Showing posts with label Teknologi Alutsista. Show all posts
Showing posts with label Teknologi Alutsista. Show all posts
Teknologi ENVG-B Militer AS Dirancang Untuk Membuat Musuh Tak Bisa Bersembunyi Dalam Gelap

Teknologi ENVG-B Militer AS Dirancang Untuk Membuat Musuh Tak Bisa Bersembunyi Dalam Gelap


Infokomando - Militer Amerika Serikat menampilkan rekaman gambar yang diambil dengan teknologi penglihatan malam (Night Vision Goggles) terbaru, dan ini merupakan peningkatan besar pada teknologi night vision yang sebelumnya menampilkan visual warna hijau buram.

Di dunia militer, NVG digunakan sebagai perangkat bantu untuk melihat lingkungan sekitar dalam keadaan gelap dan kurang cahaya. Namun sayangnya, NVG dengan tampilan warna hijau pada jarak tertentu tidak bisa membedakan objek dengan lingkungan. 

Tampilan visual menggunakan NVG biasa

Untuk mendukung mobilisasi pasukan, terutama pada malam hari. Militer AS melengkapi prajuritnya dengan perangkat canggih buatan L3Harris Technology bernama Enhanced Night Vision Goggle-Binoculars (ENVG-B).

Dilansir dari laman resminya, pengembangan perangkat ini menyesuaikan kebutuhan militer yang ingin meningkatkan keamanan personil saat melakukan operasi malam hari. Sedangkan saat ini pengguna terbesar ENVG-B adalah militer AS.

ENVG-B dipilih oleh militer AS karena dianggap memiliki kinerja lebih baik ketimbang NVG biasa. Hal ini dapat dilihat pada tayangan video yang ditunjukkan dalam latihan mereka dimana ENVG-B dapat memberikan tampilan vidual lebih jelas kepada operator berupa garis terang seperti cahaya yang memisahkan antara orang, objek dan lingkungan sekitar.

Tampilan visual menggunakan ENVG-B

Teknologi penglihatan malam pertama kali ditemukan pada tahun 1930-an saat perang dunia 2 untuk membantu pasukan dapat melihat dalam gelap. Teknologi tersebut kemudian terus dikembangkan dengan berbagai kemampuan sampai saat ini.

Perlu diketahui, cara kerja perangkat night vision adalah dengan menyerap cahaya sekitar lalu diteruskannya melalui photocathode yaitu perangkat yang mengubah foton (cahaya) menjadi elektron. Elektron tersebut kemudian menabrak tabung yang dilapisi zat fluoresen fosfor, lalu menciptakan sebuah gambar atau citra.

Sedangkan teknologi ENVG-B terbaru menggunakan tabung fosfor putih, yang menurut Pusat Dukungan Akuisisi Angkatan Darat menawarkan kontras yang lebih baik. Hasilnya adalah bidang visual yang dengan jelas menguraikan atau memisahkan orang, peralatan, dan senjata termasuk latar belakang.

Editor : Devina | Foto : Ist
Drone Elang Hitam Akan Dipersenjatai, Tahun Depan Siap Produksi Massal

Drone Elang Hitam Akan Dipersenjatai, Tahun Depan Siap Produksi Massal


Infokomando - Rakyat Indonesia patut berbangga karena dalam waktu dekat drone buatan dalam negeri jenis Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) yang dilengkapi persenjataan ditargetkan akan rampung tahun ini. 

Dikutip dari Antara, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah berhasil membuat drone berbagai versi untuk memenuhi kebutuhan militer dalam rangka menjaga kedaulatan negara dari berbagai ancaman.

BPPT sudah melakukan pengembangan drone jenis PUNA untuk dibuat lebih efektif dan mutakhir dimana sistem yang ditanam menggunakan teknologi terbaru. 

PUNA yang dikembangkan BPPT ini berbeda dari drone kecil lainnya yang banyak dijual dipasaran, melainkan pesawat tanpa awak berukuran besar yang dibangun khusus untuk kepentingan survilance dan pertahanan negara.

Elang Hitam saat dipamerkan

Kepala BPPT, Hammam Riza menyampaikan bahwa BPPT melakukan perekayasaan PUNA jenis taktikal guna memenuhi kebutuhan  nasional khususnya untuk lingkungan TNI.

BPPT menargetkan Indonesia memiliki pesawat drone mata-mata dengan memiliki spesifikasi kombatan yang asli dibuat di dalam negeri pada 2022.

Hal itu dimasukkan ke dalam target Program Pengembangan Drone tipe Medium Altitude Long Endurance (MALE) nasional yang masih dalam pengembangan.

Hammam menjelaskan bahwa Drone MALE memiliki jangkauan jelajah operasi 23.000 kilometer non-stop daya tahan terbang tinggi selama 30 jam, siang dan malam.

“Dengan kemampuan tersebut, Drone Male akan digunakan untuk mendukung Kementerian Pertahanan, khususnya dalam menjaga pertahanan dan keamanan negara,” ucap Hammam.

Drone atau Puna dengan tipe Male ini diberi nama Elang Hitam dan memiliki kemampuan beroperasi dalam radius 250 km.

Ground Control Station (GCS)

Elang Hitam memiliki panjang 8,3 meter dengan bentang sayap yang mencapai 16 meter.

Semenjak dikenalkan pada akhir tahun 2019, tahun 2021 drone ini mendapatkan pengembangan dalam tingkatan kombatan.

“Bersama Konsorsium PUNA MALE Elang Hitam akan terus melanjutkan pengembangan ke tingkat kombatan sesuai dengan arahan Presiden RI untuk menjaga wilayah Indonesia khususnya area perbatasan,” kata Hammam.

Konsorsium yang terlibat dalam pengembangan drone ini beranggotakan PT Dirgantara, LAPAN, TNI AU, ITB, PT Len Industri dan lainnya.

“Setelah drone dipersenjatai, pada tahapan selanjutnya akan diurus sertifikat tipenya supaya bisa masuk ke tahapan produksi massal,” ujarnya.

“Jika semua lancar maka drone Elang Hitam bisa diproduksi massal tahun depan,” sambung Hammam.

Infografis (Katadata)

Berdasarkan kajian dari BPPT, TNI AU akan membutuhkan 33 drone untuk menjaga pertahanan negara.

Karena diperkirakan satu pangkalan drone akan membutuhkan tiga unit drone yang terdiri atas satu unit operasional, satu uni standby, dan satu unit perawatan.

Ditargetkan Indonesia nantinya dapat memiliki 11 pangkalan drone untuk melakukan kegiatan mata-mata mengawasi udara di perbatasan Indonesia.

Drone PUNA MALE juga selain berguna untuk menghemat devisa nasional, biaya perawatannya juga jauh lebih murah daripada penggunaan aset patroli pesawat terbang.

Selain menciptakan rasa aman karena dapat menjaga kedaulatan negara, PUNA MALE juga dapat menyelamatkan aset ikan dari pencurian ilegal, sehingga menjaga stok ikan melimpah.

Perlu diketahui juga kalau drone PUNA MALE Elang Hitam ini sama hebatnya dengan drone milik Amerika yang bernama MQ-9 Reaper.

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari LAPAN, Drone MQ-9 Reaper sendiri adalah drone  yang menghancurkan konvoi mobil Jenderal Iran, Qasem Soleimani

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : Pikiran-Rakyat.com
Menanti Kehadiran KRI Klewang 2, Kapal Perang Siluman Laut Buatan Banyuwangi

Menanti Kehadiran KRI Klewang 2, Kapal Perang Siluman Laut Buatan Banyuwangi


Infokomando - Tentara Nasional Indonesia (TNI) akan memiliki kapal cepat rudal dengan desain yang super canggih mirip dengan kapal perang AL AS jenis Littoral Combat Ship (LCS) yang dapat dioperasikan di perairan dangkal namun dengan ukuran sedikit kecil.

Kapal canggih ini diberi nama Klewang 2, dibuat oleh PT. Lundin Industry Invest yang ada di Kabupaten Banyuwangi. Di dunia ini, kapal sejenis hanya dimiliki Angkatan Laut Amerika yakni USS Independence, USS Freedom, USS Forth Worth dan USS Coronado.

Littoral Combat Ship milik AL AS

Klewang 2 adalah hasil modifikasi dari KRI Klewang 625 yang sebelumnya sudah pernah dibuat beberapa tahun sebelumnya. Namun sayang sekali, belum selesai diresmikan kapal perang tersebut mengalami kebakaran hebat yang membuatnya hancur di selat Bali.

Secara spesifikasi, KRI Klewang 625 memiliki panjang 60 meter dan bobot 200 ton. Kapal ini bisa membawa 29 awak, termasuk pasukan khusus dan sebuah RHIB X2K sepanjang 11 meter yang memiliki kecepatan 50 knot. 

Rudal Exocet MM-40 untuk KRI Klewang 2

Salah satu keunggulan yang paling menonjol dari Klewang 625 adalah kemampuannya yang tak bisa dideteksi radar kapal. Teknologi Stealth ini juga dimiliki pesawat tempur F35 milik Angkatan Udara Amerika Serikat. Kapal itu juga dilengkapi dengan persenjataan rudal antikapal, seperti C-705, RBS-15, Penguin atau Exocet MM-40. Selain itu, ada juga meriam otomatis Type 730. 

Disebut “siluman”, karena KRI Klewang akan menjadi kekuatan pemukul TNI-AL yang handal dan menakutkan di lautan karena kemampuannya yang tak mudah terdeteksi radar lawan.

Sementara lambungnya sendiri didesain khusus dengan bentuk lancip di ujung yang membuatnya mampu melaju lebih cepat hingga kecepatan 50 knot dan menambah stabilitas kapal saat menembus ombak setinggi enam meter.

Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) dalam salah satu lamannya telah menyebutkan KRI Klewang 2 didesain untuk menggantikan Klewang 625 dengan spesifikasi yang tidak jauh berbeda alias penyempurnaan. 

Sementara itu PT Lundin Industry Invest telah mengumumkan bahwa dalam beberapa bulan ke depan akan meluncurkan KRI Klewang 2 yang saat ini masih berada di pabriknya di Banyuwangi, Jawa Timur.

Mockup KRI Klewang

Perlu diketahui, PT Lundin Industry Invest (PT LII) adalah perusahaan yang bergerak di perangkat sistem persenjataan swasta di Indonesia. Meskipun berlokasi di Banyuwangi, PT LII merupakan salah satu produsen yang sangat dikenal oleh industri militer mancanegara. 

PT LII juga sudah memproduksi beragam kapal perang untuk keperluan militer seperti jenis trimaran, catamaran, dan monohul. Ada lebih dari dua ratus orang karyawan untuk membuat fiberglass dan bahan pendukung pembuatan kapal. 

Untuk pasar internasional, PT LII sudah mengantongi sejumlah sertifikat, seperti International Marine Certification Institute dan Lloyd Register Certified ISO 9001. Dengan bekal sertifikat sebanyak itu, kredibilitas dan kualitas dari PT LII sendiri sudah tidak diragukan lagi.

Editor : Devina | Foto : Ist 
Dilengkapi RCWS Kanon Kaliber 30 mm, Tank Boat Mulai Masuk Tahap Uji Coba

Dilengkapi RCWS Kanon Kaliber 30 mm, Tank Boat Mulai Masuk Tahap Uji Coba


Infokomando
- PT Pindad kembali memperkenalkan produk terbarunya‎ yaitu Tank Boat 105 mm yang diberi nama Antasena. Terbaru, Tank Boat ini sudah mulai dilakukan uji coba diatas air. Sejumlah negara tengah mengincar kapal ini yang masih masuk tahap uji coba.

Dikutip dari laman PT Pindad (Persero), Jumat (30/4/2021), alutsista terbaru karya anak bangsa ini telah diuji coba di perairan Banyuwangi pada rabu, 28 April 2021.

"Tank Boat akan menjalani tahapan uji internal untuk memeriksa kembali seluruh fungsi kapal selama diatas air," tulisnya.

Diharapkan tank boat ini dapat mendukung operasional TNI di rawa, laut, sungai dan pantai (Ralasuntai) serta tugas penjagaan laut dan pantai (Sea and Coast Guard).

Tank Boat juga dapat mengangkut 60 orang personil dan 5 orang kru. Memiliki kecepatan maksimum 40 knot serta daya jelajah hingga 600 Nm. Untuk persenjataan, tank boat dilengkapi senjata utama RCWS kanon kaliber 30 mm dan 2 senapan mesin 12,7 mm.
 
Dilengkapi RCWS Kanon Kaliber 30 mm

Tank Boat merupakan program Kementerian Pertahanan RI yang dilaksanakan oleh konsorsium dimana PT Pindad sebagai lead integrator bekerjasama dengan sejumlah perusahaan pertahanan lain seperti PT Lundin Industry Invest, PT Len Industri (Persero), dan PT Hariff.

Tank boat memiliki spesifikasi panjang 18 m dan bisa beroperasi di perairan dangkal setinggi 90 cm hingga perairan laut dalam. Sehingga sangat cocok dengan kondisi geografis Indonesia yang punya banyak perairan.

Bodynya terbuat dari komposit dengan platform kapal catamaran (double hull). Ditenagai mesin diesel buatan MAN, tank boat mampu melaju hingga kecepatan 40 knots dengan daya jelajah 400 nautical mile (NM). Untuk persenjataan, Pindad menggandeng CMI Defence untuk memasok turret 105 mm. ‎Dimana proses pembuatannya akan dilakukan di pabrik Pindad di Bandung, Jawa Barat.

Selain itu, tank boat juga dibekali dengan sistem persenjataan lain seperti remote control weapon system (RCWS) dengan kaliber 7.62 mm yang dilengkapi sistem nadir dan navigasi canggih.

Wahana tempur atas air buatan Pindad yang bekerjasama dengan PT Lundin ini perlahan mulai dikenal dunia setelah dipamerkan dalam Indo Defence 2016 lalu. Salah satu negara yang minat dengan tank boat ini adalah Mesir.

Uji coba di perairan Banyuwangi

"Mesir jadi negara yang sejauh ini kami lihat paling minat dengan tank boat ini," kata‎ Sekretaris Perusahaan Pindad yang saat itu dijabat oleh Bayu A Fiantoro‎.

Perwakilan Mesir juga telah mendatangi kantor Pindad untuk melihat secara lebih detil tentang spesifikasi, teknologi dan harga yang dibanderol oleh Pindad.

"Sampai saat ini baru Mesir, tapi kami terus coba untuk pasarkan ke luar," tambah Bayu.

Saat ini Pindad tengah menjadikan kawasan Timur Tengah sebagai target pasar utama penjualan produknya. Selain tank boat, Panser Anoa juga sudah cukup familiar dengan negara-negara di Timur Tengah.

Tahun ini, Pindad kembali memproduksi setidaknya 200 kendaraan tempur berbagai jenis. Sedangkan untuk senjata, Pindad akan memproduksi sebanyak 50 ribu dan amunisi sebanyak 150 juta.

Editor : Devina | Foto : Ist 
Indonesia Kembali Kirim Insinyurnya ke Korsel Untuk Kembangkan Jet Tempur KF-21/IF-X

Indonesia Kembali Kirim Insinyurnya ke Korsel Untuk Kembangkan Jet Tempur KF-21/IF-X


Infokomando - Indonesia akan kembali mengirim para insinyurnya ke Korea Selatan untuk terlibat dalam proyek kerja sama pengembangan jet tempur KF-21/IF-X. Para insinyur ini sempat pulang ke Indonesia karena adanya pandemi Covid-19.

Sebelumnya insinyur Indonesia telah berpartisipasi dalam pengembangan jet tempur di Korea Selatan, namun karena terkendala pandemi Covid-19, mereka akhirnya pulang pada Maret tahun lalu. Di sisi lain para insinyur Korea Selatan tetap melanjutkan pengembangan KF-21/IF-X dan prototypenya sudah diluncurkan pada bulan ini.

"Indonesia sangat menyambut baik proposal yang dibuat oleh Korea Selatan guna meningkatkan kerja sama pertahanan kedua negara dan menyatakan harapan atas dukungan Korea Selatan membantu Indonesia mengejar ketertinggalan teknologi dalam proyek pengembangan bersama KF-21/IF-X," kata Kementerian Pertahanan RI seperti dikutip dari media Korea Selatan Yonhap, Sabtu, 1 Mei 2021.

Indonesia merupakan mitra strategis Korea Selatan dari proyek senilai US$ 7,9 miliar untuk mengembangkan pesawat tempur supersonik buatan sendiri yang pertama. Namun pemerintah Indonesia sempat berhenti melakukan pembayaran untuk 20 persen dari total biaya pengembangan yang telah dijanjikan untuk ditanggung.

Infografis KF-21/IF-X (CNNIndonesia.com)

Akan tetapi pada kunjungan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto ke Korea Selatan beberapa waktu lalu, Indonesia kembali menegaskan komitmennya terhadap proyek tersebut. Prabowo pun menghadiri upacara peluncuran prototype dari jet tempur itu.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sendiri telah sepakat untuk melanjutkan bisnis KF-21/IF-X, dan Prabowo menyatakan kesediaannya melakukan yang terbaik demi keberhasilan proyek tersebut.

Kerja sama Indonesia dan Korea Selatan ini diharapkan dapat kembali ke komitmen awal dimana kedua belah pihak sepakat adanya renegosiasi khususnya tentang pembagian biaya pengembangan jet tempur di paruh pertama.

Editor : Devina | Foto : Ist 
Mengintip Kecanggihan 2 Kapal Selam Calon Pengganti KRI Nanggala 402

Mengintip Kecanggihan 2 Kapal Selam Calon Pengganti KRI Nanggala 402


Infokomando - Kapal selam merupakan salah satu Alutsista strategis yang menjadi target modernisasi di era kepemimpinan Menteri Pertahanan Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto.

Merespons hal itu, Prabowo kemudian melakukan safari dan kunjungan ke berbagai negara untuk melakukan penjajakan, diantaranya adalah Jerman dan Perancis.

Dua negara ini merupakan pembuat kapal selam terbaik dengan pengguna tersebar di berbagai belahan dunia. Ada dua jenis kapal selam yang saat ini menjadi incaran Prabowo yaitu Riachuela Class buatan Perancis dan U214 class buatan Jerman.

Kapal selam Riachuelo
Per Desember 2020, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) dilaporkan telah berdiskusi dengan Naval Group yaitu konsorsium perusahaan galangan kapal asal Perancis. Dikutip dari laman Janes, Indonesia dikabarkan tengah menjajaki pemesanan kapal selam kelas Riachuelo, yang merupakan modifikasi dari kelas Scorpene.

Sedangkan Scorpene sendiri adalah kapal selam konvensional yang dirancang oleh Naval Group (Perancis) untuk pasar ekspor. Ada yang menarik, Naval Group menawarkan adanya opsi transfer teknologi bagi negara manapun yang membeli kapal selamnya.

Sedikitnya ada 14 kapal selam jenis Scorpene yang sudah dioperasikan dan dibangun di luar galangan Perancis antara lain Angkatan Laut Chili sebanyak 2 unit, Angkatan Laut India sebanyak 6 unit, Angkatan Laut Malaysia sudah beroperasi 2 unit dan Angkatan Laut Brasil 4 unit.

Bagian dalam kapal selam Scorpene

Desain Scorpene yang dibuat oleh Brasil bersama Perancis sudah mengalami perombakan atau modifikasi sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan angkatan laut Brasil. Scorpene Brasil atau Riachuelo, bodynya sedikit lebih panjang agar bisa membawa awak yang lebih besar. Dengan badan yang lebih panjang tentunya Riachuelo mampu melakukan patroli laut dua kali lipat lebih jauh jaraknya.

Sama seperti Scorpene, Riachuelo dirancang multifungsi yaitu bisa sebagai kapal selam samudra juga untuk operasi diperairan dangkal. Sehingga mampu diandalkan untuk berbagai misi seperti anti-kapal selam, operasi khusus, perang anti-permukaan dan kegiatan intelijen.

Bisa dikatakan kapal selam Riachuelo ini mengintegrasikan peningkatan dari kapal selam serang cepat Kelas Barracuda Perancis dengan Scorpene yang punya kemampuan lebih canggih.

Awak kapal selam Brasil

Untuk spesifikasinya, Riachuelo memiliki panjang 72 knot dipermukaan dan 20 knot lebih didalam air. Bila diatas permukaan beban Riachuelo adalah 1.600 - 2.000 ton.

Memiliki kemampuan menyelam lebih dari 300 meter dan mampu bertahan selama 45 hari dengan kapasitas 35 orang awak. Total muatan senjata Riachuelo adalah 18 unit, tabung senjata 6 laras dan mampu beroperasi di laut lebih dari 240 hari pertahunnya.

Kapal selam tipe 214
Pemerintah melalui Kementerian Pertahanan dan Kementerian BUMN telah mengadakan pertemuan dengan perwakilan dari Thyssen-Krupp Marine Systems (TKMS) yakni produsen kapal selam asal Jerman, dimana TKMS menawarkan proposal pengadaan kapal selam Diesel-Listrik (SSK) Tipe 214 kepada TNI Angkatan Laut (TNI AL).

Kapal selam Diesel-Listrik (SSK) Tipe 214 ini merupakan salah satu kapal selam tercanggih yang dibuat TKMS Jerman dengan kemampuan hybrid.

Kapal selam type 214

SSK Tipe 214 memiliki kompartemen berlambung tunggal yang dikembangkan dari tipe sebelumnya yakni tipe 209 dan tipe 212A. Dengan adanya penggabungan prinsip desain tersebut, menjadikan SSK Tipe 214 lebih hemat biaya operasional dan memiliki pengguna banyak diberbagai belahan dunia.

Dengan panjang sekitar 72 meter dan diameter pressure hull 6,3 meter, kapal selam Tipe 214 dapat membawa 27 awak dan 8 tabung senjata. Memiliki kemampuan menyelam di kedalaman laut hingga 400 meter (1.300 kaki) dan bisa menampung makanan, air bersih dan bahan bakar selama 84 hari beroperasi.

Dengan muatan yang besar memungkinkan cakupan jelajah dari kapal selam tersebut menjadi lebih luas dan fleksibel untuk dioperasikan mulai dari perairan pesisir hingga patroli di laut lepas.

Teknologi AIP pada kapal selam India

SSK Tipe 214 dilengkapi teknologi Fuel Cell Air-Independent Propulsion System terbaru dan terbukti meningkatkan ketahanan saat berada di kedalaman laut serta mengurangi resiko terdeteksi dengan dukungan upgrade dari kapabilitas sonar. Belum lagi adanya fitur AIP yang memungkinkan kapal selam dapat bertahan didalam air selama 3 minggu tanpa muncul ke permukaan.

Dari sisi persenjataan, SSK Tipe 214 mampu membawa senjata besar diantaranya torpedo, rudal dan ranjau dengan kemampuan melesat maksimal tanpa menimbulkan suara bising sehingga semakin sulit untuk dideteksi kapal selam lain.

Editor : Devina | Foto : Ist 
Demi Mempertahankan Superioritas Maritimnya, AL AS Bangun Kapal Perang Pengangkut Drone

Demi Mempertahankan Superioritas Maritimnya, AL AS Bangun Kapal Perang Pengangkut Drone


Infokomando - Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) berencana membangun kapal perang spesialis pengangkut drone yang dapat melakukan banyak tugas dalam berbagai fungsi peperangan. AS berencana memodernisasi seluruh kekuatan angkatan laut yang dimiliki untuk mempertahankan keunggulan di laut. 

Kapal perang pengangkut drone rencananya akan dilengkapi rudal hipersonik, dan tembakan jarak jauh dari sel VLS dan meriam 155mm. Kapal ini nantinya juga menyediakan landasan pacu dan landasan pendaratan yang dilengkapi peluncur pesawat elektrik atau sky jump. 

Mockup Kapal Perang Pengangkut Drone BAE UXV

Sejumlah pesawat tanpa awak dapat diangkut oleh kapal ini seperti pesawat tak berawak sayap tetap, helikopter dan drone.

Kapal Perang Pengangkut Drone BAE UXV memiliki panjang 152 meter dan dilengkapi dua landasan pacu berbentuk V dengan masing-masing memiliki panjang 50 meter.

Untuk membuat kapal perang pengangkut drone, Angkatan Laut A.S. kemudian menerapkan persyaratan ukuran kapal, tujuan, parameter misi, biaya, pencegahan dan efektivitas. Yang menjadi kandidat kapal perang pengangkut drone Angkatan Laut AS adalah BAE Systems UXV dan Naval Group's Ocean Avenger. 

Editor : Devina | Foto : Ist 
Perkuat Pertahanan, Menhan Prabowo Beli 3 Kapal Selam Baru

Perkuat Pertahanan, Menhan Prabowo Beli 3 Kapal Selam Baru


Infokomando - Dalam beberapa waktu ke depan, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto berencana akan menambah tiga kapal selam untuk memperkuat pertahanan maritim Indonesia. Rencana ini kembali mencuat usai insiden tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 di perairan utara Bali.

Komisi I DPR RI yang mengawasi bidang pertahanan sudah menekan pemerintah agar segera melakukan langkah konkret. Anggota Komisi I DPR Bobby Adhityo Rizaldi mengatakan, bahwa pemerintah berencana menambah kapal selam baru sampai 2024 mendatang.

"Rencananya ada tiga kapal selam lagi tahun 2024," katanya seperti dilansir dari CNBC Indonesia, Rabu (28/4/21).

Disebutkan, dalam rencana strategi (renstra), Indonesia idealnya disebut punya 12 kapal selam. Namun saat ini Indonesia hanya memiliki 4 buah setelah KRI Nanggala 402 tenggelam, jauh dari kata ideal. 

Kapal selam yang tersisa tersebut adalah Kapal Selam Nagapasa-403, Kapal Selam Ardadedali-404, Kapal Selam Alugoro-405 dan Kapal Selam Cakra-401.

"Ini adalah peringatan 'keras' untuk alutsista yang sudah tua, hendaknya dikandangkan saja dan dipersiapkan yang lebih  'brand new'. Seluruh Alutsista seperti kapal selam, kapal laut, helikopter, pesawat atau senjata yg diawaki, perlu dievaluasi tingkat kesiapannya," sebut Bobby.

Demi mendukung peremajaan alutsista TNI, DPR lalu memberi beberapa catatan penting. Mengingat anggarannya yang terbatas, maka TNI harus membuat skala prioritas.

"Tentunya harus mengutamakan skala prioritas dari banyaknya pilihan-pilihan postur pertahanan yang ada, khusus untuk senjata yang diawaki, utamakan (Alutsista) yang sudah lewat usia pakai atau lewat batas jam pemakaian," jelasnya.

Menhan Prabowo sendiri sebelumnya sempat dikabarkan telah menjajaki pengadaan kapal selam dari Prancis dan Jerman. Namun, untuk kepastian typenya masih belum jelas, namun hal itu akan direalisasi setelah pengadaan 3 kapal selam baru dari Korsel sudah selesai. Dibawah ini adalah 2 type kapal selam yang sudah dijajaki Indonesia.

1. Kapal Selam Riachuelo
Per Desember 2020, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) dilaporkan telah berdiskusi dengan konsorsium perusahaan galangan kapal asal Perancis Naval Group. Seperti dilaporkan oleh Janes, Indonesia sedang menjajaki pemesanan kapal selam kelas Riachuelo, yang merupakan modifikasi dari kelas Scorpene.

Scorpene adalah kapal selam jenis konvensional yang dirancang khusus oleh Naval Group (Perancis) untuk pasar ekspor. Naval Group memang memberikan promosi dengan iming-iming transfer teknologi dalam pembelian kapal selamnya.

2. Kapal Selam Tipe 214
Pemerintah melalui Kementerian Pertahanan dan Kementerian BUMN berencana mengadakan pertemuan dengan para perwakilan dari Thyssen-Krupp Marine Systems (TKMS), produsen kapal selam asal Jerman pekan ini. TKMS menawarkan sebuah proposal pengadaan kapal selam jenis Diesel-Listrik (SSK) Tipe 214 kepada TNI Angkatan Laut.

Kapal selam Diesel-Listrik (SSK) Tipe 214 sendiri merupakan salah satu kapal selam tercanggih buatan TKMS Jerman yang juga bertipe hybrid.

SSK Tipe U214 merupakan kapal selam terbaru dengan kompartemen berlambung tunggal yang dapat menggabungkan prinsip desain dari tipe sebelumnya yakni tipe 209 dan tipe 212A.

Penggabungan prinsip desain tersebut, menjadikan SSK Tipe 214 sebagai kapal selam memiliki biaya operasional rendah dan menjadi opsi terbaik untuk digunakan bagi Angkatan Laut diberbagai belahan dunia. 

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : CNBCIndonesia.com
Banyak Yang Tua, Modernisasi Alutsista TNI Harus Segera Dilakukan Menyeluruh

Banyak Yang Tua, Modernisasi Alutsista TNI Harus Segera Dilakukan Menyeluruh


Infokomando - Anggaran militer Indonesia memang kurang untuk menjawab kebutuhan TNI. Sehingga agenda prioritas peremajaan alutsista bermacam-macam.

Kecelakaan yang menimpa KRI Nanggala-402 dan 53 awak prajurit TNI memunculkan dorongan dukungan kepada pemerintah untuk mengevaluasi kualitas maintenance, repair, and overhaul (MRO) alat utama sistem persenjataan (alutsista) Indonesia.

Persoalan alutsista, mengutip Menteri Pertahanan Prabowo Subianto saat memberi keterangan pers terkait musibah KRI Nanggala-402 di Pangkalan TNI AU Ngurah Rai, Bali, Kamis (22/4/2021), pemerintah menghadapi dilema, yaitu harus mengutamakan pembangunan kesejahteraan sekaligus menjaga kemampuan pertahanan agar kedaulatan negara tidak diganggu.

Pengamat Militer ISESS Khairul Fahmi, menjelaskan urgensi penggantian alutsista yang harus dilakukan Indonesia ini tidak hanya perlu didorong, tapi juga harus menjawab kebutuhan. Seperti kapal selam Indonesia harusnya memiliki 12 kapal selam. Saat ini kapal selam yang dimiliki Indonesia hanya tersisa 4 semenjak KRI Nanggala mengalami insiden di perairan Bali. Dan dari 4 itu hanya 3 yang siap operasional dikarenakan KRI Cakra 401 dalam proses overhaul.

"Selain agenda peremajaan juga harus ada agenda optimalisasi, artinya kapal yang sudah tua pun harus dipergunakan tidak berlebihan dan perawatannya harus dijaga dengan sebaik-baiknya," kata Khairul kepada CNBC Indonesia, Senin (26/4/2021).

Khairul melihat anggaran militer Indonesia saat ini memang kurang untuk bisa menjawab kebutuhan TNI. Sehingga agenda prioritas peremajaan alutsista TNI bermacam-macam. Tidak hanya pada kapal laut saja atau selam, tapi juga ada pesawat, drone juga persenjataan lainnya.

Kapal selam KRI Alugoro 403 selesai dibangun

"Artinya peremajaan Alutsista TNI harus dilakukan dengan skala prioritas terukur karena anggaran terbatas. Sementara antara dari anggaran kementerian pertahanan Rp 136 triliun itu tidak semua digunakan untuk membeli persenjataan, 50% anggarannya digunakan untuk kebutuhan di luar persenjataan," kata Khairul.

Belum lagi dengan adanya persoalan orientasi kebijakan, dalam arti sinkronisasi pembelian dan integrasi. Khairul mencontohkan tiap ada pergantian pemerintahan agenda pembelian senjatanya ikut berubah.

"Intinya untuk pembelian (Alutsista) harus jelas dan jangan tidak berkesinambungan antara era (pemerintahan), road map yang disusun pun juga harus jelas dan tidak berubah ubah berdasarkan kepentingan," jelasnya.

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto

Menhan pada kesempatan Kamis lalu juga sempat menyinggung hal ini. Saat itu Ia mengatakan "Presiden pernah memerintahkan saya sekitar 1 tahun lalu untuk bersama-sama pimpinan TNI menyusun draft masterplan, rencana induk, yang mana beliau menghendaki suatu rencana induk 25 tahun yang memberi pada kita suatu totalitas kemampuan pertahanan," kata Prabowo.

"Ini sedang kita rampungkan seluruhnya, kita sedang menyusun (masterplan), kita sedang memperbaiki, dan insya allah dalam 2-3 minggu ini kita akan bisa bersama dengan Panglima TNI dan semua kepala staf kita rampungkan lalu kita sampaikan kepada bapak presiden," lanjutnya.

Pengamat Militer, Connie Bakrie menekankan pentingnya MRO kapal selam Indonesia yang harus mendapat perhatian.

"Saya tekanan untuk MRO jangan cuma hangat-hangat sekarang saja, misal tiap ada bencana Angkatan bersenjata ramainya hanya seminggu, dua minggu lalu setelah itu hilang. Ini jangan main-main. Seperti warning besar saya tekanan pada masalah MRO," jelas, Connie seperti dilansir dari CNBC Indonesia, dikutip Senin (26/4/2021).

Keberadaan alutsista kapal selam sangat penting bagi pertahanan suatu negara, khususnya negara yang memiliki wilayah perairan luas seperti Indonesia. Insiden KRI Nanggala-402 adalah pengingat pentingnya peremajaan alutsista yang dimiliki TNI.

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : CNBCIndonesia.com
Pesawat Tempur Su-30 TNI AU Berhasil Menembakkan Rudal KH-29TE Tepat Sasaran

Pesawat Tempur Su-30 TNI AU Berhasil Menembakkan Rudal KH-29TE Tepat Sasaran


Infokomando - Para penerbang TNI AU kembali menunjukkan profesionalismenya. Kali ini penerbang pesawat tempur Sukhoi Skadron Udara (Skadud 11) Lanud Sultan Hasanuddin Makassar, mendapat apresiasi Kasau setelah sukses melaksanakan uji penembakan Rudal Kh-29TE di AWR Pandanwangi Lumajang, Jawa Timur, Senin (19/4/2021).

Latihan yang disaksikan langsung oleh Kasau dan para pejabat TNI AU secara Vicon dari Puskodalau Cilangkap ini menjadi bagian dari upaya TNI AU untuk meningkatkan profesionalisme para penerbang tempur dalam melaksanakan penembakan sasaran target strategis, baik di atas daratan maupun permukaan laut.

Rudal Kh-29TE, adalah rudal yang dilengkapi pelacak optik otomatis ke objek yang dipandu pilot dari cockpit pesawat menggunakan TV Pasif (passive TV Guide).

Dalam uji penembakan Rudal Kh-29TE, pesawat Sukhoi jenis Su-30 melakukan take off dari Lanud Sultan Hasanuddin Makassar menuju AWR Pandanwangi Kabupaten Lumajang Jawa Timur.

Ketika sasaran sudah terlihat dalam jangkauan tembak, rudal pun diluncurkan dan melesat menghantam target yang sudah disiapkan dengan presisi.

Usai melakukan tembakan, pilot kemudian kembali ke Lanud Sultan Hasanuddin Makassar setelah sebelumnya melaksanakan air refueling.

Editor : Devina | Foto : Ist 
Korps Marinir Amerika Serikat (USMC) Tetap Operasikan Jet Tempur AV-8B Harrier II Hingga 2029

Korps Marinir Amerika Serikat (USMC) Tetap Operasikan Jet Tempur AV-8B Harrier II Hingga 2029


Infokomando - Jet tempur yang dapat lepas landas secara vertikal atau landasan pendek ini tampaknya akan diperpanjang masa operasinya meski Joint Strike Fighter (JSF) F35B telah mulai memasuki layanan.

Departemen Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) telah memberikan Contracted Maintenance, Modification, Aircrew, and Related Services (CMMARS) kepada Vertex Aerospace LLC senilai US$ 123 juta pada Juli 2020.

Vertex Aerospace LLC juga telah memilih BAE Systems sebagai mitra untuk peningkatan efisiensi operasi pemeliharaan armada Harrier termasuk dukungan pelatihan dan operasi tempur yang dilakukan dari kapal induk, kapal serbu amfibi, dan pangkalan operasi depan.

Bersama BAE Systems, Vertex dan Korps Marinir AS di stasiun-stasiun: Cherry Point, North Carolina; Yuma, Arizona; dan, Madison, Mississippi - mereka akan melakukan perawatan pesawat termasuk dukungan logistik.

Keterlibatan BAE System tidaklah mengherankan karena pesawat ikonik ini memang merupakan hasil rancangan Inggris.

AV-8B Harrier II adalah pesawat serang darat bermesin tunggal yang merupakan generasi kedua dari keluarga Harrier Jump Jet, yang mampu lepas landas dan mendarat secara vertikal atau pendek (VSTOL). AV-8B digunakan oleh Korps Marinir AS, Angkatan Laut Spanyol, Angkatan Laut Italia, dan Inggris.

Misi dari skuadron AV-8B Harrier II VMA STOVL marinir AS adalah untuk menyerang dan menghancurkan target permukaan dan udara, untuk mengawal helikopter, dan melakukan operasi udara lainnya.

Gatling Gun Pod terpasang di AV-8B Harrier USMC

Selain dipersenjatai meriam GAU-12 25mm Gatling gun yang dipasang di garis tengah badan pesawat dengan lead computing optical sight system (LCOSS), AV-8B dilengkapi dengan enam cantelan senjata di sayap untuk membawa air-to-air, air-to-surface, dan anti-ship missiles, serta unguided and guided bombs.

Marinir AS memiliki 124 pesawat Harrier AV-8B dan TAV-8B, termasuk 16 pesawat latih TAV-8B dan 34 pesawat khusus serang malam.

Saat ini lima skuadron tempur operasional yang terdiri dari masing-masing 16 pesawat AV-8B tetap dipertahankan hingga transisi ke F-35. Pada 2023, Skuadron Serang Laut (VMA) Pantai Barat akan digantikan oleh F-35. Sedangkan Pantai Timur akan mempertahankan AV-8B Harrier II hingga 2028.

Program modernisasi AV-8B Harrier II sendiri akan berfokus pada avionik dan peningkatan perangkat lunak (LINK-16, RNP/RNAV, Mode/S, ADS-B out, Helmet Mounted Cueing Sistem) - termasuk kemampuan untuk membawa rudal udara-ke-udara jarak pendek AIM-9X Sidewinder Block II dan AIM-120C Advanced Medium-Range Air-to-Air Missile serta integrasi LITENING Advanced Tactical Data Link (ATDL) untuk memperluas kapabilitas Gen 4 LITENING Pod dengan menambahkan Band Efficient Common Data Link (BECDL), TTNT yang ada saat ini.

LITENING adalah sistem sensor inframerah elektro-optik untuk penargetan dan pengawasan yang memungkinkan awak udara mendeteksi, memperoleh, mengidentifikasi, dan melacak target pada jarak jauh. LITENING memungkinkan berbagai misi, termasuk penargetan presisi, dukungan udara jarak dekat, intelijen, pengawasan dan pengintaian, serta bantuan kemanusiaan.

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : Nusantaranews.co
Persaingan Ketat China Dengan Korea Selatan Dalam Penguasan Teknologi Pesawat Tempur

Persaingan Ketat China Dengan Korea Selatan Dalam Penguasan Teknologi Pesawat Tempur


Infokomando - China tidak takut jika dianggap ketinggalan dalam industri modernisasi dan teknologi militer. Pernyataan ini dikeluarkan menyusul Korea Selatan yang meluncurkan prototype jet tempur generasi ke 4.5 yang direncanakan bisa di ekspor dengan nama KF-21 Boramae atau sebelumnya KF-X.

Dilansir dari South China Morning Post, Minggu (18/4/21), Pakar Militer China yang berbasis di Beijing, Zhou Chenming mengatakan meski Korea Selatan mengembangkan jet tempur yang sangat canggih, China tak akan takut ketinggalan.

Pasalnya, butuh waktu bertahun-tahun bagi KF-21 untuk beroperasi secara penuh. Sedangkan dalam masa waktu tersebut, kekuatan Angkatan Udara China telah meningkat di saat yang sama.

Saat ini, China juga tengah mengembangkan jet tempur siluman generasi kelima yang dikenal sebagai Shenyang FC-31 atau J-31.

Sebuah prototipe jet tempur buatan perusahaan China mungkin telah mengalami sejumlah modifikasi pada tahun lalu, menurut foto yang dibagikan secara online pada saat itu. Selain itu, kedua negara dianggap berbeda dalam melihat pasar ekspor-nya.

Sebagai tambahan informasi, KF-21 Boramae adalah pesawat tempur multiperan canggih yang dirancang untuk Angakatan Udara Korea Selatan dan Indonesia menggantikan armada lama mereka yang telah tua. Boramae sendiri memiliki arti Elang muda dalam Bahasa Korea.

Dengan 65 persen komponen jet tempur yang berasal dari Korea Selatan, menjadikan Korsel sebagai negara kedelapan di dunia yang telah menguasai teknologi yang dibutuhkan dalam pengembangan jet tempur canggih.

Dalam upacara peluncuran pada hari Jumat pekan ini, Presiden Korea Selatan Moon Jae-In menyebut bahwa era baru pertahanan independen Korea Selatan telah dimulai dan ini adalah tonggak bersejarah dalam pengembangan industri penerbangan Korea Selatan.

Wakil Juru Bicara Kepresidenan Korea Selatan, Lim Se-Eun mengatakan sebelumnya bahwa Korea Selatan telah menetapkan tujuannya menjadi produsen penerbangan terbesar ketujuh di dunia pada tahun 2030-an.

Menurut laporan media, Boramae diproyeksi melakukan uji terbang pertamanya pada tahun 2022 mendatang dan produksi yang dimulai pada tahun 2026.

Setidaknya sebanyak 40 jet tempur direncanakan akan dikirim pada tahun 2028, dengan tambahan target sebanyak 120 jet tempur jenis ini akan dikirim pada tahun 2032.

Pengamat spesialis pesawat tempur, Jon Grevatt mengatakan, pengembangan prototipe KF-21 baru yang masih setengah jalan saat ini akan membutuhkan waktu lima tahun lagi untuk diselesaikan.

Setelah jet tempur ini selesai, hasilnya akan memberi Korea Selatan keunggulan strategis disebabkan berkurangnya ketergantungan negara pada teknologi impor.

"Di masa lalu, Amerika Serikat (AS) telah menolak persetujuan ekspor teknologi yang sangat maju ke Korea Selatan. Tapi sekarang, dengan pesawatnya sendiri, Korea Selatan tidak harus bergantung pada negara lain dimana setelah beroperasi, Korea Selatan adalah negara yang memiliki risiko strategis yang nyata", ujarnya mengacu pada ancaman dari Korea Utara.

Terkait persaingan dengan China, menurutnya pesawat Korsel dianggap lebih sedikit mahal dibandingkan pesawat buatan China namun masih lebih mumpuni buatan dari Korea Selatan.

Oleh karena itu, Grevatt tidak yakin adanya dampak langsung dengan pasar ekspor pesawat tempur dari China mengingat keduanya tidak akan menjangkau jenis pelanggan yang sama.

Editor : Devina | Foto : Ist | Sumber : CNBCIndonesia.com
Bukan Kaleng - Kaleng, Inilah Yang Membuat KF-21 Boramae Terlihat Unggul Dikelasnya

Bukan Kaleng - Kaleng, Inilah Yang Membuat KF-21 Boramae Terlihat Unggul Dikelasnya


Infokomando - Korea Selatan (Korsel) memperkenalkan prototipe jet tempur KF-X/IF-X baru yang diberi nama KF-21 Boramae pekan lalu. Dalam kesempatan itu hadir juga Presiden Moon Jae In dan Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto.

Korea Selatan dan Indonesia juga sepakat untuk terus melanjutkan kerja sama proyek pembuatan pesawat tempur itu dimana Indonesia menanggung 20 persen dari total seluruh biaya pengembangan yakni sebesar Rp. 21 triliun. Sedangkan untuk uji terbang KF-21 Boramae, akan dijadwalkan mulai tahun 2022 mendatang.

Tidak hanya itu, diperkirakan sekitar tahun 2025, KF-21 Boramae sudah mulai memasuki masa produksi dan masa layanan diangkatan udara Korea Selatan.

Dikutip dari Air force Technology, Selasa (13/4/2021), KF-21 disebut juga sebagai pesawat tempur generasi 4.5 yang mengambil desain dari F-22 AS. Menilik kehebatannya, pesawat ini didukung sejumlah spesifikasi mulai dari keamanan hingga soal senjata yang dibawa.

Radar AESA

Bagian dalam kokpit, KF-21 memiliki satu kursi yang dilengkapi kanopi tahan serangan burung (Bird Strike) yang didukung oleh pabrikan Tecstars. Pesawat ini juga dilengkapi sistem radar canggih jenis Active Electronically Scanned Array (AESA), sistem pencarian dan pelacakan inframerah (IRST), sistem penargetan electro-optical dan jammer frekuensi radio (RF).

Dari sisi senjata, KF-21 dilengkapi sistem peluncuran pelontar rudal air-to-air (MEL) Cobham. Alat ini untuk pengangkutan dan peluncuran rudal.

Bomb Rack Unit (BRU)

KF-21 dilengkapi Bomb Rack Unit (BRU) atau Bomb Release jenis BRU-47/A buatan Harris Corporation. BRU jenis yang sama juga digunakan pada pesawat F-15E dan F-16.  Sedangkan sistem Pelepasan Munisi Cerdas ganda BRU-57 dapat mengusung 2000 lbs atau 907,1 kg, serta mengangkut keluarga amunisi JDAM 1000 lbs (453,5 kg) dan 500 lbs (226,7 kg). 

Infografis KF-21 Boramae | CNN

Urusan dapur pacu, pesawat ditenagai dua mesin kembar General Electric F414-GE-400. Mesin tersebut dilengkapi dengan sistem Full-Authority Digital Electronic Control (FADEC) yang berfungsi sebagai pengontrol mesin secara menyeluruh yang dapat dilihat dari kokpit pilot. Masing-masing mesin pada KF-21 memiliki daya dorong sebesar 20 ribu lbs atau 98kN.

Menurut data yang didapat dari Defense Acquisition Program Administration (DAPA), Korea Selatan diharapkan bisa memproduksi enam prototipe KF-21 untuk pengujian dan pengembangan lanjutan. Diperkirakan tiga yang pertama akan selesai pada akhir tahun ini dan tiga berikutnya pada paruh pertama tahun 2022.

DAPA juga menyebutkan KF-21 adalah pesawat tempur generasi 4.5 karena tidak memiliki ruang senjata internal yang meningkatkan kemampuan siluman, akan tetapi para analis mengatakan KF-21 mungkin dapat terbang lebih tinggi dan lebih cepat daripada pesawat tempur generasi kelima terbaru buatan AS, F-35, dan masih mampu membawa beban senjata yang lebih kuat.

Secara bertahap, KF-21 nantinya akan menggantikan posisi pesawat ROKAF jenis F-4 dan F-5 milik Korsel yang sudah mulai berumur. Diharapkan KF-21 sudah mulai dapat diproduksi sekitar dua tahun lagi yaitu sebanyak 120 buah.

Dengan kelebihan yang dimiliki oleh KF-21, belum lagi pembuatan dan pengembangannya yang berada dibawah pengawasan produsen pesawat tempur ternama asal AS Lockheed Martin. Menjadikan KF-21 sebagai salah satu pesawat tempur terbaik dikelasnya.

Editor : Devina | Foto : Ist 
Demi Keseimbangan Kawasan, Kecil Kemungkinan AS Sertakan EPAWSS Untuk F-15EX Indonesia

Demi Keseimbangan Kawasan, Kecil Kemungkinan AS Sertakan EPAWSS Untuk F-15EX Indonesia


Infokomando - Seperti yang diberitakan sebelumnya, Dalam Rapim TNI AU 2021 yang dihadiri oleh KASAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, S.E.,M.P.P, diketahui TNI AU berencana mengakuisisi pesawat tempur F-15EX Advance Eagle buatan Boeing AS dan Dassault Rafale Perancis untuk menggantikan pesawat tempur F-5 Tiger II yang sudah tidak layak lagi digunakan.

Beragam respon pun berdatangan menanggapi rencana pengadaan dua pesawat tempur baru tersebut oleh TNI AU, terutama F-15EX yang sebelumnya tidak pernah masuk dalam pembahasan tiba-tiba muncul dalam Rapim TNI AU yang digelar di Jakarta beberapa waktu lalu, Kamis (18/2).

Dikutip dari Airspace-review.com, sebuah media asing Air Force Magazine yang diterbitkan Air Force Association (AFA) ikut menyoroti rencana strategis TNI AU yang ingin mengakuisisi pesawat tempur F-15EX buatan Boeing. AFA sendiri merupakan organisasi yang berdiri di luar Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) namun memiliki tujuan yaitu memberi edukasi tentang peran penting kekuatan kedirgantaraan dalam pertahanan, kemudian mengadvokasi kekuatan dan pertahanan nasional Amerika yang kuat serta mendukung USAF, serta keluarga besar USAF.

Dalam tulisannya, Air Force Magazine menyebutkan kecil kemungkinan bagi Indonesia untuk mendapatkan F-15EX lengkap dengan komponen canggihnya bernama EPAWSS mengingat AS sangat ketat dan teliti dalam menjual persenjataannya ke luar negeri, apalagi Indonesia bukanlah negara yang secara keseluruhan berkiblat ke AS. Jadi kecil kemungkinan bagi Indonesia untuk mendapatkan pesawat canggih tersebut lengkap dengan komponen EPAWSS-nya.


Perlu diketahui Eagle Passive Active Warning Survivability System atau yang disingkat EPAWSS merupakan perangkat digital peringatan dini yang tertanam dalam badan pesawat tempur F-15EX. Fungsinya untuk mengingatkan pilot terkait datangnya ancaman baik berupa kuncian radar ataupun rudal. Sebagai sistem peperangan elektronik ofensif maupun defensif, EPAWSS akan semakin meningkatkan kesadaran situasional pilot dan memberikan perlindungan penuh selama di udara.

EPAWSS ibarat indra ke enam pesawat yang akan mempertajam insting sang pilot selama menjalankan misi tempur di udara. Tidak hanya itu, EPAWSS juga akan memberikan panduan terhadap pilot terkait penggunaan senjata jenis apa yang tepat untuk menetralisir ancaman termasuk saat dalam kondisi perang elektronika.

Saking canggihnya perangkat EPAWSS yang ditanamkan pada F-15EX digadang-gadang dapat melumpuhkan atau mengecoh rudal yang diluncurkan dari sistem pertahanan udara Rusia S-400 Triump. Dengan keunggulan yang dimiliki tentu saja dapat dipastikan AS akan memberlakukan aturan ketat terkait penjualan pesawat tempur canggihnya tersebut ke Indonesia. Kalaupun disetujui, belum tentu AS akan melepas EPAWSS ke dalam kontrak pembelian F-15EX yang diajukan oleh Indonesia.

Namun semua ini kembali lagi pada faktor geopolitik yang ada dikawasan, mengingat AS akan selalu mempertimbangkan dampak-dampak yang terjadi sesudah Indonesia membeli F-15EX, terutama terkait keseimbangan militer.

Editor : Devina | Foto : Ist 
Dibayangi Sanksi CAATSA, TNI AU Akhirnya Tinggalkan Su-35 dan Memilih F-15EX

Dibayangi Sanksi CAATSA, TNI AU Akhirnya Tinggalkan Su-35 dan Memilih F-15EX


Infokomando
- Rencana pembelian pesawat tempur F-15EX Advance Eagle buatan Boeing AS cukup mengejutkan semua kalangan di tanah air. Pasalnya selama ini TNI AU belum pernah menyebut F-15EX masuk dalam daftar incaran untuk menggantikan pesawat tempur F-5 Tiger yang sudah tidak layak terbang.

Menurut salah seorang pengamat militer Connie Rahakundi, perubahan rencana yang dilakukan oleh TNI AU yang mana sebelumnya ingin mengakuisisi pesawat tempur Su-35 buatan Rusia, namun tiba-tiba berbalik membeli F-15EX buatan AS karena dibayangi Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA).

F-5 Tiger TNI AU

CAATSA merupakan undang-undang baru yang diresmikan oleh Presiden Donald Trump pada 2017 lalu untuk mencegah negara-negara sahabat AS memiliki hubungan kerjasama militer dengan negara diluar AS yang terkena sanksi seperti Rusia, Korea Utara dan China.

Menurut Connie, CAATSA cukup mengerikan dampaknya bagi negara yang terkena sanksi. Connie kemudian mencontohkan negara Turki usai membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia langsung mendapatkan sanksi berupa dikeluarkannya Turki dari proyek global F-35 Joint Strike Fighter. Tidak hanya itu, sanksi lainnya juga akan diberikan jika Turki ngotot melakukan kerjasama militer dengan Rusia.

Bagi AS, upaya Turki membeli S-400 dari Rusia dapat menimbulkan ancaman baru bagi keamanan teknologi dan personel militer AS. Karena dengan banyaknya negara yang membeli persenjataan dari Rusia akan memungkinkan bagi Rusia untuk terus mengembangkan teknologi militernya. Tidak hanya itu, Rusia juga akan dapat mengakses industri pertahanan negara bersangkutan.

"Mungkin ini yang menjadi bahan pertimbangan Menhan Prabowo, Kemenhan dan Mabes TNI untuk tidak melanjutkan proses pembelian Sukhoi dengan Rusia" ungkap Connie seperti dilansir dari CNBCIndonesia.com, Sabtu (27/2/2021).

Menhan Prabowo bersama Menhan Perancis Florence Parly

Sebelumnya Menteri Pertahanan Prabowo Subianto pada 2020 lalu melakukan banyak kunjungan ke negara-negara produsen Alutsista termasuk diantaranya Perancis dan Amerika untuk melakukan sejumlah penjajakan. Dari hasil kunjungan tersebut Prabowo menyatakan minatnya untuk melakukan kerjasama militer berupa pengadaan dua jenis pesawat tempur canggih Dassault Rafale dan F-15EX untuk menggantikan pesawat lama TNI AU yang sudah tidak layak terbang.

Diketahuinya rencana pengadaan dua pesawat tempur baru tersebut dari hasil Rapim TNI AU yang dilaksanakan pada beberapa waktu lalu (18/2). Dimana KASAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo mengatakan mulai tahun ini hingga 2024, TNI AU akan segera merealisasikan pengadaan Alutsista modern secara bertahap yaitu pembelian Dassault Rafale dan F-15EX. TNI AU juga akan mengakuisisi Radar GCI4, pesawat berkemampuan Airborne Early Warning, pesawat tanker, pesawat angkut Hercules, pesawat UCAV berkemampuan MALE dan sejumlah Alutsista modern lainnya.

Editor : Devina | Foto : Ist 
Diklaim Lebih Unggul Dari AK-47, Pindad Ingin SS-3 Disetarakan dengan Sig Sauer 716 Austria

Diklaim Lebih Unggul Dari AK-47, Pindad Ingin SS-3 Disetarakan dengan Sig Sauer 716 Austria


Infokomando
- Tahun 2016 lalu, pabrik senjata ternama PT. Pindad telah merilis senapan serbu terbarunya SS-3 bersamaan dengan senapan serbu SS-2 subsonic 5,66 mm, Sub Machine Gun dan Pistol G2 Premium di Aula Bhineka Tunggal Ika Kemenhan di Jl. Medan Merdeka Barat, Jakarta.

Sejumlah pejabat dan tamu undangan hadir termasuk Menteri Pertahanan Ryamizard Ryachudu untuk melihat secara langsung senapan serbu hasil produksi Pindad.

Namun yang jadi perhatian dalam acara launching tersebut adalah senapan serbu SS-3 yang dinyatakan sebagai senapan berkategori Designated Marskmen Rifle (DMR).

Awalnya banyak yang menduga jika Mockup SSX bergambar senapan laras panjang berlabur warna coklat gurun mirip FN SCAR itu akan diberi nama SS-4. Tapi setelah dirilis, ternyata Pindad memberinya nama  SS-3. Hal ini juga dapat dilihat pada laman resminya yang mencantumkan nama SS-3 bukannya SS-4 seperti yang dikira.


Pindad mengaku jika SS-3 ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan para Marksmen dengan jangkauan efektif antara 300-700 meter. Berhubung senapan tersebut memiliki jarak tembak hingga diatas 300 meter bisa dipastikan amunisi yang digunakan adalah kaliber 7.62x51 mm, namun sedikit lebih besar dari jenis amunisi yang digunakan AK47 yaitu 7.62x31mm.

Tidak hanya itu, untuk membuat tembakannya tetap stabil saat digunakan untuk menarget sasaran jauh. Pindad melengkapi senapan tersebut dengan rail interface agar dapat dipasang tripod atau handgrip. Pada bagian popor juga terdapat penyangga yang dapat dibuka tutup.

Pindad mengungkapkan jika senapan SS-3 ini merupakan jenis main battle rifle yang mengadopsi peluru GPMG FN MAG 58 berukuran 7.62X51 mm. Selain itu SS-3 didesain dengan menggunakan metode reverse engineering dimana pada proses ini Pindad menggabungkan beberapa produk senjata baik yang berasal dari Pindad maupun non-Pindad.


Semisal jika kita perhatikan pada bagian rumah mekanik SS-3, terdapat kemiripan desain dengan SS-1. Kemudian untuk laras, SS-3 mengadopsi punya SPR-1. Kerennya lagi, SS-3 dilengkapi picanty rail sebagai tempat untuk menambahkan aksesories mirip punya FN SCAR. Namun meskipun begitu, SS-3 tidak sepenuhnya hasil dari penggabungan sejumlah senjata. Sebagian ada yang benar-benar baru seperti popor yang dapat dilipat dan dapat diatur sesuai kebutuhan penembak.

Untuk desainnya sendiri, Pindad mendapatkan banyak masukan dari penggunanya agar membuatkan senapan dengan jarak efektif diatas 300 m namun tetap memiliki akurasi baik. Termasuk bobot dan kenyamanan senapan saat digunakan untuk bertempur dan mobile.


Pindad mengklaim jika SS-3 produksinya memiliki sedikit keunggulan diatas senapan legendaris Mikhail Kalashinkov AK-47, terutama jarak efektif dan akurasinya. Tidak cuma itu, SS-3 merupakan penyempurnaan dari pendahulunya SS-2 dan mampu menyemburkan 740 - 810 peluru per menit.

Dengan kemampuan DMR yang diusungnya, Pindad ingin SS-3 tidak disetarakan dengan AK-47 melainkan dengan senapan sekelasnya seperti Sig Sauer 716, M110 dan Dragunov SVD.

Sejak awal diperkenalkan ke publik tahun 2016 lalu diketahui ada dua negara Timur Tengah yang sempat menyatakan minatnya untuk memesanan senapan DMR made in Pindad ini. 

Penulis : Andre | Foto : Ist 
Pindad Menciptakan SPR-4 Untuk Mengisi Kekosongan Jarak Tembak Yang Dimiliki Pendahulunya

Pindad Menciptakan SPR-4 Untuk Mengisi Kekosongan Jarak Tembak Yang Dimiliki Pendahulunya


Infokomando
- PT. Pindad semakin menunjukkan taringnya sebagai perusahaan industri dan manufaktur yang bergerak dalam pembuatan produk militer. Hal ini dapat dilihat sejak diresmikannya tahun 1983, Pindad sudah melahirkan banyak sekali Alat Utama Sistim Pertahanan (Alutsista) mulai dari amunisi, persenjataan perorangan, panser hingga tank medium.

Seperti pada 9 Oktober 2017 lalu, Pindad kembali memperkenalkan senapan runduk terbaru buatannya SPR-4 dengan kaliber peluru 8,6 mm atau dikenal juga sebagai kaliber 0.388 inchi (.388 Lapua Magnum).

Senapan runduk SPR-4 bisa dikatakan barang istimewa dikarenakan tidak menggunakan amunisi standart seperti senapan runduk pada umumnya, SPR-4 menggunakan amunisi khusus untuk sniper berbentuk bottle necked berukuran 8,7x70 mm yang dapat menembus sasaran lunak. Selain itu amunisi ini juga memiliki kemampuan anti-material. Jarak jangkau efektif dari SPR-4 juga terbilang jauh yakni kisaran 1.500 m dan sangat cocok digunakan untuk prajurit berkemampuan Marskmen.

Kekhususan ini sengaja dibuat oleh Pindad untuk mengisi kekosongan jarak tembak yang dimiliki oleh pendahulunya SPR-2 (jarak efektif 2.000 m) dan SPR 3 (jarak efektif 700 m). Antara jarak kedua senjata tersebut, SPR-4 mengisi ditengah-tengahnya yakni jarak 1.700 m.

SPR-2 dengan kaliber 12.7 mm sebenarnya juga sudah cukup handal digunakan dilapangan, namun karena bobotnya yang cukup berat akan menyulitkan operator yang membawanya. Mungkin diantara sobat Infokomando pernah melihat tayangan video prajurit TNI ketika membawa SPR-2 dalam peristiwa kontak tembak dengan OPM di Papua sempat terlihat ngos-ngosan. Apalagi medan terjal yang dilaluinya cukup menguras tenaga dibawah tembakan senjata OPM. 

Ingin mengandalkan SPR-2 yang tergolong ringan namun jarak jangkaunya hanya mentok sampai 800 m. Sedangkan medan Papua dikelilingi gunung dan bukit tinggi dengan jarak pandang luas. Disinilah Pindad melihat adanya kekosongan jarak yang perlu dicarikan solusi sehingga lahirlah SPR-4.

Dengan bobot lebih ringan dari SPR-2 dan jarak jangkau diatas SPR-3, SPR-4 tergolong senjata yang cukup ideal. Untuk kapasitas magasin yang dianut SPR-4 maksimal dapat diisi lima peluru dengan bobot keseluruhan 12 Kg. Panjang senjata keseluruhan sekitar 130 cm, dengan sistem kerja bolt action. Dibagian ujung laras SPR-4 juga dilengkapi peredam hentakan dan suara.

Tidak hanya itu, tampilan body SPR-4 juga sangat matching dengan laburan warna coklat gurun, ditambah adanya RIS (rail integration system) membuat SPR-4 dapat dilengkapi sejumlah aksesoris sesuai kebutuhan operator.

Bagi TNI tentunya keberadaan SPR-4 dapat melengkapi inventori persenjataan laras panjangnya, terutama untuk mengisi kebutuhan penembak runduk. Karena selama ini selain sudah menggunakan SPR-2, TNI juga menggunakan AWM 338 (L115A3) buatan Accuracy International, Inggris.

Editor : Indra | Foto : Ist 
Taiwan Berhasil Kembangkan Rudal Jarak Jauh Dengan Kecepatan Subsonik

Taiwan Berhasil Kembangkan Rudal Jarak Jauh Dengan Kecepatan Subsonik


Infokomando - Baru-baru ini Angkatan Bersenjata Taiwan telah menunjukkan kemampuan serangan jarak jauhnya yang diperlihatkan dalam sebuah latihan bersekala besar di pangkalan udara Tainan Selatan.

Sebelumnya pada pekan lalu, Angkatan Udara Taiwan berhasil mengoperasionalkan rudal subsonik dari udara ke darat bernama "Wan Chien" dan kali ini rudal yang sama juga digunakan pada pesawat Indigenous Defense Fighter (IDF), yang juga dikenal sebagai F-CK-1 atau Ching-Kuo.

Menurut salah satu media pemerintah Taiwan, Rudal Wan Chien dikembangkan oleh unit penelitian militer Taiwan, National Chung-Shan Institute of Science and Technology (NCSIST), dimana rudal ini memiliki kemampuan dapat menghantam sasaran berupa bandara dan unit militer China di pesisir Fujian dan Guandong.


Dengan jarak jangkau maksimum sekitar 240 kilometer, rudal ini dianggap cukup berbahaya apalagi bila ditembakkan dari pesawat tempur.

Menurut CSIS Missile Defense Project, Wan Chien memiliki panjang 3,5 m, dengan diameter 0,63 m, dan berat peluncuran sekitar 650 kg. Rudal ini memiliki sayap pop-out yang keluar setelah diluncurkan dengan rentang sayap 1,5 m. Rudal dipandu oleh INS/GPS dan diperkirakan juga memiliki terminal seeker. Muatannya diperkirakan sebesar 350 kg dengan hulu ledak high explosive, semi-armor piercing, atau submunisi. Hulu ledak submunisi dilaporkan dapat dilengkapi dengan 100 bomblet. 

Saat ini NCSIST tengah memulai pekerjaan varian rudal dengan jangkauan yang lebih jauh mencapai 400 km.

Editor : Rendana | Foto : Ist 
Gustav, Meriam Terbesar dan Mengerikan Yang Pernah Dibuat Nazi Jerman Saat Perang Dunia II

Gustav, Meriam Terbesar dan Mengerikan Yang Pernah Dibuat Nazi Jerman Saat Perang Dunia II

Pasukan Nazi berdiri diatas laras meriam Gustav
Urusan menciptakan senjata penghancur, kemampuan Nazi Jerman dibawah kekuasaan sang Fuhrer Hitler tidak bisa dipandang remeh. Berbagai macam inovasi senjata dilakukan demi memenangkan sebuah pertempuran yang melibatkan negara besar seperti Uni Soviet dan Sekutu.

Perang dunia II merupakan salah satu bukti bagaimana Jerman dibawah Hitler berhasil menciptakan sebuah artileri berat yang dirancang khusus untuk memporak porandakan benteng garis pertahanan lawan yang sulit ditembus menggunakan artileri biasa.

Maka lahirlah meriam raksasa Gustav yang diciptakan oleh industri berat Krupp Jerman pada 1930-an. Nama Gustav diambil dari nama perancangnya yaitu Wechrer Gustav.

Dengan kaliber 800 mm menjadikan Gustav sebagai salah satu meriam penghancur terbesar didunia ditambah bobotnya mencapai 1.350 ton. Sedangkan untuk dapat digerakkan dari titik satu ke titik lain, Gustav dibuatkan jalur khusus berupa bantalan rel dan ditarik menggunakan dua kereta derek.

Misi pertama Gustav adalah menghancurkan garis pertahanan Perancis Maginot Line yang dikenal sangat kuat dan terbentang hingga Italia. 

Namun sayang, ketika meriam raksasa ini siap dioperasikan, ternyata pasukan infanteri Nazi sudah lebih dulu menguasai Maginot Line. Sehingga Gustav gagal menunjukkan performanya untuk menghancurkan pertahanan Perancis yang tergolong kuat.
Pejabat militer Nazi melihat uji coba penembakan Gustav
Pada 5 Juni 1942, ketika Jerman menghadapi Uni Soviet, Gustav menemukan target baru yang dapat dijadikan sasaran tembak perdana yakni Baterai meriam pertahanan benteng pangkalan AL Soviet di Kota Sevastopol.

Kota itu menjadi salah satu sasaran penting Nazi karena merupakan salah satu benteng pertahanan utama Soviet di Laut Hitam dengan armada perang yang cukup besar.

Dan... Blaaammm... satu peluru Gustav seberat 7 ton dijatuhkan tepat mengenai pangkalan militer pertahanan Soviet. Dalam beberapa kali tembakan benteng itupun akhirnya rata terkena serangan artileri raksasa Jerman.

Selama beroperasi, Gustav diawaki 1.500 orang dibawah komando seorang perwira tinggi berpangkat Mayor Jenderal bernama Generaloberst Von Manstein. Gustav juga tidak sendirian, sejumlah mortar raksasa buatan Nazi lainnya bernama Thor dengan kaliber 600 mm juga ikut mendampingi sebagai pelengkap.

Namanya meriam raksasa dengan ukuran super besar, tentu butuh waktu tidak sebentar untuk membuatnya siap operasional. Setidaknya dibutuhkan waktu paling sedikit satu setengah bulan untuk membuat Gustav dapat digunakan.

Keberhasilan Nazi merebut dan menduduki Kota Sevastopol membuat Jerman ingin kembali menaklukkan benteng pertahanan Soviet lainnya. Kali ini Fort Molotov dan Bunker bawah laut Severnaya jadi tumbal keganasan Gustav hingga mengalami kehancuran total.

Namun di Leningard, nasib baik berpihak pada tentara merah Soviet. Sebelum Gustav digunakan untuk menghancurkan kota tersebut, pasukan Nazi Jerman berhasil dipukul mundur sehingga akhirnya Gustav pun terpaksa ditarik kembali ke Jerman.

Tahun 1945, demi melindungi aset-aset rahasia yang pernah dikembangkan Nazi, Jerman memutuskan untuk mempreteli dan menghancurkan semua teknologi strategis miliknya termasuk diantaranya adalah Gustav.

Hal ini bertujuan agar sekutu tidak dapat menguasai teknologi yang pernah dikembangkan Jerman untuk diteliti dan membangunnya ulang.

Dari berbagai sumber
Sikapi Laut China Selatan, DPR Setuju TNI Memiliki 8 Unit MV22 Osprey Block C

Sikapi Laut China Selatan, DPR Setuju TNI Memiliki 8 Unit MV22 Osprey Block C

Pesawat MV22 Osprey dikawal A-10 Hogs diatas langit Hawaii
Pesawat MV22 Osprey dikawal A-10 Hogs diatas langit Hawaii
Infokomando - Rencana Indonesia untuk membeli delapan unit pesawat canggih berkemampuan Vertical Take Off and Landing (V-TOL) yaitu MV22 Osprey Block C telah memperoleh persetujuan dari Departemen Luar Negeri AS.

Hal ini dapat dilihat dari surat yang dikeluarkan oleh Badan Kerja Sama Keamanan dan Pertahanan Amerika Serikat yang menyetujui Indonesia membeli sebanyak delapan unit termasuk perlengkapan pendukungnya.

Namun rencana pengadaan ini sempat menjadi polemik lantaran Mantan Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Laksdya TNI (Purn) Agus Setiadji menyebutkan, jika rencana pengadaan delapan pesawat MV-22 Osprey Block C kepada Indonesia hanyalah klaim sepihak Amerika Serikat.

Meskipun demikian, munculnya surat Badan Kerja Sama Keamanan dan Pertahanan Amerika Serikat bukanlah sesuatu yang bisa dianggap mustahil mengingat AS merupakan salah satu negara tertib administrasi dan tidak asal dalam mengeluarkan dokumen penting.

Tidak hanya itu, beredarnya foto Panglima TNI Jenderal Hadi Tjahjanto bersama militer AS dan Australia dengan latar belakang pesawat MV22 Osprey menunjukkan TNI pernah menjajaki pesawat canggih tersebut.
Panglima TNI foto dengan latar belakang MV22 Osprey
Panglima TNI foto dengan latar belakang MV22 Osprey
Diungkapkan oleh Anggota Komisi I DPR RI Yan Permenas Mandenas yang mengungkapkan jika rencana pengadaan MV22 Osprey Block C dari AS merupakan kebutuhan mendesak TNI terkait situasi ketegangan dan kondisi di Laut China Selatan yang terus meningkat.

"Kebutuhan MV22 Osprey Block C sangat mendesak, dengan pesawat ini TNI dapat melakukan pendaratan dimana saja, selain itu pesawat ini juga dapat digunakan untuk operasi militer maupun operasi non militer" ungkapnya.

Total Indonesia harus menyiapkan 2 miliar dollar AS atau setara Rp 28,9 triliun untuk bisa mendatangkan delapan unit pesawat tersebut. Meski terbilang mahal tapi sepadan dengan fungsinya yang dapat memobilisasi pasukan dengan cepat apalagi Indonesia merupakan negara kepulauan sehingga membutuhkan alat transportasi khusus yang dapat digerakkan dalam waktu yang tidak terlalu lama.

MV22 Osprey adalah pesawat hibrida dengan tilt rotor sebagai penggerak utamanya, mampu melakukan terbang vertikal layaknya helikopter tapi juga mampu melaju seperti pesawat terbang bersayap tetap.

Dikembangkan oleh perusahaan ternama Bell Boeing untuk mendukung operasi komando pasukan khusus Angkatan Udara AS. Namun seiring meningkatnya kebutuhan, perusahaan Bell Boeing kembali memproduksi MV22 Osprey untuk US Naval Air System Command (NAVAIR) dan Marinir AS.

Dengan kemampuannya yang dapat mengangkut 24 personel sekaligus dan dapat digunakan untuk mendukung infiltrasi dan exfiltrasi pasukan khusus baik siang maupun malam hari, tentunya MV22 Osprey sangat cocok untuk pasukan khusus TNI yang memiliki mobilitas tinggi.

Editor : K9 | Foto : Ist | Sumber : -