal Amerika Allison Mengumumkan Keterlibatannya Dalam Proyek Pengembangan Tank Medium Indonesia

Perusahaan Asal Amerika Allison Mengumumkan Keterlibatannya Dalam Proyek Pengembangan Tank Medium Indonesia


Infokomando - Perusahaan Amerika Serikat Allison Transmission telah mengonfirmasi keikutsertaannya dalam program Indonesia untuk membangun Tank kelas Medium yang akan digunakan oleh Angkatan Bersenjata Indonesia (TNI-AD).

Pada 18 Mei lalu, Allison Transmission mengatakan bahwa pihaknya baru-baru ini telah berkolaborasi dengan kontraktor utama lainnya dalam program pengembangan Tank Medium Harimau Hitam guna mengintegrasikan “cross-drive transmission technology” ke dalam tank yang berbobot 30 ton.

cross-drive transmission technology buatan Allison

Transmisi tersebut, diklaim dapat memberikan kemampuan sebagai penggerak, kemudi dan pengereman. Selain itu juga dapat diproduksi di bawah lisensi Caterpillar Defense di Inggris.

"Baru-baru ini Allison Transmission telah bekerja sama dengan Caterpillar Defense, (perusahaan Turki) FNSS, dan PT Pindad (Indonesia) untuk menyediakan Tank Medium baru untuk kebutuhan Angkatan Bersenjata Indonesia yang dikenal sebagai Harimau Hitam," menurut siaran pers.

Tank medium harimau hitam

Kerja sama ini menyusul kesepakatan antara PT Pindad dan FNSS - perusahaan patungan antara Nurol Holding Turki dan BAE Systems - pada Februari 2019 untuk memulai produksi 18 tank awal. Beberapa dari tank ini diharapkan dapat dibangun di Turki sedangkan sisanya oleh PT Pindad di Bandung.

Tank medium ini ditenagai mesin diesel Caterpillar C13 dan dilengkapi dengan two-man turret buatan John Cockerill Defense C3105 yang dapat membawa meriam Cockerill 105 high-pressure (HP) sebagai senjata utama.

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : Janes.com/TSM